Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Sektor Pertanian

137 berjalan setidaknya harus lebih besar atau sama dengan belanja pegawai tahun sebelumnya agar kesejahteraan pegawai tidak mengalami penurunan.

7.2.2.2. Belanja Barang dan Jasa

Hasil pendugaan model persamaan belanja barang dan jasa menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.8739. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan belanja barang dan jasa tahun sebelumnya secara bersama-sama dapat menjelaskan 87.39 persen, fluktuasi variabel belanja barang dan jasa pada taraf nyata α 0.0001, yang ditunjukkan oleh F dengan nilai 238.36, dapat dilihat pada Tabel 28. Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa tiga variabel yaitu pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan belanja barang dan jasa tahun sebelumnya, berpengaruh positif dan nyata terhadap belanja barang dan Jasa kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara dana bagi hasil berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap belanja barang dan jasa. Koefisien elastisitas jangka pendek pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana bagi hasil terhadap belanja barang dan jasa adalah masing- masing sebesar 0.1092, 0.1897, dan 0.0533. Sementara koefisien elastisitas jangka panjang pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana bagi hasil terhadap belanja barang dan jasa adalah masing-masing sebesar 0.393, 0.684, dan 0.192 dalam jangka panjang. Artinya apabila pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana bagi hasil mengalami kenaikan sebesar 10 persen, maka belanja barang dan jasa akan meningkat masing masing sebesar 1.092 persen, 1.897 persen, dan 0.533 persen dalam jangka pendek, dan 3.93 persen, 6.84 persen, dan 1.92 persen dalam jangka panjang. Temuan tersebut wajar, mengingat dengan meningkatnya penerimaan pemerintah daerah, baik dari pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, maupun dana bagi hasil akan mendorong pemerintah daearh untuk meningkatkan pengeluarannya termasuk di dalamnya belanja barang barang dan jasa.

7.2.2.3. Belanja Modal Sektor Pertanian

Hasil pendugaan model persamaan belanja modal sektor pertanian menunjukkan nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0.3205. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dana alokasi khusus, dana alokasi umum, produk domestik regional bruto sektor pertanian, dan belanja modal sektor pertanian tahun sebelumnya, secara bersama-sama dapat menjelaskan 32.05 persen, fluktuasi variabel belanja modal sektor pertanian tahun berjalan pada taraf nyata α 0.0001 yang ditunjukkan oleh F dengan nilai 17.15, seperti terlihat pada Tabel 28. Hasil estimasi model menunjukkan bahwa produk domestik regional bruto sektor pertanian berpengaruh positif dan nyata terhadap belanja modal sektor pertanian. Koefisien elastisitas PDRB sektor pertanian terhadap belanja modal sektor pertanian sebesar 0.0811 dalam jangka pendek, dan sebesar 0.145 dalam jangka panjang. Artinya peningkatan produk domestik regional bruto sektor pertanian sebesar 10 persen akan meningkatkan belanja modal sektor pertanian sebesar 0.811 persen dalam jangka pendek dan 1.45 persen dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa perhatian pemerintah daerah kabupeten kota di Provinsi Sulawesi Selatan pada sektor pertanian meningkat seiring dengan meningkatnya PDRB sektor pertanian. Dana alokasi khusus memiliki tanda positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap belanja modal sektor pertanian. Koefisien elastisitas dana alokasi khusus terhadap belanja modal sektor pertanian sebesar 0.0595 dalam jangka pendek dan sebesar 0.107 dalam jangka panjang. Artinya peningkatan dana alokasi khusus sebesar 10 persen akan meningkatkan belanja modal sektor pertanian sebesar 0.595 persen dalam jangka pendek dan 1.07 persen dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dana alokasi khusus sebagai transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah yang ditujukan untuk kegiatan khusus yang merupakan urusan pemerintahan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional berpengaruh positip terhadap belanja modal sektor pertanian. Kondisi ini sangat logis, mengingat sektor pertanian khususnya tanaman pangan merupakan prioritas 139 nasional, dan Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil pangan terbesar di kawasan timur Indonesia. Dana alokasi umum memiliki tanda positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap belanja modal sektor pertanian. Koefisien elastisitas dana alokasi umum terhadap belanja modal sektor pertanian sebesar 0.0167 dalam jangka pendek dan 0.030 dalan jangka panjang. Artinya peningkatan dana alokasi umum sebesar 10 persen akan meningkatkan belanja modal sektor pertanian sebesar 0.167 persen dalam jangka pendek dan 0.37 persen dalam jangka panjang. Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan dana alokasi umum yang dialokasi untuk sektor pertanian relatif sangat kecil. Hal tersebut cukup wajar mengingat dana alokasi umum yang dialokasikan ke daerah lebih banyak dibelanjakan untuk belanja pegawai di daerah. Belanja modal sektor pertanian tahun sebelumnya berpengaruh positif dan nyata terhadap belanja modal sektor pertanian tahun berjalan. Hal ini berarti bahwa belanja modal sekor pertanian tahun berjalan setidaknya harus lebih besar atau sama dengan belanja modal sektor pertanian tahun sebelumnya.

7.2.2.4. Belanja Modal Sektor Lainnya