Konsep Modal Sosial Social Capital in the Management of Forest Gardens (Dukuh) on Karang Intan Subdistrict, Banjar Regency, South Kalimantan Province

8 diandalkan demi pembangunan sosial ekonomi dengan biaya yang efektif? Saat ini, konsep modal sosial bentuknya memang tidak lebih jelas daripada partisipasi, namun ia justru lebih menarik, karena jika kita berhasil memahaminya, maka kita dapat berinvestasi di dalamnya untuk menciptakan aliran manfaat yang lebih besar. Uphoff 2000 menyatakan bahwa “Social capital is an accumulation of various types of social, psychological, cultural, cognitive, institutional, and related assets that increase the amount or probability of mutually beneficial cooperative behavior” modal sosial adalah akumulasi dari beragam tipe sosial, psikologis, budaya, kognitif, kelembagaan, dan aset-aset yang terkait yang dapat meningkatkan kemungkinan manfaat bersama dari perilaku kerjasama. Aset disini diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat mengalirkan manfaat untuk membuat proses produktif di masa mendatang lebih efisien, efektif, inovatif dan dapat diperluas atau disebarkan dengan mudah. Sedangkan perilaku bermakna sama positifnya antara apa yang dilakukan untuk orang lain dengan perilaku untuk diri sendiri. Artinya, perilaku tersebut bermanfaat untuk orang lain dan tidak hanya diri sendiri. Dalam hal ini, Uphoff 2000 menghubungkan konsep modal sosial dengan proposisi bahwa hasil dari interaksi sosial haruslah dapat mendorong lahirnya “manfaat bersama” Mutually Beneficial Collective ActionMBCA . Lebih lanjut Uphoff 2000 menegaskan bahwa, berbagai pembahasan pada literatur tentang modal sosial selama ini belum sampai pada kesimpulan yang benar-benar terangjelas, sebab mereka lebih banyak hanya mencontohkan apa itu modal sosial, akan tetapi kurang menjelaskan secara spesifik apa saja yang dapat menumbuhkannya? Dibutuhkan analisis yang lebih mendalam - tidak hanya yang bersifat deskriptif – agar kita memperoleh kemajuan baik secara teoritis maupun praktis. Apa saja yang membentuk modal sosial tidaklah dapat disimpulkan hanya dengan membuat definisi, meskipun definisi itu juga kita perlukan. Beragam studi-studi empiris dengan dipandu oleh konsep-konsep analitis yang koheren akan sangat dibutuhkan untuk memahami kompleksitas modal sosial. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli, akan tetapi definisi-definisi itu masih membutuhkan validasi. Kita perlu lebih fokus pada 9 komponen-komponen, hubungan-hubungan dan hasil-hasil yang dapat dievaluasi dalam praktek pembangunan secara nyata. Modal sosial membutuhkan penekanan pada hal-hal seperti apa unsur-unsur yang menyusunnya, apa koneksiyang menghubungkan mereka, serta konsekuensi apa yang dapat dikaitkan dengan unsur-unsur dan interaksi tersebut Uphoff 2000.

