60 pada saat pemeliharaan tanaman, pengawasan menjaga dari kebakaran, gangguan
binatang dan atau pencurian, pemanenan serta koordinasi pemasaran hasil dukuh. b Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau
keluarga; Nilai-nilai kehidupan yang juga masih berlaku hingga sekarang pada
warga komunitas dukuh adalah berupa kewajiban untuk menjaga kepentingan umum bersama dan lebih mendahulukannya daripada kepentingan pribadi atau
keluarga. Menjaga dan memelihara kepentingan umum lebih didahulukan daripada kepentingan pribadi atau keluarga karena menyangkut hajat hidup orang
banyak dan kepentingan bersama. Fasilitas-fasilitas untuk kepentingan umum seperti mesjid, jembatan, jalan, pekuburan selalu dijaga dan dipelihara oleh setiap
warga dan secara rutin dilakukan gotong royong untuk membersihkan dan atau memperbaikinya.
c Hormat dan taat terhadap perintahnasihat tetuha tokoh masyarakat; Warga komunitas dukuh juga memiliki nilai-nilai yang berlaku sejak
dahulu yaitu berupa kewajiban warga untuk menghormati, patuh dan taat terhadap segala perintahnasihat yang disampaikan oleh tetuha tokoh masyarakat. Apapun
yang disampaikan oleh tetuha tersebut selama tidak bertentangan dengan syariat islam maka wajib untuk diikuti dan dilaksanakan oleh semua warga. Kepatuhan
warga terhadap perintahnasihat tetuha ini semakin menguatkan hubungan sosial di antara sesama warga yang terjalin dengan baik.
Nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam praktik-praktik keseharian warga komunitas dukuh selama ini dan terus dipertahankan hingga sekarang pada
dasarnya bersumber dari nilai-nilai ajaran agama islam yang dianut oleh seluruh warganya. Nilai-nilai kehidupan tersebut juga sangat terkait dengan keyakinan
beliefs yang melekat pada warganya, seperti adanya keyakinan bahwa setiap perbuatan manusia selalu diketahui oleh Tuhan Yang Maha Kuasa; setiap
kebaikan akan mendatangkan kebaikan pula bagi pelakunya dan begitu pula sebaliknya; setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas akan
61 diganjar pahala oleh Tuhan Yang Maha Kuasa; Setiap kejadian adalah taqdir
ketentuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dan lain-lain. Nilai-nilai values dan keyakinan beliefs yang melekat kuat pada warga
telah menumbuhkan sikap attitudes dalam kehidupan sehari-hari warga komunitas dukuh. Sikap attitudes yang nampak pada warga komunitas dukuh
selama ini diantaranya adalah adanya sikap kekeluargaan yang tinggi, tolong- menolong, gotong royong, kerjasama, saling membantu, mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau keluarga, menghormati dan patuh terhadap nasihat tetuha serta kepedulian yang tinggi terhadap sesama dan
alam sekitarnya. Kerjasama cooperation pada warga komunitas dukuh yang dilandasi oleh norma-norma norms, nilai-nilai values, sikap attitudes, dan
keyakinan beliefs membuat hubungan sosial di antara warga semakin baik dan efektif sehingga semakin mendukung upaya-upaya dalam rangka pengelolaan
dukuh yang semakin baik dan lestari.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Uphoff 2000 yang melakukan studi kasus di Srilanka, yang menunjukkan bagaimana unsur modal
sosial berupa kerjasama dapat menghasilkan keuntungan material secara substantif. Organisasi petani yang dibentuk dari proyek bantuan pada awal 1980an
ternyata dapat menghasilkan panen padi diluar perkiraan pada saat terjadi kelangkaan air 1997 padahal insinyur dari pemerintah Srilanka telah
menggambarkan bahwa tidak akan ada padi yang mungkin bisa tumbuh. Namun secara cepat dapat berubah menjadi sistem yang paling efisien dan dikelola dalam
bentuk kerjasama, setelah didekati sengan suatu rencana yang efektif untuk melibatkan petani dalam manajemen sistem bersama. Efisiensi penggunaan air
meningkat dua kali lipat dalam dua tahun, bahkan sebelum perbaikan fisik selesai. Dengan kerjasama yang efektif, khususnya dalam hal berbagi air yang langka itu,
petani justru mendapatkan hasil yang lebih baik daripada panen normalbiasanya, yakni dengan jumlah senilai 20 juta. Setengah keberhasilannya adalah karena
telah menghidupkan kerjasama dan hubungan sosial baru dengan mengaktifkan norma-norma norms, nilai-nilai values, sikap attitudes, dan keyakinan
beliefs tertentu sebagai bentuk modal sosial kognitif.
