Definisi Operasional Social Capital in the Management of Forest Gardens (Dukuh) on Karang Intan Subdistrict, Banjar Regency, South Kalimantan Province

22 Aturan-aturan tidak tertulis yang mengikat individu atau masyarakat Tingkat pelanggaran warga terhadap aturan: Pelanggaran oleh pribadi responden Pelanggaran oleh warga yang lain menurut responden. 3. Paham 1. Sering 2. Jarang 3. Tidak Pernah Peranan roles Pendapat responden terhadap peranan para tokoh dalam mendukung pengelolaan pelestarian dukuh: Tokoh Agama Tokoh Adat Kepala Desa Camat 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Jejaring network Keterbentukan organisasilembaga formal Intensitas kunjungan kepada keluarga sanak famili dalam satu desa Intensitas kunjungan kepada tetangga Intensitas pertemuan anggota komunitas Kerjasama dengan komunitas lain Negosiasi pemasaran hasil panen Kepadatan organisasiperkumpulan yang diikuti 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Performansi Dukuh Performansi dukuh: Kerapatan Tumbuhan Jumlah individuha - Buruk : 1000 - Baik : 1000 sd 25000 - Sangat Baik : 25000 1. Buruk 2. Baik 3. Sangat Baik Produktivitas NilaiPendapatan dari buah yang dihasilkan dukuh - Rendah : Rp 7 juta perhektar - Sedang : Rp 7 juta sd Rp 10 juta perhektar - Tinggi : Rp 10 juta perhektar 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Sustainabilitas Usaha-usaha untuk mempertahankan keberadaan tanaman replantingperemajaan dan pemeliharaan - Rendah : Tidak pernah - Sedang : Jarang Kadang-kadang - Tinggi : Sering dilakukan 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Equitabilitas Tingkat akses terhadap manfaat yang dirasakan oleh masyarakat: - Rendah : Hanya bermanfaat bagi pemiliknya saja - Sedang : Bermanfaat bagi pemilik dan pembeli buahnya saja - Tinggi : Bermanfaat bagi banyak pihak pemilik, masyarakat sbg tenaga kerja mitra, sanak famili tetangga yg tdk memiliki dukuh, serta para pembeli buahnya, dll 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Efisiensi Tingkat efisiensi: - Rendah : biaya produksi 40 - Sedang : biaya produksi 20 – 40 - Tinggi : biaya produksi 20 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 23

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada dua desa di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu D esa Bi‟ih Komunitas Dukuh Bi‟ih dan Desa Mandiangin Barat Komunitas Dukuh Mandiangin Barat. Pilihan pada dua desa tersebut dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Desa Bi‟ih adalah desa yang paling jauh sedangkan Desa Mandiangin Barat adalah desa yang paling dekat dengan Ibu Kota Kabupaten. Alasan lain pemilihan lokasi tersebut adalah bahwa peneliti sudah cukup mengenal dan memahami dengan baik sosial budaya serta bahasa yang digunakan sehari-hari, sehingga komunikasi dengan anggota masyarakat di kedua desa tersebut tidak menjadi hambatan. Oleh sebab itu, secara purposive peneliti tertarik melakukan penelitian di lokasi tersebut. Pengambilan data, pengamatan dan pengukuran di lapangan dilaksanakan dari bulan Desember 2011 hingga Pebruari 2012.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode survai. Ciri khas penelitian ini adalah pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada responden Nazir 2003, Singarimbun Effendi 2008. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner terstruktur kepada responden, wawancara mendalam kepada beberapa informan kunci yaitu kepala desa pembakal dan beberapa tokoh masyarakat, pengamatan observation dan pengukuran langsung di lapangan untuk mengetahui performansi dukuh. Data sekunder diperoleh dari data-data laporan dokumentasi dari berbagai instansi terkait yang mendukung penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1 kondisi umum lokasi penelitian, 2 modal sosial masyarakat dalam pengelolaan dukuh, 3 performansi dukuh kerapatan tumbuhan, produktivitas dukuh, sustainabilitaskeberlanjutan dukuh , ekuitabilitaskeadilan, dan efisiensi. 24 Responden dalam penelitian ini dipilih secara acak dari anggota komunitas yang memiliki dukuh di dua desa yaitu Bi‟ih dan Mandiangin Barat. Jumlah responden untuk masing-masing komunitas dukuh adalah 30, sehingga total untuk dua desa adalah 60 responden. Jumlah tersebut ditentukan atas berbagai pertimbangan, diantaranya tingkat homogenitas populasi yang tinggi, selain itu jumlah tersebut dianggap cukup karena untuk data yang akan dianalisis dengan teknik statistika parametrik dapat menggunakan data minimal 30 responden Usman Akbar 2008.

