77 dimana lokasi yang ditetapkan relatif tidak terlalu jauh dan mudah diawasi oleh
masyarakat. Proses penetapan aturan lebih mempertimbangkan keterwakilan wilayah
daripada fungsi. Masyarakat yang notabene adalah seorang nelayan kurang diberikan ruang dalam penetapan kesepakatan aturan. Sebagaimana yang
dikemukakan Jentof 2003, bahwa keterwakilan wilayah lebih mengacu pada situasi yang cocok yang menggambarkan area secara geografis, sementara
keterwakilan fungsi mengacu pada keterwakilan kepentingan dalam sebuah kegiatan. Masyarakat sebagai nelayan seharusnya lebih banyak memberikan
masukan dalam proses pembentukan aturan karena kepentingan mereka terhadap aturan tersebut. Oleh karena kurangnya keterlibatan langsung masyarakat dalam
menerapkan serta menegakkan aturan, akibatnya pengakuan terhadap aturan- aturan tersebut menjadi lemah atau kurang.
5.7.4 Monitoring dan Pengawasan
Secara teknis pelaksanaan pengelolaan DPL dibantu oleh kelompok masyarakat yang tergabung dalam kelompok konservasi khususnya kegiatan
pemantauan dan pengawasan terhadap wilayah-wilayah yang telah ditentukan peruntukkannya. Kelompok masyarakat bidang konservasi ini ditunjuk dan
ditetapkan oleh kepala desa melalui surat keputusan nomor 13. Tahun 2008 tentang pengesahan pengurus pokmas konservasi Desa Bontolebang Kecamatan
Bontoharu. Dalam rencana pengelolaan terumbu karang RPTK disebutkan beberapa tugas pokok dari kelompok masyarakat bidang konservasi. Tugas pokok
kelompok konservasi tersebut antara lain: a Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap lingkungan ekologis secara
periodik. b Mengamati dan mencatat kasus-kasus ilegal yang terjadi dan melaporkan
kepada penanggung jawab penegakan hukum. c Menilai usulan untuk mendapatkan izin pengelolaan perikanan dalam wilayah
perairan desa oleh pengguna. Untuk mempermudah tugas dan fungsinya, pokmas konservasi dilengkapi
fasilitas berupa perahu, teropong, kamera dan alat komunikasi. Selain itu juga dibantu oleh penegak hukum antara lain, Kamtibmas, dan Babinsa yang juga
78 melakukan patroli secara periodik baik yang dilakukan secara terpisah maupun
secara terpadu sesuai kebutuhan. Tugas pemantauan yang dilakukan oleh pokmas konservasi lebih kepada pelaksanaan penegakkan aturan bagi pelaku penangkapan
dengan cara ilegal atau merusak. Sementara tugas pokok pemantauan kondisi ekologis DPL sebagaimana poin a diatas, dilakukan oleh tim Coremap.
Dalam sebuah pengelolaan berbasis masyarakat, tugas pengawasan dan pemantauan ini dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya mereka dalam
menegakkan aturan. Nelayan yang sedang melakukan penangkapan secara bersamaan memantau dan mengawasi lingkungan atau keadaan sekitarnya. Jika
ada indikasi terjadi kegiatan illegal, maka segera dilaporkan kepada kelompok konservasi yang selanjutnya akan mengecek ulang laporan tersebut, dan apabila
laporan nelayan ternyata benar maka kelompok konservasi segera berkoordinasi dengan penanggung jawab pengelolaan LPSTK dan membuat berita acara yang
diserahkan ke pemerintah desa atau Coremap untuk melakukan penindakan dan kemudian melaporkan aktivitas ilegal tersebut ke pihak yang berwajib. Secara
umum prosedur teknis pemantauan dan pengawasan DPL dapat dilihat pada gambar 20.
Pemerintah Desa Penanggung Jawab
Pengelolaan LPSTK Pemberitahuan
Kelompok Konservasi Patroli
Pengamatan
Kasus
Penindakan
Gambar 20 Prosedur teknis pemantauan dan pengawasan DPL. Namun kondisi ideal ini tidak secara rutin dilakukan mengingat berbagai
kendala dilapangan antara lain, tidak berfungsinya pos pengawas, biaya operasional yang tinggi, lemahnya penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran,
serta kurang dilibatkannya masyarakat dalam pengawasan. “Harusnya ada petugas yang khusus yang ditempatkan di pos pengawas”, demikian ungkap
seorang nelayan. Masyarakat menilai penegakan hukum yang telah dilakukan