Kejelasan Batas Wilayah Perairan

82

5.7.7 Pengakuan dari Pemerintah

Lembaga pengelola sumberdaya terumbu karang LPSTK dibentuk atas prakarsa masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang. LPSTK dan pokmas telah disahkan oleh pemerintahan desa dalam sebuah keputusan desa tentang pengangkatan pengurus lembaga. Hal ini sebagai bentuk pengakuan secara formal lembaga-lembaga tersebut oleh pemerintah desa sebagai pengelola kegiatan. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut juga dipayungi oleh sebuah peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ditetapkan oleh desa dalam bentuk peraturan desa.

5.7.8 Jaringan dengan Lembaga Luar

Keberadaan kelompok masyarakat konservasi sebagai representasi masyarakat pengelola terumbu karang dikoordinir oleh LPSTK untuk dapat melakukan perannya baik di lokasi DPL Desa Bontolebang maupun DPL-DPL sekitar desa yang ada di Pulau Pasi atau di lokasi desa lain. Hal ini sangat penting untuk menjaga kelestarian secara integrasi dalam sebuah kawasan konservasi daerah. Sampai saat ini koordinasi antar lembaga dilakukan dengan melibatkan lembaga-lembaga pengelola DPL yang ada di desa-desa binaan Coremap.

5.8 Analisis Stakeholder

Dalam penelitian ini untuk mengetahui partisipasi stakeholder terhadap DPL dalam pembentukan dan pengelolaan dilakukan analisis Stakeholder. Stakeholder adalah siapa saja yang berkepentingan atau terkena dampak atas suatu perencanaan, dimana informasi dan peran aktif mereka sangat diperlukan. Organisasi stakeholder adalah siapapun, kelompok atau individu, yang dapat mempengaruhi atau terpengaruh oleh pencapaian suatu organisasi itu. Stakeholder dalam suatu proses kegiatan adalah aktor berupa perorangan, komunitas, kelompok sosial, atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam sebuah kebijakan yang harus dipertimbangkan Schmeer 2000. Dalam proses perencanaan dan pengambilan kebijakan terhadap suatu permasalahan maka analisis stakeholder menjadi suatu yang penting untuk dilakukan. Pengambil keputusan dapat menggunakan analisis stakeholder untuk mengidentifikasi 83 pemain kunci, menilai pengetahuan, posisi, serta kepentingan mereka dalam sebuah kebijakan. Analisis stakeholder sangat penting untuk mengetahui data atau informasi yang akurat tentang seseorang atau kelompok yang berkepentingan dalam suatu kebijakan. Data atau informasi tersebut dapat digunakan sebagai masukan dalam menganalisis stakeholder lain; mengembangkan rencana aksi dalam mendorong reformasi kebijakan; serta sebagai pedoman dalam partisipasi dan proses pengambilan keputusan.

5.8.1 Identifikasi Isu Pengelolaan DPL

Merumuskan isu yang spesifik dan tepat dalam sebuah pengelolaan dilakukan agar analisis stakeholder dapat dilakukan. Menurut Tulungen et al. 2002 yang dimaksud dengan identifikasi isu adalah proses pengumpulan informasi dan penentuan masalah-masalah sumberdaya pesisir yang ada di desa, sebab dan akibat dari permasalahan, dan penanganan isu yang direkomendasikan atau diusulkan dalam rencana pengelolaan. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan berbasis masyarakat dimulai sejak tahap pengidentifikasian isu, yang merupakan awal proses pengelolaan. Isu dapat berupa masalah yang ingin dan perlu ditangani kerusakan, kekurangan, gangguan, dan lain-lain, konflik perselisihan, kurang koordinasi, dan sebagainya yang perlu diselesaikan di antara masyarakat, dan potensi atau peluang yang dapat dikembangkan potensi perikanan, pariwisata, dan lain-lain. Isu-isu pengelolaan yang diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain berfokus pada tiga isu spesifik tentang keterlibatan stakeholder dalam pembentukan, serta pengelolaan DPL di Desa Bontolebang. Beberapa isu tersebut adalah : 1. Partisipasi dalam proses pembentukan DPL, beberapa aspek yang diamati: a. Sosialisasi pembentukan DPL b. Penentuan lokasi DPL c. Pembuatan tanda batas DPL d. Pembuatan Perdes e. Pembuatan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang RPTK f. Menjadi anggota Kelompok Masyarakat Pokmas