3.5 Pengukuran Lapangan

Pengukuran lapangan dilakukan untuk mendapatkan data mengenai komposisi jenis tumbuhan. Data pengukuran ini merupakan salah satu bentuk identifikasi vegetasi yang dapat menjelaskan kondisi tegakan hutan yaitu pohon dan permudaannya serta tumbuhan bawah Soerianegara Indrawan 1998. Data komposisi jenis tumbuhan diperoleh melalui pengambilan contoh menggunakan petak pengamatan berbentuk bujur sangkar. Petak pengamatan dipilih secara sengaja purposive sampling. Pada setiap dukuh yang dimiliki oleh masing-masing responden di buat 1 petak pengamatan dengan ukuran 20m x 20m. Petak contoh dibuat bersarang nested sampling yang dibagi dalam 4 ukuran berdasarkan perbedaan fase pertumbuhan, yaitu: a 2 m x 2 m untuk pengamatan tumbuhan bawah tinggi ≤ 1,5 m; b 5 m x 5 m untuk pengamatan pancang tinggi 1,5 m; diameter 2-10 cm; c 10 m x 10 m untuk pengamatan tingkat tiang diameter 10-20 cm; dan d 20 m x 20 m untuk pengamatan pohon diameter 20 cm. 25

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengukuran Tingkat Modal Sosial

Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan besarnya tingkat modal sosial rendah, sedang, tinggi dalam mendukung pengelolaan dukuh dilakukan dengan persamaan: Jumlah kelas yang diinginkan yaitu 3 kelas rendah, sedang, tinggi. Adapun jumlah responden pada masing-masing komunitas dukuh adalah sebanyak 30 responden. Nilai untuk setiap pertanyaan pada responden adalah yang terendah 1, sedang 2, dan yang tertinggi 3. Secara rinci cara pengukuran tingkat modal sosial pada masing-masing komunitas dukuh adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Cara pengukuran tingkat modal sosial pada komunitas dukuh No. Modal Sosial Jumlah Pertanyaan Jawaban Responden Total Nilai Komunitas 30 Responden Selang Kelas Tingkat Modal Sosial Komunitas Kriteria Nilai Kelas Ukuran Total Nilai 1. Kepercayaan 7 Tidak percaya 1 30x7x1 sd 30x7x3 630-2103 Rendah 210 – 350 Ragu-ragu 2 210 sd 630 = 140 Sedang 351 – 490 Percaya 3 Tinggi 491 – 630 2. Kerjasama 2 Tidak pernah 1 30x2x1 sd 30x2x3 180-603 Rendah 60 – 100 Jarang 2 60 sd 180 = 40 Sedang 101 – 140 SeringSelalu 3 Tinggi 141 – 180 3. Solidaritas 3 Tidak pernah 1 30x3x1 sd 30x3x3 270-903 Rendah 90 – 150 Jarang 2 90 sd 270 = 60 Sedang 151 – 210 SeringSelalu 3 Tinggi 211 – 270 Kognitif 7+2+3 = 12 30x12x1 sd 30x12x3 1080-3603 Rendah 360 – 600 360 sd 1080 = 240 Sedang 601 – 840 Tinggi 841 – 1080 4. Aturan 4 Tidak paham 1 30x4x1 sd 30x4x3 360-1203 Rendah 120 – 200 Cukup paham 2 120 sd 360 = 80 Sedang 201 – 280 Paham 3 Tinggi 281 – 360 5. Peranan 4 Rendah 1 30x4x1 sd 30x4x3 360-1203 Rendah 120 – 200 Sedang 2 120 sd 360 = 80 Sedang 201 – 280 Tinggi 3 Tinggi 281 – 360 6. Jaringan 7 Rendah 1 30x7x1 sd 30x7x3 630-2103 Rendah 210 – 350 Sedang 2 210 sd 630 = 140 Sedang 351 – 490 Tinggi 3 Tinggi 491 – 630 Struktural 4+4+7 = 15 30x15x1 sd 30x15x3 1350-4503 Rendah 450 – 750 450 sd 1350 = 300 Sedang 751 – 1050 Tinggi 1051 – 1350 Modal Sosial 12+15 = 27 30x27x1 sd 30x27x3 2430-8103 Rendah 810 – 1350 810 sd 2430 = 540 Sedang 1351 – 1890 Tinggi 1891 – 2430 26

3.6.2 Pengukuran Performansi Dukuh

Performansi dukuh dijelaskan berdasarkan nilai kerapatan tumbuhan, produktivitas dukuh, keberlanjutan sustainabilitas, keadilan ekuitabilitas, dan efisiensi.

3.6.2.1 Kerapatan Tumbuhan

Identifikasi komposisi jenis tumbuhan dilakukan dengan menggunakan pengukuran kerapatan tumbuhan menurut Soerianegara dan Indrawan 1998. Pengukuran yang dilakukan adalah dengan menghitung kerapatan tumbuhan individuha setiap tingkatan untuk menduga kecukupan jumlah tumbuhan atau kerapatan tumbuhan dalam menjaga heterogenitas dan adaptabilitas vegetasi terhadap gangguan. Perhitungan kerapatan menggunakan rumus sebagai berikut: Kerapatan = Kerapatan Relatif = x 100 Kecukupan jumlah tumbuhan atau kerapatan tumbuhan penting untuk tetap dapat menjaga heterogenitas dan adaptabilitas vegetasi terhadap perubahan- perubahan ataupun penyakit, yakni berkisar 1.000 – 25.000 individuha dengan rata-rata kisaran 5.000 individuha yang tersebar dari tingkat semai hingga pohon Jacobs 1981. Nilai Kerapatan Tumbuhan diperoleh dari total penjumlahan seluruh nilai kerapatan individuha yang tersebar dari tingkat semai hingga pohon. Penentuan Nilai Kerapatan didasarkan pada kriteria sebagai berikut: - Nilai Kerapatan Buruk : jumlah individu perhektar 1.000. - Nilai Kerapatan Baik : jumlah individu perhektar 1.000 - 25.000. - Nilai Kerapatan Sangat Baik : jumlah individu perhektar 25.000. Jumlah individu Luas petak contoh Kerapatan suatu jenis Kerapatan seluruh jenis