Pajak Daerah Penerimaan Pemerintah Daerah

7.2.1.1. Pajak Daerah

Hasil pendugaan model persamaan pajak daerah sebagai sumber utama penerimaan daerah dalam era otonomi dewasa ini, menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.9604. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel- variabel penjelas, total pengeluaran pemerintah daerah, jumlah kendaraan bermotor, jumlah kamar hotel, dan pajak daerah tahun sebelumnya secara bersama-sama dapat menjelaskan 96.04 persen fluktuasi variabel pajak daerah pada taraf nyata α 0.0001, yang ditunjukkan oleh F dengan nilai 832.09, dapat dilihat pada Tabel 27. Jumlah kamar hotel berpengaruh positif dan nyata terhadap pajak daerah. Koefisien elastisitas jumlah kamar hotel terhadap pajak daerah sebesar 0.173 dalam jangka pendek dan 1.168 dalam jangka panjang. Artinya peningkatan jumlah kamar hotel sebesar 10 persen akan meningkatkan pajak daerah sebesar 1.720 persen dalam jangka pendek dan 11.68 persen dalam jangka panjang. Temuan ini cukup wajar, karena secara teoritis pemerintah daerah diberi kewenangan untuk melakukan pungutan pajak dalam bentuk pajak hotel. Jadi meningkatnya jumlah kamar hotel, merupakan potensi bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaannya. Total pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap pajak daerah. Koefisien elastisitas total pengeluaran pemerintah daerah terhadap pajak daerah sebesar 0.1859 dalam jangka pendek dan 1.256 dalam jangka panjang. Artinya peningkatan total pengeluaran pemerintah daerah sebesar 10 persen akan meningkatkan pajak daerah sebesar 1.859 persen dalam jangka pendek, dan 12.56 persen dalam jangka panjang. Temuan ini cukup wajar, karena secara teoritis apabila pengeluaran pemerintah daerah meningkat, maka tentunya harus diimbangi dengan meningkatnya penerimaan, guna menghindari defisit anggaran yang terlalu besar. Artinya ketika terjadi kenaikan pengeluaran, maka ada tekanan pada pemerintah daerah untuk menggali potensi pajak yang ada di daerahnya. Jumlah kendaraan bermotor berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap pajak daerah. Koefisien elastisitas jumlah kendaraan bermotor terhadap pajak 131 daerah sebesar 0.0143 dalam jangka pendek dan 0.097 dalam jangka panjang. Artinya peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebesar 10 persen akan meningkatkan pajak daerah sebesar 0.143 persen dalam jangka pendek dan 0.87 persen dalam jangka panjang. Hal tersebut wajar karena berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 yang selanjutnya direvisi dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, bahwa pungutan pajak untuk kendaraan bermotor diberikan kepada pemerintah provinsi, sementara pemerintah kabupaten kota hanya diberikan kewenangan untuk memungut pajak parkir. Pajak daerah tahun sebelumnya berpengaruh positif dan nyata terhadap pajak daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah pada dasarnya menginginkan bahwa, pajak yang dipungut pada tahun berjalan tidak lebih rendah dari pada pajak yang dipungut pada tahun sebelumnya.

7.2.1.2. Retribusi Daerah