36
sampai pada tingkat SD. Tingkat pendidikan responden hingga SLTP pada
Komunitas Dukuh
Mandiangin Barat sebanyak 20, sedangkan pada
Komunitas Dukuh
Bi‟ih sebanyak 16,67. Selanjutnya untuk tingkat pendidikan hingga SLTA pada
Komunitas Dukuh
Mandiangin Barat sebanyak 10, sedangkan pada
Komunitas Dukuh
Bi‟ih sebanyak 23,33. Pada
Komunitas Dukuh
Mandiangin Barat tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidikan hingga
AkademiPerguruan Tinggi, sedangkan pada
Komunitas Dukuh
Bi‟ih terdapat 2 orang
responden 6,67
yang memiliki
tingkat pendidikan
hingga AkademiPerguruan Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden pernah
mengecam pendidikan meskipun sebagian besar hanya sampai tingkat SDSR. Tabel 11 Tingkat pendidikan responden
No.
Pendidikan Responden
Komunitas Dukuh Mandiangin Barat
Komunitas Dukuh Bi‟ih
Jumlah responden
Persentase Jumlah
responden Persentase
1. SRSD
21 70,00
16 53,33
2. SLTP
6 20,00
5 16,67
3. SLTA
3 10,00
7 23,33
4. AKADEMIPT
0,00 2
6,67 Jumlah
30 100,00
30 100,00
Sumber: Hasil Analisis dari data primer, 2012.
4.3.3 Jumlah Anggota Keluarga
Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan memberikan kontribusi dalam ketersediaan tenaga kerja dan akan mempengaruhi pemasukan keluarga
serta mempengaruhi besar kecilnya konsumsi keluarga. Rata-rata jumlah anggota keluarga responden pada ke dua Komunitas secara keseluruhan adalah 3,12 jiwa,
di mana untuk Komunitas Dukuh Mandiangin Barat rata-rata jumlah anggota keluarga responden adalah 3,20 jiwa sedangkan pada Komunitas Dukuh
Bi‟ih rata-rata 3,03 jiwa.
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang ke bawah pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat
adalah 26 responden 86,67, pada Komunitas Dukuh Bi‟ih sebanyak 28
responden 93,33. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga sebagai tenaga kerja responden pada kedua komunitas cukup kecil. Anggota
37 keluarga merupakan sumber tenaga kerja utama dalam kegiatan pertanian, baik
untuk pengelolaan sawah, kebun karet, maupun untuk pengelolaan dukuh yang diusahakan oleh keluarga petani, apabila ketersediaan tenaga kerja dalam rumah
tangga untuk pengelolaan kegiatan-kegiatan pertanian tersebut tidak ada atau kurang, maka masyarakat akan memanfaatkan tenaga kerja dari pihak keluarga
terdekat, tetangga maupun tenaga kerja dari luar desa. Tabel 12 Jumlah anggota keluarga responden
No.
Jumlah Anggota Keluarga Responden
jiwa Komunitas Dukuh
Mandiangin Barat Komunitas Dukuh
Bi‟ih Jumlah
responden Persentase
Jumlah responden
Persentase
1. 1
– 2 10
33,33 10
33,33
2. 3
– 4 16
53,33 18
60,00
3. 5
– 6 3
10,00 2
6,67
4.
≥ 7 1
3,33 0,00
Jumlah 30
100,00 30
100,00 Rata-rata
3,20 jiwa 3,03 jiwa
Rata-rata keseluruhan responden 3,12 jiwa
Sumber: Hasil Analisis dari data primer, 2012.
4.3.4 Mata Pencaharian
Sebagian besar mata pencaharian pokok responden pada ke dua komunitas adalah bertani sawah dan karet yaitu sebanyak 21 responden 70,00 pada
Komunitas Dukuh
Mandiangin Barat, dan 26 responden 86,67 pada
Komunitas Dukuh
Bi‟ih. Adapun responden yang mempunyai mata pencaharian pokok bukan petani seperti PNSPensiunan, tukang, sopir, bidan kampung dan buruh, juga tetap
melakukan kegiatan pengelolaan dukuh sebagai pekerjaaan sampingan. Kegiatan pengelolaan dukuh dilakukan oleh responden tersebut pada saat waktu senggang atau
di luar jam kerja dari melakukan pekerjaan pokoknya, dan atau dibantu oleh anggota keluarga yang lain seperti isteri serta anak-anak mereka dalam kegiatan pengelolaan
dukuh , yang pasti bahwa seluruh responden memiliki dukuh sebagai pekerjaan
sampingan mereka.