2.2 Kategori Modal Sosial

Woolcock 1998 membedakan modal sosial menjadi tiga tipe yaitu bounding, bridging dan linking. Tipe ‘bounding’ dicirikan dengan ikatan yang kuat atau „social glue‟, seperti antar anggota atau anggota keluarga dalam grup etnik yang sama. Tipe ‘Bridging’ dicirikan dengan ikatan yang lemah social oil, seperti asosiasi lokal, hubungan teman dari grup etnik berbeda. Tipe ‘linking’ dicirikan dengan hubungan antara kelompok yang berbeda level kekuasaanya atau status sosialnya, seperti hubungan antara elit politik dengan masyarakat umum, atau antara individu-individu dari klas sosial yang berbeda. Social bounding perekat sosial, merupakan modal sosial yang lebih banyak bekerja secara internal dan solidaritas yang dibangun karenanya menimbulkan kohesi sosial yang lebih bersifat mikro dan komunal karena itu hubungan yang terjalin di dalamnya lebih bersifat eksklusif nilai, kultur, persepsi, tradisi dan adat istiadat. Sedangkan social bridging jembatan sosial timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya dan lebih banyak menjalin jaringan dengan potensi eksternal yang melekat. Social linking merupakan hubungan sosial di antara beberapa level dari kekuatan sosial atau status sosial dalam masyarakat tanpa membedakan kelas dan status sosial tersebut Ramli 2007; LP UNPAD 2008. Berbeda dengan Woolcock 1998, Uphoff 2000 membagi unsur-unsur modal sosial menjadi dua kategori yang saling berhubungan, yaitu struktural dan kognitif. Secara abstrakteoritis, kedua kategori itu seolah-olah bisa hadir sendiri- sendiri, namun dalam kenyataannya akan sangat sulit modal sosial itu terbentuk tanpa kehadiran kedua-duanya, karena secara intrinsik saling terkait. Aset modal sosial struktural bersifat ekstrinsik dan dapat diamati, sementara aspek kognitif 10 tidak dapat diamati, namun keduanya saling terkait di dalam praktik, aset struktural datang dari hasil proses kognitif. Lebih lanjut Uphoff 2000 menjelaskan bahwa kategori struktural berkaitan dengan beragam bentuk organisasi sosial. Peranan roles adalah perihal atau tindakan spesifik baik formal maupun informal dalam struktur sosial. Aturan rules adalah segala ketentuan yang berlaku baik yang tersirat maupun yang tersurat. Peranan roles dan aturan rules mendukung empat fungsi dasar dan kegiatan yang diperlukan untuk tindakan kolektif, yaitu pembuatan keputusan, mobilisasi dan pengelolaan sumberdaya, komunikasi dan koordinasi, dan resolusi konflik. Hubungan-hubungan sosial membangun pertukaran exchange dan kerjasama cooperation yang melibatkan barang material maupun non material. Jejaring networks adalah pola pertukaran dan interaksi sosial yang menggambarkan hubungan antar masyarakat. Peranan, aturan, dan jejaring memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan mutually beneficial collective action MBCA Bentuk struktural dari modal sosial peranan, aturan, prosedur, preseden dan jaringan yang memfasilitasi terciptanya manfaat bersama dari tindakan kolektif MBCA dengan jalan menurunkan biaya transaksi, mengkoordinasikan berbagai usaha, menciptakan harapan, membuat kemungkinan berhasil lebih besar, dan menyediakan jaminan tentang bagaimana orang lain akan bertindak dan sebagainya. Selanjutnya Uphoff 2000 menjelaskan bahwa kategori kognitif datang dari proses mental yang menghasilkan gagasanpemikiran yang diperkuat oleh budaya dan ideologi. Norma, nilai, sikap, dan keyakinan memunculkan dan menguatkan saling ketergantungan positif dari fungsi manfaat dan mendukung MBCA. Terdapat dua orientasi, yaitu orientasi ke arah pihakorang lain dan orientasi mewujudkan tindakan. Orientasi pertama pada kategori kognitif adalah, norma, nilai, sikap, dan keyakinan yang diorientasikan kepada pihak lain, bagaimana seseorang harus berfikir dan bertindak ke arah orang lain. Kepercayaan trust adalah rasa percaya dalam berhubungan dengan orang lain. Kepercayaan trust dan pembalasan reciprocation merupakan cara membangun hubungan dengan orang lain. Sedangkan tujuan membangun hubungan sosial adalah solidaritas. Solidaritas 11 solidarity adalah upaya membantu orang lain untuk berdiri bersama-sama agar mendapatkan manfaat dari kelompok yang lebih besar di luar keluarga dan kerabat. Kepercayaan trust dilandasi oleh norma-norma norms, nilai-nilai values, sikap attitudes, dan keyakinan beliefs untuk membuat kerjasama dan kedermawanan efektif. Solidaritas juga dibangun berdasarkan norma, nilai, sikap, dan keyakinan untuk membuat kerjasama dan kedermawanan bergairah Uphoff 2000. Orientasi kedua pada kategori kognitif adalah, norma-norma norms, nilai-nilai values, sikap attitudes, dan keyakinan beliefs yang diorientasikan untuk mewujudkan tindakan action, bagaimana seseorang harus berkemauan untuk bertindak. Kerjasama cooperation adalah cara tindakan bersama dengan orang lain untuk kebaikan bersama. Sedangkan tujuan dari tindakan adalah kedermawanan generosity. Kerjasama dilandasi oleh norma, nilai, sikap, dan keyakinan untuk memunculkan harapan bahwa pihakorang lain akan bersedia kerjasama dan membuat tindakannya efektif. Kedermawanan juga dilandasi oleh norma, nilai, sikap, dan keyakinan untuk memunculkan h arapan bahwa “moralitas yang tinggi akan mendapat pahalavirtue will be rewarded ” Uphoff 2000. Rincian unsur-unsur modal sosial berdasarkan kategori struktural dan kognitif menurut Uphoff 2000 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kategori modal sosial Struktural Kognitif Sumber dan perwujudannyamanifestasi Peran dan aturan Jaringan dan hubungan antar pribadi lainnya Prosedur-prosedur dan preseden-preseden Norma-norma Nilai-nilai Sikap Keyakinan Domainranah Organisasi sosial Budaya sipilkewargaan Faktor-faktor dinamis Hubungan horisontal Hubungan vertikal Kepercayaan, solidaritas, kerjasama, kemurahan hatikedermawanan Elemen umum Harapan yang mengarah pada perilaku kerjasama, yang akan menghasilkan manfaat bersama Sumber: Uphoff 2000 12

