masing sebesar 0.01 persen untuk kabupaten yang berbasis pertanian, dan 0.53 persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pajak dan retribusi daerah masing-masing sebesar 10 persen akan berdampak lebih buruk pada
perekonomian kabupaten kota berbasis non pertanian dibanding kabupaten yang berbasis pertanian. Hal ini cukup wayar mengingat sektor yang dikenakan pajak
umumnya sektor non pertanian, sehingga dampaknya lebih besar pada kabupaten kota yang berbasis non pertanian.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa peningkatan pajak dan retribusi daerah dapat menimbukan ekonomi biaya tinggi high cost economic yang
berdampak pada turunnya kinerja perekonomian kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan, baik yang berbasis pertanian maupun non pertanian.
Memperhatikan hasil simulasi satu, dua dan tiga terlihat bahwa apabila pemerintah kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan, meningkatkan pajak dan
retribusi daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, memberi dampak buruk bagi perekonomian, ditandai dengan turunnya PDRB,
naiknya angka pengangguran dan kemiskinan baik pada kabupaten yang berbasis pertanian maupun pada kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Oleh karena
itu simulasi satu, dua, dan tiga ini tidak layak dipertimbangan untuk pengambilan kebijakan oleh pemerintah kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan.
8.2.4. Simulasi Kebijakan Keempat
Simulasi kebijakan keempat yang dilakukan adalah pemerintah pusat meningkatkan dana alokasi umum 10 persen, yang selanjutnya digunakan untuk
meningkatkan belanja modal sektor pertanian dan sektor lain masing-masing sebesar 20 persen dapat dilihat pada Tebel 38.
Dampak simulasi ini terhadap permintaan agregat adalah konsumsi masyarakat naik 0.12 persen, total pengeluaran pemerintah daerah naik sebesar
10.97 persen, investasi swasta naik sebesar 1.35 persen, ekspor daerah naik 0.55 persen, dan impor daerah juga naik 0.27 persen, untuk kabupaten yang berbasis
pertanian. Sementara untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian terjadi kenaikan konsumsi masyarakat 0.05 persen, total pengeluaran pemerintah daerah
185 naik sebesar 5.89 persen, investasi swasta naik sebesar 0.36 persen, ekspor daerah
naik 0.07 persen, dan impor daerah juga naik sebesar 0.03 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kenaikan dana alokasi umum sebesar
10 berdampak lebih besar dampaknya pada kabupaten yang berbasis pertanian dibanding dengan kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Investasi swasta
terlihat mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 1.35 persen pada kabupaten yang berbasis pertanian dibanding kabupaten yang berbasis non
pertanian hanya sebesar 0.36 persen Tabel 38. Dampak Kenaikan Dana Alokasi Umum Sebesar 10 Persen dan
Kenaikan Belanja Modal Sektor Pertanian dan Sektor Lainnya Masing- masing 20 Persen
Nama Peubah Nilai Dasar
Perubahan Perubahan
1 2
1 2
1 2
Konsumsi 739251
1990330 914
1014 0.12
0.05 Investasi swasta
197392 818911
2669 3067
1.35 0.36
Ekspor daerah 292141
2651089 1613
1946 0.55
0.07 Impor daerah
211427 2109499
561 644
0.27 0.03
PDRB sektor pertanian 587651
287177 136
25 0.02
0.01 PDRB sektor pertambangan
13629.2 682730
64.4 78
0.47 0.01
PDRB sektor industri 130725
617873 4601
6068 3.52
0.97 PDRB sektor listrik gas dan air
7938.6 51367.1
37.8 43.4
0.48 0.08
PDRB sektor bangunan 53797.7
227866 550.3
632 1.02
0.27 PDRB sektor perdagangan
138089 760797
1640 1885
1.19 0.24
PDRB sektor transportasi 58761.7
408447 914.5
1051 1.56
0.25 PDRB sektor keuangan
62230.3 283110
567.3 651
0.91 0.22
PDRB sektor jasa-jasa 152700
386814 237
270 0.16
0.07 Penyerapan T.Kerja sek. pertanian
82596.2 35579.7
-17.4 -20