62
5.1.1.3 Solidaritas solidarity
Ada tiga tingkat solidaritas warga komunitas dukuh yang ditinjau. Pertama, solidaritas berupa pelibatan tetanggawarga yang tidak memiliki dukuh
sebagai tenaga kerjamitra dalam kegiatan pengelolaan dukuh pemeliharaan, pengawasan, pemanenan, dan pemasaran hasil dukuh. Kedua, solidaritas berupa
membagikan secara cuma-cuma sebagian buah-buahan hasil panen dukuh kepada tetanggawarga yang tidak memiliki dukuh. Ketiga, solidaritas berupa
membantumenolong tetanggawarga
yang sedang
membangun rumah,
melaksanakan hajatan pesta perkawinan, sunatan, syukuran, dll, atau yang sedang terkena musibah. Adapun distribusi responden menurut tingkat solidaritas
pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat dan Bi‟ih disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18 Distribusi responden menurut tingkat solidaritas
No. Bentuk Solidaritas
Tingkat Solidaritas Komunitas Dukuh
Mandiangin Barat Komunitas Dukuh
Bi‟ih Tidak
pernah Jarang
Sering Tidak
pernah Jarang
Sering 1.
Pelibatan warga sebagai tenaga kerjamitra
6,7 20
73,3 100
2. Membagikan buah hasil
panen kepada tetangga 6,7
93,3 100
3. Membantu warga yang
hajatan atau
terkena musibah
6,7 93,3
100
Pada komunitas dukuh tingkat solidaritas anggota komunitasnya terhadap warga di luar komunitas maupun terhadap sesama anggota komunitasnya
tergolong tinggi. Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa tingkat solidaritas warga Komunitas Dukuh Mandiangin Barat dan Komunitas Dukuh
Bi‟ih terhadap warga di luar komunitasnya cukup tinggi dengan seringnya melibatkan tetanggawarga
yang tidak memiliki dukuh sebagai tenaga kerjamitra dalam kegiatan pengelolaan dukuh.
Warga yang selalu melibatkan tetanggawarga yang tidak memiliki dukuh sebagai tenaga kerjamitra dalam kegiatan pengelolaan dukuh beralasan bahwa
mereka ingin membantu memberikan tambahan penghasilan serta mempererat hubungan kekeluargaan, persaudaraan dan rasa kesetiakawanan, selain itu mereka
yakin bahwa dengan membantu orang lain maka urusan hidup mereka juga akan
63 dibantu oleh Allah SWT. Adanya warga yang jarang atau tidak pernah melibatkan
tetanggawarga yang tidak memiliki dukuh sebagai tenaga kerjamitra dalam kegiatan pengelolaan dukuh lebih dikarenakan untuk penghematan biaya produksi
karena tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga mereka sendiri dirasa cukup untuk mengelola dukuh tersebut, dimana rata-rata mereka memiliki jumlah
anggota keluarga lebih dari tiga orang dengan rata-rata luas kepemilikan dukuh yang dikelola cukup kecil yaitu hanya 0,2 ha.
Tetanggawarga yang tidak memiliki dukuh umumnya dipekerjakan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemanenan buah, bahkan jika warga yang tidak
memiliki dukuh tersebut memiliki modal yang cukup maka mereka akan dijadikan mitra sebagai pedagang perantara tengkulak, dan tentunya mereka akan
memperoleh keuntungan yang cukup besar sampai 40 dari keuntungan pemilik dukuh.
Pemilik dukuh sebenarnya dapat saja tidak menggunakan tenaga kerja tambahan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman tetapi hal tersebut tetap
dilakukan karena didorong oleh keinginan untuk berbagi rejeki serta mempererat hubungan kekeluargaan sebagai wujud solidaritas sebagai sesama warga.
