24 Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan
pertimbangan, Desa Bontolebang merupakan salah satu lokasi kegiatan Coremap II Kabupaten Kepulauan Selayar; serta adanya DPL yang dibentuk oleh program
Coremap II dan masyarakat. Penelitian lapangan dilaksanakan pada Juni 2010.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional, yakni berusaha untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai fakta-fakta serta
hubungan atau fenomena yang diteliti Nazir 1983. Melalui pendekatan ini diharapkan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif dan mendalam
tentang obyek yang diteliti. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey,
yaitu pengamatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah variable pada suatu kelompok melalui wawancara langsung dan berpedoman pada
daftar pertanyaan yang disediakan Singarimbun 1989. Untuk mendapatkan informasi atau data, pada penelitian kualitatif
memerlukan serangkaian pertanyaan terbuka open-ended question untuk memperoleh sumber proses dari setiap kemungkinan jawaban yang tidak terbatas
dan mengantisipasi jawaban-jawaban yang bersifat tertutup Bunce et al. 2000. Pada pertanyaan terbuka atau disebut juga wawancara semi-terstruktur,
pertanyaan tidak dibatasi; setiap responden dapat memberikan jawaban berbeda atau juga sama, meski dengan urutan berbeda Fontana and Frey 2005.
Wawancara dilakukan dengan peroranganindividu atau kelompok.
Wawancara secara individu dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam dari informan kunci atau orang yang terlibat dalam topik kajian penelitian.
Wawancara dengan informan kunci ditetapkan untuk mengetahui isu atau topik secara komprehensif; dinamakan wawancara mendalam in-depth interview.
Sementara pada wawancara kelompok, kelompok yang sejenis ditanya seputar keterangan atau fakta-fakta sebuah topik. Pentingnya mendapatkan kelompok
yang sejenis kelompok wanita atau kelompok laki-laki daripada kelompok yang tidak sejenis wanita dan laki-laki dalam satu kelompok; adalah untuk
mendapatkan gambaran keterangan tentang persepsi kelompok tentang topik penelitian. Meskipun dalam kenyataannya tidak mudah untuk mendapatkan
25 kelompok sejenis tersebut jika wawancara dilakukan secara informalalami
Bunce et al. 2000; Fontana and Frey 2005. Proses dalam mendapatkan informasi dari wawancara mendalam dan
observasi dinamakan pola snowball, dimana responden didapatkan dari responden sebelumnya. Meskipun proses juga dilakukan dengan cara acak melalui informan
kunci. Pola seperti ini cocok dalam penelitian ditempat dimana tidak ada data dan referensi sebelumnya Fontana and Frey 2005. Informasi atau data yang didapat
dikategorikan kedalam masing-masing topik yang lebih spesifik Ezzy 2002; Neuman 2003.
3.3 Sampel dan Responden
Pemilihan responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan sengaja purposive sampling Singarimbun 1989. Responden yang diwawancarai adalah
penduduk dewasa yang berdomisili di sekitar lokasi penelitian yang terkait dengan pengelolaan DPL. Penduduk dalam hal ini adalah yang bersangkutan telah
matang dalam mengambil keputusan dan berpikir secara positif dalam mengambil tindakan, dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan. Responden nelayan yang diambil berjumlah 40 responden yang mewakili tiga dusun yang ada di Desa Bontolebang. Selain itu juga responden
yang mewakili lembaga pengelola terumbu karang LPSTK, pemerintah desa, tokoh masyarakat, pihak swasta, dan lembaga pemerintah kabupaten yang terkait
dengan pengelolaan.
