Pendidikan dan Pelatihan Faktor Pendukung Keberadaan DPL

78 melakukan patroli secara periodik baik yang dilakukan secara terpisah maupun secara terpadu sesuai kebutuhan. Tugas pemantauan yang dilakukan oleh pokmas konservasi lebih kepada pelaksanaan penegakkan aturan bagi pelaku penangkapan dengan cara ilegal atau merusak. Sementara tugas pokok pemantauan kondisi ekologis DPL sebagaimana poin a diatas, dilakukan oleh tim Coremap. Dalam sebuah pengelolaan berbasis masyarakat, tugas pengawasan dan pemantauan ini dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya mereka dalam menegakkan aturan. Nelayan yang sedang melakukan penangkapan secara bersamaan memantau dan mengawasi lingkungan atau keadaan sekitarnya. Jika ada indikasi terjadi kegiatan illegal, maka segera dilaporkan kepada kelompok konservasi yang selanjutnya akan mengecek ulang laporan tersebut, dan apabila laporan nelayan ternyata benar maka kelompok konservasi segera berkoordinasi dengan penanggung jawab pengelolaan LPSTK dan membuat berita acara yang diserahkan ke pemerintah desa atau Coremap untuk melakukan penindakan dan kemudian melaporkan aktivitas ilegal tersebut ke pihak yang berwajib. Secara umum prosedur teknis pemantauan dan pengawasan DPL dapat dilihat pada gambar 20. Pemerintah Desa Penanggung Jawab Pengelolaan LPSTK Pemberitahuan Kelompok Konservasi Patroli Pengamatan Kasus Penindakan Gambar 20 Prosedur teknis pemantauan dan pengawasan DPL. Namun kondisi ideal ini tidak secara rutin dilakukan mengingat berbagai kendala dilapangan antara lain, tidak berfungsinya pos pengawas, biaya operasional yang tinggi, lemahnya penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran, serta kurang dilibatkannya masyarakat dalam pengawasan. “Harusnya ada petugas yang khusus yang ditempatkan di pos pengawas”, demikian ungkap seorang nelayan. Masyarakat menilai penegakan hukum yang telah dilakukan 79 masih lemah, misalnya kejadian penangkapan pelaku penangkapan dengan cara bius pada tanggal 6 Mei 2009. Meskipun kejadian tersebut disaksikan oleh seluruh aparat baik desa, babinsa, binmas dan masyarakat, namun ketika diproses di kepolisian tidak lama pelaku dibebaskan. Akhirnya masyarakat bersikap acuh dan lebih memilih aman untuk kompromi dengan pelaku pelanggaran jika mereka menemuinya di lapangan. Berdasarkan kondisi ini peran kelompok konservasi menjadi kurang diakui oleh masyarakat. “Penegakan hukum adalah tugas polisi, bukan kami”. Ungkap salah seorang nelayan. Lemahnya pengakuan oleh masyarakat terhadap penegakan hukum ini melemahkan keberadaan peran pokmas konservasi sebagai bagian dari masyarakat sendiri.

5.7.5 Sanksi

Apabila terjadi pelanggaran aturan, maka aturan yang telah disepakati bersama perlu ditegakkan dan sanksi diberikan kepada pelanggar. Sanksi yang dikenakan sesuai dengan yang ada dalam perdes, tidak boleh ditambah ataupun dikurangi. Adapun aturan yang terdapat dalam rancangan perdes bersifat bertingkat dimana sanksi diberlakukan berdasarkan jumlah pelanggaran yang dilakukan, yaitu: 1 2 3 Setiap orang dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam perdes dikenakan sanksi tingkat pertama berupa permintaan maaf oleh pelanggar, mengembalikan semua hasil yang diperolehnya dari DPL kepada desa, dan menandatangani surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi pelanggaran tersebut dihadapan aparat desa, kelompok pengelola dan masyarakat. Setiap orang dengan sengaja melakukan pelanggaran kedua kalinya yang terbukti melanggar ketentuan dalam perdes, dikenakan sanksi tingkat kedua berupa denda dengan sejumlah uang yang ditentukan kemudian oleh kelompok pengelola; dan menyita semua peralatan yang dipakai dalam pelanggaran aturan DPL. Setiap orang dengan sengaja melakukan pelanggaran ketiga kalinya yang terbukti melanggar ketentuan dalam perdes, dikenakan sanksi tingkat ketiga berupa denda dengan sejumlah uang yang ditentukan oleh kelompok pengelola, menyita semua peralatan yang dipakai dalam pelanggaran aturan