42 tangkapan maupun angkutan umum. Jumlah kapal berdasarkan ukuran dan mesin
yang digunakan disajikan dalam tabel 9. Tabel 9 Jumlah sarana angkutan laut
No Jenis Kapal
Gusung JumlahDusun
Gusung Gusung
Total Barat
Timur Lengu’
1 2
3 Perahu SandeqMotor
Bensin JoloroMotor Diesel
Perahu Tanpa mesin Sampan
Total
2 58
6
66
4 43
35
82
5 75
19
99
11 176
60
247
Sumber: Revisi RPTK Desa Bontolebang 2009
4.1.8 Sosial Budaya
Kehidupan masyarakat Desa Bontolebang masih sarat dengan nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong dan masih memelihara adat yang ditinggalkan
oleh nenek moyang mereka. Perbedaan tingkat sosial hanya tercermin dari mata pencaharian mereka, kontruksi rumah, alat tangkap yang digunakan dan jabatan
dalam masyarakat dalam hal ini ketokohan seperti kepala desa, iman desa dan sebagainya. Kondisi perumahan mereka secara umum merupakan rumah
panggung dan sudah terlihat sebagian kecil bangunan rumah batu dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi tergantung tingkat ekonomi masyarakat. fasilitas
penunjang informasi juga menjdi salah satu cermin perbedaan strata dalam masyarakat Desa Bontolebang, hampir setiap rumah di Gusung Lengu’ terdapat
parabola yang dapat menjangkau jaringan televisi swasta kecuali di Dusun Gusung Timur dan Barat masih sebagian masyarakat yang terlihat menggunakan
sarana ini. Seperti telah disebutkan diatas bahwa secara umum masyarakat Desa
Bontolebang merupakan suku asli Selayar, hanya terdapat beberapa orang dari suku bugis. Agama yang dianut penduduk Desa Bontolebang adalah Islam.
Sebagai konsekuensi logis dari pemahaman terhadap agamanya nelayan Desa Bontolebang tidak melakukan aktifitas melaut pada hari Jumat karena mereka
harus melakukan ibadah sholat jumat.
43 Nelayan Desa Bontolebang secara adat memelihara hubungan patron-klien,
dimana pedagang pengumpul atau juragan memegang peran yang sangat penting bukan saja dalam aspek perekonomian tetapi juga aspek kehidupan lain yang
menunjang kehidupan nelayan. Pedagang pengumpul menyediakan modal untuk kebutuhan melaut nelayan, sementara nelayan menjual hasil tangkapannya kepada
mereka dengan harga yang telah ditentukan. Hubungan patron-klien tidak terbatas pada hubungan pekerjaan saja namun juga hubungan sosial kemasyarakatan
seperti kesehatan, pendidikan, dan pinjaman modal. Dengan kesederhanaan penampilan juragan, menjadikan nelayan merasa nyaman dan tidak sungkan. Hal
ini diperlihatkan dengan hubungan mereka yang semakin erat.
4.2 Gambaran Singkat Program Coremap II di Desa Bontolebang
Program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang, adalah program jangka panjang yang diprakarsai oleh Pemerintah dengan tujuan untuk
melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan secara lestari terumbu karang serta ekosistem terkait di Indonesia, yang pada gilirannya akan menunjang
kesejahteraan masyarakat pesisir. Salah satu bentuk kegiatan program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu
karang atau Coral reef rehabilitation and management program phase II Coremap II Kabupaten Kepulauan Selayar adalah pembentukan DPL berbasis
masyarakat DPL-BM. Berdasarkan pedoman umum Community-based Management CBM
Coremap II 2006, di dalam kelembagaan Coremap ada beberapa petugas yang bekerja secara langsung ditingkat desa sebagai bagian dari implementasi
pelaksanaan pengelolaan berbasis masyarakat DPL-BM, yaitu: 1. Senior Extention and Training Officer SETO, merupakan individu-
individu yang direkrut dan dikoordinir langsung oleh PMU Project Management Unit, kelembagaan tingkat kabupaten yang mengelola
Coremap II yang terdiri dari berbagai stakeholder terkait dan membantu pelaksanaan Coremap II pada tingkat kecamatan. Dalam menjalankan
tugasnya, SETO dibantu oleh fasilitator masyarakat dan motivator desa yang bekerja di tingkat desa.