Mata Pencaharian Alternatif MPA

81 Tabel 15 Daftar pelanggaran yang tercatat sepanjang 2000-2009 No 1 Tahun 2000 Kejadian Kepala Desa beserta staf, Binmas dan RK menangkap pelaku illegal fishing Keterangan Pelaku berasal dari Lumuk-lumuk KecamatanUjungTanah pengebom Pemburuan pelaku penggunaan alat tangkap rawe. Pelaku berasal dari luar PulauSelayar Mayarakat tidak mengijinkan alat tersebut untuk dioperasikan di perairan mereka karena tidak ada ijin dari pihak berwenang 2 3 4 2002 4Mei 2009 6Mei 2009 Kepala Desa, Mahasiswa UNISMUH dan Pelaku berasal dari Kabupaten Polisi menangkap pelaku illegal fishing Bulukumba pengebom. Terjadipengeboman PelakuNelayandariPulauKayuadi Terjadipengeboman dan pembiusan. Pelaku pengeboman berhasil kabur, pembius ditangkap Setelah diproses di kepolisiann, pelaku kemudian dibebaskan. Sumber: Data primer diolah 2010

5.7.6 Mekanisme Penyelesaian Konflik

Masyarakat semestinya memiliki hak untuk menyampaikan gagasan, persepsi, keberatan, usulan perubahan, ataupun gagasan mereka lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut, sebelum rumusan kebijakan dan rencana pengelolaan ditetapkan. Dengan adanya rencana pengelolaan ini diharapkan potensi konflik pemanfaatan atau konflik yuridiksi dapat diminimalisasi bahkan dihindarkan. Pada dasarnya konflik antar nelayan di Desa Bontolebang relatif tidak terjadi selama pengelolaan DPL karena sejak awal masyarakat sudah diberikan penjelasan tentang pentingnya pengelolaan. Sementara itu, konflik nelayan lokal dengan nelayan luar disebabkan adanya aktifitas penangkapan ikan oleh nelayan luar yang umumnya menggunakan alat tangkap illegal penggunaan rawai danatau merusak lingkungan, seperti bom, potassium sianida dan bahan racun lainnya. Penyelesaian konflik internal nelayan ini didekati melalui penyelesaian dengan memberikan pemahaman kepada nelayan. “Mereka nelayan diberi pilihan; menutup sebagian area tangkap menjadi sempit tapi ikan banyak melimpah, atau area tangkapan luas tapi ikan sedikit?” Ungkap seorang pengelola. Sementara untuk konflik dengan nelayan luar, pengelola beserta pemerintah desa melakukan sosialisasi dan mendatangi desa-desa sekitar untuk memberikan pemahaman dan pemberian informasi tentang keberadaan DPL di Bontolebang. 82

5.7.7 Pengakuan dari Pemerintah

Lembaga pengelola sumberdaya terumbu karang LPSTK dibentuk atas prakarsa masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang. LPSTK dan pokmas telah disahkan oleh pemerintahan desa dalam sebuah keputusan desa tentang pengangkatan pengurus lembaga. Hal ini sebagai bentuk pengakuan secara formal lembaga-lembaga tersebut oleh pemerintah desa sebagai pengelola kegiatan. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut juga dipayungi oleh sebuah peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ditetapkan oleh desa dalam bentuk peraturan desa.

5.7.8 Jaringan dengan Lembaga Luar

Keberadaan kelompok masyarakat konservasi sebagai representasi masyarakat pengelola terumbu karang dikoordinir oleh LPSTK untuk dapat melakukan perannya baik di lokasi DPL Desa Bontolebang maupun DPL-DPL sekitar desa yang ada di Pulau Pasi atau di lokasi desa lain. Hal ini sangat penting untuk menjaga kelestarian secara integrasi dalam sebuah kawasan konservasi daerah. Sampai saat ini koordinasi antar lembaga dilakukan dengan melibatkan lembaga-lembaga pengelola DPL yang ada di desa-desa binaan Coremap.

5.8 Analisis Stakeholder

Dalam penelitian ini untuk mengetahui partisipasi stakeholder terhadap DPL dalam pembentukan dan pengelolaan dilakukan analisis Stakeholder. Stakeholder adalah siapa saja yang berkepentingan atau terkena dampak atas suatu perencanaan, dimana informasi dan peran aktif mereka sangat diperlukan. Organisasi stakeholder adalah siapapun, kelompok atau individu, yang dapat mempengaruhi atau terpengaruh oleh pencapaian suatu organisasi itu. Stakeholder dalam suatu proses kegiatan adalah aktor berupa perorangan, komunitas, kelompok sosial, atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam sebuah kebijakan yang harus dipertimbangkan Schmeer 2000. Dalam proses perencanaan dan pengambilan kebijakan terhadap suatu permasalahan maka analisis stakeholder menjadi suatu yang penting untuk dilakukan. Pengambil keputusan dapat menggunakan analisis stakeholder untuk mengidentifikasi