3.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi. Metode triangulasi memadukan sedikitnya tiga metode, seperti pengamatan,
wawancara dan analisis dokumen Sitorus 1998. Pada metode triangulasi dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi terbuka dan
tertutup. c. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
26 d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu data primer
dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam dengan responden yang tinggal disekitar lokasi penelitian dengan berpedoman
pada daftar pertanyaan kuesioner yang telah disusun sesuai tujuan penelitian. Metode wawancara dengan mengajukan daftar pertanyaan yang memadukan tiga
cara yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan dengan pilihan jawaban dan pertanyaan dengan jawaban setuju atau tidak setuju. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
data yang lebih lengkap tentang objek yang diamati. Informasi atau data dikumpulkan melalui susunan berdasarkan tematopik dengan menggunakan
teknik-teknik yang merepresentasikan sampel dari stakeholder baik ditingkat masyarakat ataupun stakeholder lain seperti yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Metode penelitian
Stakeholder Tingkatan
Teknik Topik
Nelayan; Lembaga Pengelola
Masyarakat Wawancara
FGD perorangan,
Persepsi mereka tentang DPL proses
Sumberdaya Terumbu Karang
LPSTK pembentukan, partisipasi
serta hubungan dengan stakeholder lain;
Isu-isu pengelolaan sumberdaya
Komponen CBM- Coremap; SETO,
FM dan MD Masyarakat
Wawancara Perorangan semi- terstruktur
Pengelolaan DPL Proses pembentukan, partisipasi,
serta hubungan dengan stakeholder lain
Kepala Desa dan staf desa; Tokoh
masyarakat Masyarakat
Wawancara perorangan Perkembangan sosial
ekonomi Desa Bontolebang; isu-isu
pengelolaan sumberdaya perikanan; Sejarah Desa,
aturan-aturan lokal
Pelaku wisata Masyarakat
Wawancara perorangan Persepsi mereka tentang
DPL; interaksi dengan stakeholder lain; Isu-isu
pengelolaan sumberdaya
Dinas Kelautan dan Perikanan; Bappeda,
Dinas Pariwisata Pemerintah
Wawancara Perorangan semi- terstruktur
Isu-isu pengelolaan sumberdaya di tingkat
lokal kabupaten; Program COREMAP
Pengambilan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka baik dari hasil penelitian
terdahulu maupun dari tulisan-tulisan yang relevan. Selain itu,
27 pengumpulan data sekunder dilakukan melalui wawancara dengan pemerintah
setempat, tokoh masyarakat, lembaga non-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat LSM.
Wawancara lebih banyak dilakukan secara informal dengan pendekatan wawancara individuperorangan ataupun FGD focus group discussion Gibbs
1997. Wawancara dimulai dengan instansi atau lembaga pemerintah daerah seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda dan Dinas lain yang terkait
khususnya yang terlibat dalam pengelolaan program Coremap II Kabupaten Kepulauan Selayar. Kemudian dengan responden yang terlibat dalam proses
pembentukan DPL; responden ini merupakan informan kunci. Wawancara dengan kepala desa, tokoh masyarakat atau imam desa dan kepala dusun, dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang komprehensif terkait perkembangan sosial ekonomi desa, sejarah desa, aturan-aturan lokal, isu-isu pengelolaan serta persepsi mereka
tentang pembentukan DPL. Setelah mendapatkan gambaran umum tentang DPL, wawancara dilakukan dengan nelayan atau masyarakat lokal mengenai pesepsi
mereka tentang DPL termasuk proses pembentukan, implementasi serta dukungan terhadap pengelolaan. Pemilihan responden dilakukan dengan cara mengelilingi
desa dengan mendatangi setiap dusun, berkunjung ke kumpulan orang; dari satu orang ke yang lainnya; baik yang ada di rumah, bale-bale, ataupun di jalanan.
Untuk responden yang terlibat dalam proses pembentukan DPL, wawancara dilakukan dengan menanyakan gambaran proses pembentukan DPL berdasarkan
pengalaman mereka. Sementara untuk yang tidak terlibat dalam proses tersebut pertanyaan dimulai dengan persepsi mereka tentang keberadaan DPL di desa.
Beberapa pelaksanaan wawancara ditemani oleh seorang motivator desa MD. Wawancara juga dilakukan pada pengelola wisata resort yang secara tidak
langsung memanfaatkan perairan Desa Bontolebang sebagai site wisata diving serta organisasi masyarakat untuk mengetahui persepsi mereka tentang
pengelolaan sumberdaya serta keberadaan DPL. Pada bagian akhir wawancara dilakukan dengan komponen CBM Coremap II Selayar dalam pengelolaan
sumberdaya di Desa Bontolebang. Setiap wawancara dilakukan secara informal agar responden merasa
nyaman untuk mengungkapkan pendapat, bahkan mereka seolah tidak merasa