-0.02 -0.06
Penyerapan T. kerja non pertanian 45600.5
115979 45.8
52 0.10
0.04 Pengangguran
11262.4 24294.2
-28.3 -32.5
-0.25 -0.14
Jumlah penduduk miskin 47775
46190.2 -1.2
-1.6 -0.01
-0.01 Inflasi
7.676 7.730
0.029 0.033
0.38 0.43
Ekspor bersih 80713.9
541590 1052.6
1301 1.30
0.24 Produk domestik regional bruto
Total peng. pemerintah daerah 1205522
198604 3706182
230682 8749
21782 10704
13594 0.73
10.97 0.28
5.89 Penyerapan tenaga kerja
128197 151559
28 32
0.02 0.02
Pendapatan perkapita 3.6986
8.414 0.0361
0.0541 0.98
0.64 Pendapatan rata-rata petani
7.4011 10.164
0.0043 0.0024
0.06 0.02
Apabila dilihat dari sisi produk domestik regional bruto berdasarkan sektor, maka terjadi meningkatan PDRB pada semua sektor yaitu sektor pertanian,
pertambangan, industri, listrik-gas-air, bangunan, perdagangan, transportasi dan komunikasi, serta sektor keuangan, dan jasa-jasa berturut-turut sebesar 0.02
persen, 0.47 persen, 3.52 persen, 0.48 persen, 1.02, persen, 1.19 persen, 1.56 persen, 0.91 persen, dan 0.16 persen. Jadi dampak secara keseluruhan terhadap
PDRB naik sebesar 0.73 persen untuk kabupaten yang berbasis pertanian. Sementara untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian juga terjadi
kenaikan PDRB pada semua sektor yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik-gas-air, bangunan, perdagangan, transportasi dan komunikasi,
serta sektor keuangan, dan jasa-jasa berturut-turut sebesar 0.01 persen, 0.01 persen, 0.97 persen, 0.08 persen, 0.27 persen, 0.24 persen, 0.25 persen, 0,22
persen, dan 0.08 persen. Jadi dampak secara keseluruhan terhadap PDRB naik sebesar 0.28 persen.
Kondisi pada permintaan agregate juga terjadi pada pertumbuhan PDRB dimana peningkatan dana alokasi umum sebesar 10 persen lebih berdampak pada
kabupaten kota yang berbasis pertanian, dimana total PDRB naik sebesar 0.73 persen dibanding dengan kabupaten yang berbasis non pertanian yang hanya naik
0.28 persen. Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja
sektor pertanian turun 0.02 pesen untuk kabupaten yang berbasis pertanian dan 0.06 persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Sebaliknya
penyerapan tenaga kerja non pertanian naik sebesar 0.10 persen untuk kabupaten yang berbasis pertanian, dan naik 0.04 persen untuk kabupaten kota yang berbasis
non pertanian. Oleh karena itu total penyerapan tenaga kerja naik masing-masing 0.02 persen baik untuk kabupaten yang berbasis pertanian maupun kabupaten kota
yang berbasis non pertanian. Akibatnya pengangguran turun 0.25 untuk kabupaten kota yang berbasis pertanian dan 0.14 persen pada kabupaten kota yang
berbasis non pertanian. Sementara apabila dilihat dari jumlah penduduk miskin, maka terjadi penurunan jumlah penduduk miskin kurang dari 0.01 persen baik
untuk kabupaten yang berbasis pertanian maupun pada kabupaten kota yang berbasis non pertanian.
Oleh karena PDRB naik, maka pendapatan perkapita juga ikut naik masing- masing sebesar 0.98 persen untuk kabupaten yang berbasis pertanian dan 0.64
persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Di samping pendapatan perkapita, pendapatan petani juga naik, disebabkan karena meningkatkan PDRB
sektor pertanian dan turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian, baik untuk kabupaten yang berbasis pertanian maupun kabupaten kota yang berbasis
non pertanian, masing-masing sebesar 0.06 persen untuk kabupaten yang berbasis pertanian dan 0.02 persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian.
187 Uraian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan dana alokasi umum sebesar 10
persen berdampak lebih baik pada kinerja perekonomian kabupaten kota yang berbasis pertanian dibanding kabupaten kota yang berbasis non pertanian.
8.2.5. Simulasi Kebijakan Kelima