70 serta buku bagi pelajar sebagai bahan muatan lokal di Kabupaten Kepulauan
Selayar. Para pelajar sudah sejak dini diberikan pemahaman mengenai pentingnya mengelola ekosistem terumbu karang.
Pusat informasi
menjadi tempat
yang sangat
efektif dalam
mengkampanyekan penyadaran serta pentingnya pendidikan pengelolaan terumbu karang bagi masyarakat sejak dini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buku-buku
bacaan serta permainan yang semuanya diarahkan kepada penyadaran akan pentingnya ekosistem terumbu karang.
Sementara itu berbagai pelatihan mulai dari pelatihan bagi pengelola dan juga bagi masyarakat telah dilakukan. Seperti pelatihan Creel, pelatihan pokmas,
pelatihan produksi dan pemasaran mata pencaharian alternatif, pelatihan metode pemantauan, pelatihan selam dan pelatihan manajemen keuangan. Dalam
pelaksanaannya pelatihan-pelatihan tersebut dihadiri oleh orang-orang yang sama bahkan didominasi oleh seseorang ketua LPSTK sebagai peserta. Padahal
seyogyanya pelatihan seperti pelatihan produksi pemasaran mata pencaharian alternatif dihadiri oleh anggotapengurus pokmas produksi namun dihadiri oleh
Ketua LPSTK. Beberapa pelatihan juga dirasakan kurang efektif dikarenakan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti pelatihan pembuatan abon,
bakso dan nugget ikan. Pelatihan hanya pada tataran teknis saja namun setelah itu masyarakat bingung mau dipasarkan kemana.
5.6.4 Dukungan Pendanaan
Dukungan pendanaan dalam program Coremap di Desa Bontolebang terdapat dalam dua skema, yaitu village grant dana bantuan desa dan seed fund.
Dana Village grant adalah dana hibah yang diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki fasilitas infarastruktur desa dalam rangka mendukung kegiatan
rehabilitasi terumbu karang. Dana yang berasal dari dana pinjaman bank dunia berjumlah 100 juta rupiah dengan pencairan sebanyak 2 dua tahap. Kegiatan
village grant ini telah dilaksanakan sejak tahun 2007 terealisasi 100 persen dari total dana yang akan disalurkan. Realisasi village grant tahun 2007 dan 2008
dapat dilihat pada tabel 13.
71 Tabel 13 Realisasi village grant 2007 dan 2008
Tahun Realisasi
2007
2008
Realisasi Village grant
Kapal pengawas Pagar Mesjid
Pagar Mesjid Bak penampungan air
Balai Pertemuan Bak air 15 unit
Lokasi
- Gusung Barat
Gusung Timur Gusung lengu’
Gusung Barat Lengu’, Barat dan
Keterangan
Baik dan berfungsi Baik dan berfungsi
Baik dan berfungsi Baik dan kurang berfungsi
Baik dan berfungsi Baik dan kurang berfungsi
Timur Mesin kapal
Pos pemantau -
Gusung Talang Baik dan belum berfungsi
Baik dan belum berfungsi
Sumber: data primer diolah 2010 Di Desa Bontolebang terdapat lembaga keuangan mikro LKM bernama
LKM “Karang Indah”, Koperasi usaha bersama Kube “sejahtera” dan sebuah koperasi desa yang berfungsi sebagai penggerak kegiatan produktif masyarakat.
Pemanfaat dana LKM sampai dengan Desember 2009 telah mencapai 96 orang dan tidak ada pemanfaat yang penunggak, artinya keberadaan LKM “Karang
Indah” telah mampu menggerakkan masyarakat dalam melakukan kegiatan produktif.
Tabel. 14 Nama LKM dan jumlah pemanfaat di Kecamatan Bontoharu dan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar
No
1 2
3 4
NamaLKM
Polassi Bantimurung
Patikarya KarangIndah
Jml Pemanfaat
41orang -
75orang 96orang
Jml penunggak
- 6orang
43orang -
JmlTunggakan
- 2.735.250
Tidakadadata -
OmsetLKM Rp
23.240.000 54.5783641
57.707.000 30.551.875
Saldo Rp
5.340.000 2.143.641
25.857.000 13.860.375
Sumber: data primer diolah 2010 Berdasarkan data laporan SETO per Desember 2009, jumlah omset LKM di
Desa Bontolebang relatif besar yaitu Rp30 551 875.00 dengan saldo kas sebesar Rp13 860 375.00, hal ini menunjukan bahwa kegiatan LKM relatif efektif jika
dibandingkan dengan LKM-LKM yang ada di desa-desa lain. Dana seed fund yang dikelola oleh LKM di Desa Bontolebang, diharapkan
dapat dipantau secara berkelanjutan oleh SETOFM dan tidak terlepas dari pengawasan kepala desa selaku pembinapenasehat di tingkat desa. Hal ini
dilakukan agar dana yang diberikan dapat berkelanjutan sehingga pemanfaatannya
72 dapat dirasakan masyarakat secara merata. Tidak hanya kelancaran perguliran
dana yang diharapkan, tetapi outcome yang sangat ditekankan adalah bertambah dan meningkatnya usaha yang dibangun masyarakat sehingga kesejahteraan
mereka juga meningkat. Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi mengejar kesejahteraan mereka melalui kegiatan-kegiatan yang tidak ramah lingkungan.