Selain pelibatan sebagai tenaga kerjamitra, solidaritas warga komunitas pemilik dukuh kepada tetanggawarga yang tidak memiliki dukuh juga
diwujudkan dalam bentuk membagikan secara cuma-cuma sebagian buah-buahan hasil panen dukuh. Pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat, sebagian besar
warga selalu melakukannya pada setiap kali panen, dan hanya sebagian kecil warga yang jarangkadang-kadang saja melakukannya hanya pada panen besar
saja. Adapun pada Komunitas Dukuh Bi‟ih, seluruh warga 100 selalu
membagikan secara cuma-cuma sebagian buah-buahan hasil panen dukuh kepada tetanggawarga yang tidak memiliki dukuh pada setiap kali panen. Alasan warga
membagikan secara cuma-cuma sebagian buah-buahan hasil panen dukuh kepada tetanggawarga yang tidak memiliki dukuh pada setiap kali panen adalah karena
adanya keyakinan pada diri mereka bahwa semakin sering berbagi dan memberi kepada sesama dengan ikhlas tanpa pamrih maka rejeki mereka juga akan
semakin banyak dan mendapat berkah dari Allah SWT. Adapun warga yang jarang melakukan hal seperti tersebut di atas berbagi hanya pada panen-panen
tertentu saja adalah karena luas dukuh mereka yang tidak terlalu besar dan
64 produktivitasnya juga tidak terlalu tinggi, sedangkan jumlah anggota keluarga dan
kebutuhan hidup mereka cukup tinggi, sehingga tidak pada setiap kali musim panen mereka membagikannya secara cuma-cuma kepada tetanggawarga yang
tidak memiliki dukuh tetapi hanya pada saat panen berlimpah saja. Solidaritas warga komunitas pemilik dukuh kepada warga masyarakat
lainnya baik sesama komunitas dukuh maupun bukan komunitas dukuh dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari juga tinggi. Pada Komunitas Dukuh
Mandiangin Barat, sebagian besar warga selalu membantu tetangga yang sedang membangun rumah, melaksanakan hajatan pesta perkawinan, sunatan, syukuran,
dll, atau yang sedang terkena musibah, dan hanya sebagian kecil warga yang jarangkadang-kadang saja melakukannya. Pada Komunitas Dukuh
Bi‟ih, seluruh warga selalu membantu tetangga yang sedang membangun rumah, melaksanakan
hajatan pesta perkawinan, sunatan, syukuran, dll, atau yang sedang terkena musibah. Alasan warga selalu membantu tetangga yang sedang melaksanakan
hajatan atau yang sedang terkena musibah tersebut adalah karena didasari oleh rasa empati, belas kasihan, serta adanya keyakinan bahwa jika mereka berbuat
baik atau menolong orang lain dengan penuh ketulusan maka suatu saat ketika mereka mengalami kesulitan maka mereka juga pasti akan mendapat pertolongan
dari Yang Maha Kuasa, baik melalui orang yang pernah mereka tolong tersebut maupun melalui orang lain. Adapun alasan warga yang jarang kadang-kadang
saja dapat membantu tetangga yang sedang melaksanakan hajatan atau yang sedang terkena musibah tersebut adalah karena kendala kesibukan pekerjaan
sebagai sopir yang lebih sering berada di luar desa, sehingga hanya pada acara atau hajatan tertentu saja yang bisa dia bantu.
Tingkat solidaritas solidarity antar sesama warga komunitas dukuh tergolong tinggi, hal ini karena dilandasi oleh norma-norma norms, nilai-nilai
values, sikap attitudes dan keyakinan beliefs yang melekat kuat pada setiap individu warga pada kedua komunitas tersebut dan sudah berlaku secara turun
temurun serta terinternalisasi dalam masyarakat. Nilai-nilai values yang melekat pada warga komunitas dukuh yang mendukung terciptanya tingkat solidaritas
yang tinggi antar sesama warga tersebut pada dasarnya bersumber dari ajaran
65 islam yang dianut oleh para warganya. Nilai-nilai values yang melekat kuat
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. a Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah;
Pada warga komunitas dukuh telah ditanamkan nilai-nilai kehidupan oleh para leluhurnya sejak dahulu bahwa tangan di atas memberi lebih baik daripada
tangan di bawah meminta. Nilai-nilai kehidupan yang bersumber dari ajaran agama islam tersebut melekat kuat pada warga komunitas dukuh sehingga pada
setiap kali musim panen buah, warga yang memiliki dukuh selalu membagikan sebagian hasil panen buahnya kepada tetanggawarga lain yang tidak memiliki
dukuh. Sejak dahulu hingga sekarang, nilai-nilai kebaikan tersebut masih hidup di
tengah-tengah masyarakat warga komunitas dukuh. b Memberi sesuatu kepada orang lain harus yang berkualitas baik dan ikhlas
tanpa pamrih; Nilai-nilai values yang juga masih berlaku pada warga komunitas dukuh
hingga sekarang adalah bahwa memberi sesuatu kepada orang lain haruslah berupa benda atau barang yang berkualitas baik atau paling tidak yang masih bisa
dimanfaatkan, serta dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih sebagaimana yang dianjurkan di dalam ajaran agama. Warga tidak dibenarkan memberi sesuatu yang
tidak baik kepada orang lain karena akan menurunkan harkat dan martabatnya, termasuk diantaranya memberi buah-buahan hasil dari dukuh haruslah buah yang
baik. c Membalas setiap kebaikan dari orang lain dengan kebaikan pula;
Warga masyarakat di Kecamatan Karang Intan memegang teguh nilai-nilai values dalam kehidupan bahwa setiap kebaikan yang diterima dari orang lain
harus dibalas dengan kebaikan pula. Nilai-nilai tersebut telah berlaku turun- temurun dan terinternalisasi dalam masyarakat. Setiap pemberian sesuatu
bendabarang dari tetangga atau warga yang lainnya biasanya selalu dibalas dengan pemberian bendabarang lainnya pula kepada tetanggawarga lain tersebut.
Jika tidak bisa dengan bentuk barang maka balasan kebaikan tersebut biasanya dalam bentuk tenaga, pertolongan atau bentuk perhatian lainnya. Demikian pula