Keberlanjutan Sustainabilitas Performansi Dukuh

103 Distribusi responden dalam upaya mendistribusikan keadilan manfaat dukuh pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat dan dukuh Bi‟ih dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 Distribusi responden menurut tingkat keadilan dukuh No. Pihak-Pihak yang Merasakan Manfaat Dukuh Distribusi Responden Komunitas Dukuh Mandiangin Barat Komunitas Dukuh Bi‟ih 1. Rendah Hanya bermanfaat bagi pemilik dukuh 0,0 0,0 2. Sedang Hanya bermanfaat bagi pemilik dukuh dan pembeli buahnya 10,0 0,0 3. Tinggi Bermanfaat bagi pemilik dukuh , tenaga kerja, tengkulak, pedagang, dan pembeli buahnya 90,0 100,0

5.2.5 Efisiensi

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pemilik dukuh relatif sangat kecil, yakni kurang dari 10 dari nilai produksi, di mana rata-rata biaya produksi dukuh pada komunitas dukuh Mandiangin Barat hanya sebesar 7,60 yang berarti bahwa nilai pendapatan bersih dari dukuh mencapai 92,40, sedangkan pada komunitas dukuh Bi‟ih biaya produksinya lebih kecil lagi yaitu hanya sebesar 7,04 atau dengan kata lain bahwa nilai pendapatan bersih dari dukuh mencapai 92,96. Distribusi responden menurut tingkat efisiensi dukuh pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat dan dukuh Bi‟ih dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Distribusi responden menurut tingkat efisiensi dukuh No. Tingkat Efisiensi Dukuh Distribusi Responden Komunitas Dukuh Mandiangin Barat Komunitas Dukuh Bi‟ih 1. Rendah Biaya produksi 40 0,0 0,0 2. Sedang Biaya produksi 20-40 6,7 0,0 3. Tinggi Biaya produksi 20 93,3 100,0 104 Tingkat efisiensi yang tinggi dalam pengelolaan dukuh tersebut disebabkan oleh biaya in-put yang rendah dalam sistem pengelolaan produksi waktu, modal, tenaga kerja, keamanan, dan adanya aturan main yang berjalan dengan baik, serta jelasnya komponen-komponen property right dalam pengelolaan dukuh hak kepemilikan, penguasaan dan pengelolaannya. Faktor- faktor tersebut akan dapat menjelaskan perbandingan antara out-put dan in-put. Dari segi waktu, dapat dijelaskan bahwa dukuh yang terbentuk sekarang merupakan dukuh warisan yang sudah lama berproduksi setiap tahun. Karena dukuh merupakan areal produktif yang sudah terbentuk lama maka dukuh tidak membutuhkan banyak pemeliharaan, terutama setelah pohon-pohon buahnya tumbuh baik, sehingga biaya yang diperlukan juga sangat murah. Adapun dari segi modal pupuk dan bibit, diketahui bahwa mereka tidak pernah melakukan kegiatan pemupukan dengan pupuk anorganik dengan alasan bahwa pupuk anorganik akan menyebabkan terjadinya efek rapuh dahan pada durian dan tanah tambah keras. Pendapat tersebut masih cukup relevan jika dikaitkan dengan pernyataan Verheij dan Coronel 1997 yang menyatakan bahwa kebanyakan petani buah di Indonesia dan di Malaysia memang tidak menggunakan pupuk di dalam melakukan pemeliharaan pohon buah-buahan yang mereka miliki karena penggunaan pupuk malah justru menghilangkan kesuburan selama tanaman terlalu lemah untuk mengurangi pertumbuhan secara nyata. Jadi input hara terhadap tanamannya berasal dari sisa penyiangan yang dibiarkan membusuk menjadi kompos atau berasal dari serasah baik daun, ranting, cabang dan kulit buah yang ada di lantai dukuh. Input modal dalam bentuk bibit hanya mengandalkan pada proses alami. Pada dukuh-dukuh tua regenerasi berlangsung secara alami dimana masyarakat akan melakukan seleksi terhadap keberadaan semai yang tumbuh di lantai dukuh. Jika tumbuhnya sesuai untuk bisa berkembang akan dipelihara tapi jika tidak sesuai akan dipindahkan ke polybag atau dibuang. Pada dukuh buatan bibit anakan berasal dari dukuh tua atau sengaja disemai dari biji benih unggul. Dari segi tenaga kerja, pengelolaan dukuh juga memiliki tingkat efisiensi tinggi, karena sistem pengelolaan dukuh yang ada bersifat individual dimana tenaga kerja pengelola dukuh pada umumnya berasal dari anggota keluarga 105 sendiri. In-put produksi yang paling intensif digunakan adalah tenaga kerja untuk pemeliharaan dan pemanenan. In-put produksi yang lain berupa keamanan sangat tidak berpengaruh terhadap biaya produksi sehingga pengelolaan dukuh relatif sangat efisien. Efisiensi dukuh juga tergambar dari ada dan dihormatinya berbagai aturan main tentang interdependencies antara pihak terkait ataupun keterkaitan pihak-pihak tersebut dengan sumberdaya alam yang dikelolanya dengan batas-batas kewenangan jurisdictional boundaries yang jelas. Selain itu gambaran efisiensi pada dukuh dapat terlihat dari jelasnya hak- hak kepemilikan, penguasaan, pengelolaan atau terdefinisinya dengan baik komponen-komponen property right. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Tietenberg 1992 dalam Suharjito et al. 2000 bahwa pengelolaan suatu sumberdaya berada pada tingkat yang paling efisien dan karenanya sustainable, apabila struktur property rightnya terdefinisi dengan baik. Adapun tingkat kategori performansi dukuh serta Perbandingan tingkat kategori modal sosial dengan performansi dukuh sebagaimana Tabel 32. Tabel 32 Tingkatan kategori performansi dukuh dan modal sosial pada Dukuh Mandiangin Barat dan Dukuh Bi‟ih No. Unsur Performansi Dukuh Dukuh Mandiangin Barat Dukuh Bi ‟ih Nilai Kategori Nilai Kategori 1. Kerapatan 60 Baik 60 Baik 2. Produktivitas 86 Tinggi 88 Tinggi 3. Keberlanjutan 74 Tinggi 90 Tinggi 4. Keadilan 87 Tinggi 90 Tinggi 5. Efisiensi 88 Tinggi 90 Tinggi Tingkat Performansi Dukuh 395 Baik 418 Baik Tingkat Modal Sosial 1929 Tinggi 2045 Tinggi

5.3 Hubungan Modal Sosial dengan Performansi Dukuh

Modal sosial yang tinggi pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat dan Komunitas Dukuh Bi‟ih telah memfasilitasi terbentuknya performansi dukuh yang baik, dicirikan oleh tingkat kerapatan tumbuhan yang baik, nilai produktivitas yang tinggi, penggunaan sumberdaya yang efisien, pemanfaatan sumberdaya yang adil, serta berlangsungnya pengelolaan dukuh secara berkelanjutan.