Kondisi Lamun Keadaan Umum DPL Desa Bontolebang

65 Masyarakat tidak sepenuhnya dilibatkan dalam penempatan tanda batas berupa pelampung sebagai batas keberadaan DPL. Berdasarkan hasil wawancara dengan Abdul Rauf, ketua LPSTK, setelah penetapan DPL dilakukan, proses penempatan tanda batas dilakukan oleh tim dari Coremap sementara ada beberapa masyarakat yang hanya dilibatkan sebatas membantu mengantar ke lokasi serta menggunakan kapalperahu nelayan. Pada saat penelitian dilakukan keberadaan tanda batas sudah tidak ada hal ini diakibatkan oleh hempasan angin barat dan bahkan menurut salah satu responden mengatakan dirusak bahkan dicuri oleh nelayan. Sebagai solusi atas penempatan tanda batas ini, akan dilakukan inisiasi penggunaan tanda batas dengan menggunakan bamboo yang diberi tanda bendera, dengan harapan tidak dicuri oleh nelayan. Namun sampai saat penelitian dilakukan pemasangan tanda batas tersebut belum dilaksanakan dengan alasan situasi politik yang belum kondusif menjelang pemilihan kepala daerah di Kabupaten Kepulauan Selayar.

5.3 Persepsi Masyarakat tentang DPL

Istilah DPL reatif kurang diketahui oleh masyarakat. Secara umum masyarakat tidak mengetahui adanya daerah perlindungan laut disekitar desa. Namun hal yang mereka fahami adalah penggunaan istilah ”Coremap” untuk DPL tersebut. Mereka hanya mengetahui DPL jika dijelaskan lebih rinci tentang keberadaan area yang tidak boleh menangkap ikan. Masyarakat hanya menganggap bahwa keberadaan DPL itu hanya merupakan pembatasan atas area penangkapan mereka saja. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang merasa tidak setuju atas keberadaan DPL tersebut. Namun demikian sebagian masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan DPL seperti pengurus LPSTK, BPD, LKM dan MD mengetahui keberadaan DPL ini dan bahkan merasa harus menjaganya. Jika ditanya lebih jauh mengenai kebutuhan akan adanya DPL, sebagian besar masyarakat setuju dengan adanya area tertentu yang harus dilindungi. Alasan mereka adalah karena di area tersebut sangat banyak sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan. Nelayan menyadari pentingnya keberadaan DPL sebagai tempat memijahnya ikan untuk kemudian membesar dan ditangkap di luar area DPL. Penggunaan alat tangkap yang merusak seperti bom dan bius sangat dirasakan merugikan nelayan. Secara umum nelayan di Desa Bontolebang 66 sudah tidak ada yang menggunakan alat tangkap bom dan bius meskipun dahulu mereka pernah menggunakannya.

5.4 Tipe Partisipasi Pembentukan DPL di Bontolebang

Program DPL BM di Bontolebang diklasifikasikan kedalam kooperatif berdasarkan kategori ko-manajemen yang diungkapkan oleh Sen and Nielsen 1996. Masyarakat memberikan masukan dalam pengelolaan kepada pemerintah, mulai dari pelaksanaan pelibatan masyarakat dalam penentuan nominasi DPL, sampai kepada penentuan aturan pengelolaan yang tercantum dalam rancangan perdes. Fasilitator melibatkan masyarakat dalam diskusi sejak awal sosialisasi pelaksanaan program sampai pada pemasangan patok atau tanda batas wilayah DPL. DPL Bontolebang ditetapkan berdasarkan masukan masyarakat terhadap keberadaaan beberapa area dimana terdapat hamparan terumbu karang yang menurut masyarakat dalam kondisi baik. Kemudian hal ini diperkuat dengan pelaksanaan data hasil survey yang dilakukan oleh tim Coremap sebagai pelaksana yang dibantu oleh beberapa masyarakat dalam mengecek nominasi- nominasi area yang diusulkan masyarakat. Meskipun demikian pendekatan secara ilmiah dalam menilai kriteria terumbu karang yang akan dijadikan DPL telah dilakukan oleh tim Coremap dengan mempertimbangkan kriteria berdasarkan masyarakat. Pada proses penentuan DPL ini telah dicoba dengan pendekatan kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat yang ditunjukan dengan terjadinya pertukaran pengetahuan antara masyarakatnelayan sebagai pelaku dilapangan dengan ilmuan yang diwakili tim Coremap yang menuju kepada desain ideal sebuah DPL Pomeroy et al. 2004; Wiber et al. 2009.

5.5 Harapan Masyarakat terhadap DPL ke depan

Mayoritas masyarakat mendorong akan keberadaan DPL yang efektif, hal ini didasari dengan harapan-harapan mereka terhadap keberlanjutan sumberdaya yang berada disekitar mereka. Namun ada beberapa hal yang menjadi perhatian masyarakat akan implementasi DPL kedepan, yaitu aspek penegakan hukum. Sosialisasi tentang kegiatan illegal fishing di Dusun Gusung Timur Desa Bontolebang, dilaksanakan tanggal 3 April 2009. Berdasarkan pengarahan yang diberikan, masyarakat di dusun ini telah memiliki kepedulian dan kesadaran