5.6.5 Mata Pencaharian Alternatif MPA
MPA yang mulai dikembangkan di Desa Bontolebang adalah pembesaran ikan baronang dengan metode keramba tancap. Kegiatan ini mulai dirintis pada
awal Juni dan dikelola oleh ketua LPSTK desa Bontolebang, dengan adanya usaha ini akan membuka mata pencaharian baru bagi masyarakat nelayan desa
Bontolebang karena usaha ini membutuhkan bibit ikan baronang sementara dipesisir pantai pulau ini memiliki banyak sekali jenis ikan termasuk baronang
sehingga usaha ini tidak perlu menyuplai bibit dari luar desa. Berdasarkan diskusi dan pemantauan langsung yang dilakukan, keramba tancap yang ada sekarang
semakin bertambah dan sebagian besar memelihara ikan baronang dan kerapu. Pertumbuhan ikan yang ada berdasarkan informasi dari nelayan adalah sangat
lambat, hal ini disebabkan karena kurangnya pakan yang diberikan. Selain itu, pemantauan keramba juga tidak terlalu intens dilakukan sehingga konstruksi
keramba mengalami kebocoran akibat dari tekanan air maupun sampah-sampah yang tersangkut pada konstruksi keramba.
Peran istri dalam bidang perikanan dan kelautan masih sangat minim sedangkan dalam bidang pertanian keterlibatan perempuan masih sangat menonjol
sehingga sangat membantu dalam peningkatan ekonomi keluarga. Hal ini menimbulkan pemikiran bahwa isteri petani lebih produktif daripada isteri
nelayan. Oleh karena itu untuk membantu peningkatan ekonomi keluarga, isteri nelayan biasanya membuka usaha lain, seperti usaha jualan kue, nasi kuning dan
sembako. Kue yang dijual biasanya dijajakan berupa kue basah yang dijajakan keliling kampung dan nasi kuning biasanya dijajakan di kantin sekolah dasar.
Selain jualan makanan siap santap, dilakukan juga usaha warung dengan menjual sembako dan peralatan penangkapan seperti pancing dan tasi monofilament.
Usaha lain yang berkembang sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat khususnya di Desa Bontolebang adalah pengeringan ikan. Kegiatan
73 ini telah digeluti masyarakat selama bertahun-tahun, tetapi usaha ini masih dalam
skala kecil. Meskipun masih dalam skala kecil, usaha ini sangat membantu dalam mengangkat perekonomian keluarga, apalagi jenis ikan yang dikeringkan
merupakan ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti berbagai jenis ikan kerapu dan jenis tenggiri. Diantara kegiatan mata pencaharian alternatif yang
dilakukan masyarakat Desa Bontolebang saat ini dapat dilihat pada gambar 19.
Gambar 19 Keramba jaring tancap dan pengeringan ikan sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat Desa Bontolebang.
5.7 Karakteristik Lembaga Pengelola DPL
Dalam menganalisis karakteristik lembaga pengelola DPL ini peneliti menggunakan kriteria yang diungkapkan Ostrom 1990 sebagai berikut:
5.7.1 Kejelasan Batas Wilayah Perairan
DPL haruslah mempunyai perencanaan zonasi, yang ditetapkan secara sederhana, mudah dipahami dan dilaksanakan serta dipatuhi oleh masyarakat.
Berdasarkan pedoman umum Pengelolaan Berbasis Masyarakat Coremap, ada 4 empat zona kategori wilayah dalam pembentukan suatu kawasan konservasi
yaitu: 1 Wilayah pemanfaatan tradisional wisata, lokasi pemancingan umpan dan
lain-lain 2 Wilayah pengembangan budidaya laut rumput laut, kerang, pembesar
ikan dan lain-lain 3 Wilayah perlindungan masyarakat atau konservasi community sanctuary
4 Wilayah yang menjadi alur transportasi perairan pedalaman desa atau pulau Kementerian KP 2006.