2.3 Pengukuran Modal Sosial

Metode pengukuran modal sosial yang dapat disesuaikan dengan kondisi lokal cukup beragam. Model-model tersebut antara lain adalah: 1. Index of National Civic Health Indeks ini dikembangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk merespon penurunan partisipasi masyarakat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 5 lima indikator, yakni: a keterlibatan politik; b kepercayaan; c keanggotaan dalam asosiasi; d keamanan dan kejahatan; serta e integritas dan stabilitas keluarga. Keterlibatan politik mencakup pemberian suara dalam pemilihan umum dan kegiatan politik lainnya, seperti petisi dan menulis surat kepada koran. Kepercayaan diukur melalui tingkat kepercayaan pada orang lain dan kepada institusi pemerintah. Keanggotaan dalam asosiasi diukur melalui keanggotaan dalam suatu kelompok, kehadiran di gerejatempat ibadah, kontribusi derma, partisipasi di tingkat komunitas, dan menjadi pengurus di organisasi lokal. Narayan dan Cassidy 2001. 2. Integrated Questionnaire for The Measurement of Social Capital SC-IQ Model ini dikembangkan oleh Grootaert et al. 2004 dengan penekanan fokus pada negara-negara berkembang. Model ini bertujuan memperoleh data kuantitatif pada berbagai dimensi modal sosial dengan unit analisis pada tingkat rumah tangga. Pada model ini, digunakan 6 enam indikator, yakni: a kelompok dan jejaring kerja; b kepercayaan dan solidaritas; c aksi kolektif dan kerjasama cooperation; d informasi dan komunikasi; e kohesi dan inklusivitas sosial; serta f pemberdayaan dan tindakan politik. 3. Social Capital Assesment Tool Model ini dikembangkan oleh Krishna dan Shrader 1999 yang mencoba menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif untuk menciptakan pengukuran komplementer dan kompleksitas dimensi sosial. Unit analisa SCAT adalah pada rumah tangga dan komunitas, dengan variabel yang berhubungan dengan modal sosial yang mungkin diciptakan dan diakses oleh individu, rumah tangga dan