Pengukuran Modal Sosial Social Capital in the Management of Forest Gardens (Dukuh) on Karang Intan Subdistrict, Banjar Regency, South Kalimantan Province
15 Di Indonesia berbagai jenis sistem pengelolaan sumber daya hutan dan
lahan yang berbasiskan pada masyarakat tradisional masih banyak ditemukan. Kartasubrata 1991 dan Suharjito et al. 2000 menyebut sistem pengelolaan dan
pemanfaatan hutan dan lahan yang berbasiskan masyarakat tersebut dengan istilah “Kehutanan Masyarakat”, Foresta 2000 menyebutnya “Agroforestri”, Roslinda
2008 menyebutnya “Hutan Kemasyarakatan”, Fauzi 2010 menyebutnya “Sistem Hutan Kerakyatan SHK”. Fauzi 2010 menjelaskan bahwa SHK
mempunyai sifat yang unik dan khas serta berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain dan masing-masing memiliki nama lokal tersendiri, Talun Jawa
Barat, Tembawang Kalimantan Barat, Repong Lampung, Lembo dan Simpung Kalimantan Timur, Dukuh Kalimantan Selatan.
Sejalan dengan konsep di atas, hasil kajian Suharjito 2002 tentang kebun Talun di Desa Buniwangi Jawa Barat, menjelaskan secara rinci bahwa,
keberadaan kebun talun bukan hanya mempunyai fungsi ekonomi dan ekologis melainkan juga fungsi sosial. Pada satu sisi kebun talun menjadi media bagi
penguatan solidaritas sosial, pada sisi yang lain hubungan-hubungan sosial dan pranata sosial pengelolaan kebun talun menguatkan keberadaan kebun talun
sebagai sumber ekonomi keluargarumah tangga, yang dari kedua sisi tersebut kemudian berimplikasi pada sisi ketiga, yakni keberlanjutan kebun talun yang
mempunyai fungsi ekologis Suharjito 2002. Selain kebun talun di atas, salah satu bentuk kehutanan masyarakat yang
mampu eksis dan bertahan hingga sekarang adalah kebun buah di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan yang dalam bahasa
lokal dikenal dengan istilah “dukuh”. Dukuh kebun hutankebun buahpulau buah adalah suatu areal yang ditumbuhi oleh kelompok pohon yang didominasi
jenis pohon buah-buahan dengan pola tanam tidak teratur, strata yang tidak seragam serta tegakan tidak seumur, menyerupai hutan alam Fauzi 2010.
Dukuh di Provinsi Kalimantan Selatan hampir ditemukan di seluruh desa di
Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, dengan luas kepemilikan setiap kepala keluarga bervariasi antara 0,1
– 3 ha rata-rata 0,73 ha. Berdasarkan penyebaran letaknya, dukuh dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, dukuh
rumah kebun pekarangan atau home gardens dan dukuh gunung kebun hutan
16 atau forest gardens. Dukuh rumah keberadaannya menyatu dengan pemukiman
dan dapat dicapai dalam waktu beberapa menit sedangkan dukuh gunung baru dapat dicapai setelah menempuh perjalanan sekitar setengah sampai tiga jam
dengan cara berjalan kaki melalui jalan setapak yang berbukit-bukit. Diperkirakan bahwa dukuh mulai terbentuk seiring terjadinya perubahan pola bercocok tanam
dari pola perladangan berpindahbergilir ke pola perladangan menetap, diperkirakan terbentuk sejak 180 tahun yang lalu ± tahun 1830. Dukuh yang
merupakan peninggalan dari kakek –nenek mereka tersebut sampai sekarang masih
terpelihara keberadaannya Hafizianor 2002. Terkait dengan kehutanan masyarakat, pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam baik berupa hutan maupun lahan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tentunya memiliki performansi atau kinerja. Performansi
yang dimaksud adalah produktivitas, keberlanjutan, keadilan dan efisiensi Suharjito et al. 2000. Mengacu pada Conway 1987 dalam Suharjito et al.
2000 produktivitas didefinisikan sebagai out-put produk bernilai per-unit sumber daya. Keberlanjutan didefinisikan sebagai kemampuan suatu agroekosistem untuk
menjaga produktivitas dari waktu ke waktu. Keadilan didefinisikan sebagai pemerataan distribusi produk dari agroekosistem diantara yang berhak menerima
manfaat dan dengan terdefinisinya property rights dengan baik maka akan tercapai efisiensi.
Performansi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam baik berupa hutan maupun lahan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut antara lain
dipengaruhi oleh : 1. Sistem pengelolaan, yaitu sistem penguasaan dan pengambilan keputusan
apakah secara individual atau komunal. Sistem penguasaan dan pengambilan keputusan pengelolaan mempengaruhi responsibilitas terhadap ekonomi pasar
dan model ekonomi sosialnya. 2. Orientasi usaha, apakah subsisten atau komersial. Tingkat subsisten dan
komersialisasi merupakan ukuran responsibilitas terhadap ekonomi pasar. 3. Jenis dan keragaman produk yang dikonsumsi atau dipasarkan merupakan
respon terhadap kebutuhan pasar yang sekaligus mempengaruhi performansi pengelolaannya Suharjito et al. 2000.