83 pemain kunci, menilai pengetahuan, posisi, serta kepentingan mereka dalam
sebuah kebijakan. Analisis stakeholder sangat penting untuk mengetahui data atau informasi
yang akurat tentang seseorang atau kelompok yang berkepentingan dalam suatu kebijakan. Data atau informasi tersebut dapat digunakan sebagai masukan dalam
menganalisis stakeholder lain; mengembangkan rencana aksi dalam mendorong reformasi kebijakan; serta sebagai pedoman dalam partisipasi dan proses
pengambilan keputusan.
5.8.1 Identifikasi Isu Pengelolaan DPL
Merumuskan isu yang spesifik dan tepat dalam sebuah pengelolaan dilakukan agar analisis stakeholder dapat dilakukan. Menurut Tulungen et al.
2002 yang dimaksud dengan identifikasi isu adalah proses pengumpulan informasi dan penentuan masalah-masalah sumberdaya pesisir yang ada di desa,
sebab dan akibat dari permasalahan, dan penanganan isu yang direkomendasikan atau diusulkan dalam rencana pengelolaan. Keterlibatan dan partisipasi
masyarakat dalam proses pengelolaan berbasis masyarakat dimulai sejak tahap pengidentifikasian isu, yang merupakan awal proses pengelolaan. Isu dapat berupa
masalah yang ingin dan perlu ditangani kerusakan, kekurangan, gangguan, dan lain-lain, konflik perselisihan, kurang koordinasi, dan sebagainya yang perlu
diselesaikan di antara masyarakat, dan potensi atau peluang yang dapat dikembangkan potensi perikanan, pariwisata, dan lain-lain.
Isu-isu pengelolaan yang diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain berfokus pada tiga isu spesifik tentang keterlibatan stakeholder dalam
pembentukan, serta pengelolaan DPL di Desa Bontolebang. Beberapa isu tersebut adalah :
1. Partisipasi dalam proses pembentukan DPL, beberapa aspek yang diamati: a. Sosialisasi pembentukan DPL
b. Penentuan lokasi DPL c. Pembuatan tanda batas DPL
d. Pembuatan Perdes e. Pembuatan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang RPTK
f. Menjadi anggota Kelompok Masyarakat Pokmas
84 g. Ikut serta dalam studi banding
2. Berpartisipasi dalam Pengelolaan DPL, aspek yang diamati : a. Keterlibatan dalam monitoring dan evaluasi DPL
b. Keterlibatan dalam pengawasan DPL c. Melakukan sosialisasi DPL
d. Mendukung pengelolaan DPL e. Mengikuti pelatihan mengenai DPL dan terumbu karang
3. Faktor yang menjadi hambatan pengelolaan a. Hambatan pengelolan DPL
b. Harapan kedepan terhadap keberadaan DPL
5.8.2 Identifikasi Stakeholder
Dalam pengelolaan sumberdaya pesisir senantiasa banyak terdapat pemangku kepentingan stakeholders yang berkepentingan terhadap pengelolaan,
dimana masing-masing stakeholders memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Perbedaan kepentingan diantara kelompok satu dengan kelompok lain ada yang
menjadi faktor yang berpotensi mendukung upaya pelestarian terumbu karang, tetapi ada pula yang justru semakin menambah kerusakan ekosistem terumbu
karang. Pembentukan dan pengelolaan DPL berbasis masyarakat dilakukan antara
masyarakat, pemerintah setempat dan para pihak yang berkepentingan stakeholder yang ada di desa. Dalam penentuan lokasi dan aturan pengelolaan,
teknis, pendanaan, serta penyadaaran masyarakat dilakukan dengan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam hal ini Pemerintah setempat. Tanggung jawab
dalam menentukan lokasi dan tujuan pengelolaan DPL ditetapkan oleh masyarakat, sedangkan bantuan teknis dan pendanaan, serta persetujuan terhadap
peraturan ditetapkan oleh pemerintah atas kesepakatan masyarakat. Pemangku kepentingan stakeholder yang terlibat berpartisipasi dalam
proses pembentukan dan pengelolaan DPL Desa Bontolebang terbagi menjadi beberapa kelompok stakeholder, dimana terdapat beberapa pemangku kepentingan
dan perannya dalam program pengelolaan DPL yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu terdiri dari : 1 Pemerintah Desa, 2 Badan Perwakilan Desa BPD, 3
85 Kelompok Pengelola dan Nelayan, 4 Tokoh Masyarakat, Imam Desa, dan
SwastaPengusaha dan 5 LembagaInstitusi Pemerintah Daerah. 1. Pemerintah Desa
Pemerintah desa memegang peranan utama dalam terlaksananya program karena tanpa keterlibatannya akan mempengaruhi keberhasilan program.
Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa, sekretaris desa, kepala urusan kaur dan seksi-seksi. Dalam penelitian terdapat sejumlah 8 orang responden yang
terdiri dari: kepala desa, sekretaris desa, 6 orang staf desa, dan 3 kepala dusun. 2. Badan Perwakilan Desa BPD
BPD sebagai lembaga penjelmaan masyarakat desa mempunyai tanggung jawab moral untuk menyuarakan aspirasi masyarakat dalam bentuk kabijakan-
kebijakan yang berpihak kepada kepentingan masyarakat secara keseluruhan. BPD bersama-sama Kepala Desa akan menyusun perencanaan dan membuat
aturan-aturan tingkat desa. BPD akan memberikan koreksi terhadap Kepala Desa apabila terdapat kekeliruan penyelenggaraan kebijakan termasuk pelaksanaan
rencana pengelolaan. Dalam penelitian terdapat sejumlah 5 orang responden yang terdiri dari : Ketua, wakil ketua, sekretaris, dan 2 orang anggota.
3. Kelompok Pengelola dan Nelayan Kelompok pengelola adalah kelompok yang di bentuk khusus untuk
membantu mempersiapakan dan melaksanakan rencana pengelolaan yang di buat oleh desa. Dalam program Coremap II di Desa Bontolebang telah dibentuk
Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang LPSTK. LPSTK merupakan sub-ordinasi dari Pemerintah Desa yang bertugas sebagai penanggung jawab
pengelolaan serta membuat perencanaan ekosistem laut ditingkat desa, diantaranya rencana pengelolaan terumbu karang. LPSTK terdiri dari anggota
kelompok masyarakat yang dipilih melalui musyawah desa, yang secara umum mempunyai fungsi dan peran mengelola kegiatan yang didanai oleh Coremap.
Struktur pengurus LPSTK terdiri dari seorang ketua, sekretaris dan bendahara. Pokmas adalah suatu organisasi atau kelompok masyarakat yang dibentuk
oleh masyarakat dalam satu desa. Pembentukan Pokmas ini disesuaikan dengan kebutuhan lokal berdasarkan masukan dari masyarakat. Desa Bontolebang
memiliki 4 kelompok masyarakat pokmas yang terdiri dari 1 pokmas konservasi,