44 Panen pertama pada durian akan berlangsung ketika jenis tanaman buah
yang lain belum siap untuk dipanen sehingga harga jual durian pada panen pertama jauh lebih tinggi dibanding panen kedua. Penurunan harga pada panen
kedua disebabkan keberadaan buah durian melimpah karena terjadi panen buah durian secara serentak di dukuh-dukuh milik masyarakat ditambah dengan
munculnya tanaman-tanaman buah lainnya yang sudah siap untuk dipanen. Pada panen ketiga harga jual durian kembali naik karena keberadaan buah durian sudah
sangat berkurang. Keadaan tersebut berbeda dengan keadaan pemanenan cempedak. Pada
cempedak dari panen pertama sampai panen ketiga harganya justru menurun. Hal ini karena disebabkan pada panen pertama cempedak masih sedikit ada di
pasaran sehingga harganya mahal, sedangkan ketika dilakukan panen kedua dan ketiga cempedak dan buah-buahan lainnya melimpah di pasaran. Keadaan ini
berlaku sebaliknya pada langsat yang dari panen pertama sampai ketiga harga jualnya justru menaik. Hal ini karena disebabkan pada saat panen pertama
bersamaan dengan kegiatan pemanenan jenis tanaman buah yang lain sehingga harganya murah. Pada panen kedua dan ketiga harga jual langsat mulai naik
seiring dengan berkurangnya keberadaan jenis tanaman buah lainnya di pasaran. Langsat memang merupakan jenis tanaman buah yang terakhir dapat dipanen dari
dalam dukuh.
4.4.5 Pengaturan HasilPemasaran
Pengaturan hasil oleh masyarakat pemilik dukuh setelah kegiatan panen melibatkan
praktek-praktek pengangkutan
buah, memilah-milah
atau menggolongkan buah dan memasarkannya. Pengangkutan buah dari dukuh ke
rumah pada dukuh rumah biasanya menggunakan kendaraan roda dua, sedangkan pada dukuh gunung yang cuma dapat ditempuh dengan jalan kaki karena
lokasinya yang jauh dan berbukit-bukit maka pengangkutan buah dilakukan dengan tenaga manusia. Pengangkutan biasanya menggunakan ladung
8
. Upah
8
Alat angkut buah tradisional yang terbuat dari anyaman rotan yang digunakan dengan cara disandang di atas bahu seperti ransel.
45 angkut untuk satu ladung sekitar Rp 20.000,- dan dalam satu hari ada yang
mampu mengangkat lima kali per-satu ladung. Proses pemilahan dan penggolongan buah ditujukan pada buah durian.
Setiap pohon durian memiliki kekhasan tersendiri sesuai nama-nama yang diberikan. Durian panyangat dari desa Biih merupakan durian yang dari segi
kualitas buah menjadi durian terbaik nomor satu se-Kalimantan Selatan. Setelah durian jatuh dari pohon pemilik dukuh akan mengelompokkan durian tersebut
berdasarkan nama-namanya sehingga akan memudahkan transaksi dengan pembeli desa atau pedagang perantara dalam mematok harga setiap biji. Kegiatan
pemasaran buah-buahan hasil dukuh berlangsung di dua tempat yaitu di dalam dukuh
dan di rumah pemilik dukuh melalui pedagang perantara. Adapun proses pemasaran tersebut dapat digambarkan seperti diagram di bawah ini.
Gambar 3 Diagram pemasaran hasil-hasil dukuh. Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa pemilik dukuh tidak langsung
menjual hasil produk dukuhnya ke konsumen tetapi melalui pedagang perantara yang langsung datang ke dukuh atau ke rumah pemilik dukuh. Pedagang perantara
tersebut kebanyakan berasal dari desa yang bersangkutan dan desa-desa disekitarnya. Pedagang perantara tersebut adalah penduduk yang tidak memiliki
dukuh . Transaksi biasanya berlangsung cepat karena antara pemilik dukuh dan
pedagang perantara sudah memahami dengan baik standar harga yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Untuk menghindari terjadinya monopoli oleh pedagang perantara tertentu pemilik dukuh tidak pernah terikat dengan hanya satu orang pembeli melalui suatu
perjanjian tapi setiap pedagang perantara bebas untuk membelinya. Harga jual buah-buahan tersebut menggunakan satuan biji atau pikul seperti disebutkan
dalam tabel 13. Sistem pemasaran selain dengan cara di atas ada juga dengan cara borongan. Pemilik dukuh akan menawarkan harga buah yang masih di pohon
kemudian pembeli akan menaksir harganya sesuai kuantitas dan kualitas buah- Pedagang
Perantara Pasar
Konsumen Pemilik
Dukuh