Kondiisi Mangrovve Keadaan Umum DPL Desa Bontolebang

66 sudah tidak ada yang menggunakan alat tangkap bom dan bius meskipun dahulu mereka pernah menggunakannya.

5.4 Tipe Partisipasi Pembentukan DPL di Bontolebang

Program DPL BM di Bontolebang diklasifikasikan kedalam kooperatif berdasarkan kategori ko-manajemen yang diungkapkan oleh Sen and Nielsen 1996. Masyarakat memberikan masukan dalam pengelolaan kepada pemerintah, mulai dari pelaksanaan pelibatan masyarakat dalam penentuan nominasi DPL, sampai kepada penentuan aturan pengelolaan yang tercantum dalam rancangan perdes. Fasilitator melibatkan masyarakat dalam diskusi sejak awal sosialisasi pelaksanaan program sampai pada pemasangan patok atau tanda batas wilayah DPL. DPL Bontolebang ditetapkan berdasarkan masukan masyarakat terhadap keberadaaan beberapa area dimana terdapat hamparan terumbu karang yang menurut masyarakat dalam kondisi baik. Kemudian hal ini diperkuat dengan pelaksanaan data hasil survey yang dilakukan oleh tim Coremap sebagai pelaksana yang dibantu oleh beberapa masyarakat dalam mengecek nominasi- nominasi area yang diusulkan masyarakat. Meskipun demikian pendekatan secara ilmiah dalam menilai kriteria terumbu karang yang akan dijadikan DPL telah dilakukan oleh tim Coremap dengan mempertimbangkan kriteria berdasarkan masyarakat. Pada proses penentuan DPL ini telah dicoba dengan pendekatan kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat yang ditunjukan dengan terjadinya pertukaran pengetahuan antara masyarakatnelayan sebagai pelaku dilapangan dengan ilmuan yang diwakili tim Coremap yang menuju kepada desain ideal sebuah DPL Pomeroy et al. 2004; Wiber et al. 2009.

5.5 Harapan Masyarakat terhadap DPL ke depan

Mayoritas masyarakat mendorong akan keberadaan DPL yang efektif, hal ini didasari dengan harapan-harapan mereka terhadap keberlanjutan sumberdaya yang berada disekitar mereka. Namun ada beberapa hal yang menjadi perhatian masyarakat akan implementasi DPL kedepan, yaitu aspek penegakan hukum. Sosialisasi tentang kegiatan illegal fishing di Dusun Gusung Timur Desa Bontolebang, dilaksanakan tanggal 3 April 2009. Berdasarkan pengarahan yang diberikan, masyarakat di dusun ini telah memiliki kepedulian dan kesadaran 67 tentang dampak yang ditimbulkan dari kegiatan illegal. Keberadaan Coremap di desa ini telah banyak merubah pola fikir mereka tentang kegiatan perikanan sehingga saat ini tidak ditemukan lagi adanya nelayan yang melakukan kegiatan illegal, hanya saja nelayan-nelayan luar yang ikut menangkap ikan di perairan Desa Bontolebang terkadang masih ada yang melakukan cara-cara tidak bertanggung jawab. Kurang mendukungnya aparat keamanan dalam pengawasan karena keberadaan aparat di lokasi kurang intens sehingga masyarakat terkadang takut dalam mengambil tindakan terhadap pelaku kegiatan ilegal. Diharapkan perlu adanya kerjasama antara pemerintah kabupaten agar menghimbau kepada semua aparat keamanan yang bertugas di desa supaya mendukung kegiatan pengawasan Ccoremap, karena sesungguhnya program yang dibawa Coremap hanya terbatas pada tingkat pembelajaran saja dan tidak memiliki wewenang untuk mengadili. Pengelolaan DPL di Bontolebang belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan kegiatan destructive fishing. Sampai saat ini masih ada kegiatan penangkapan yang menggunakan bom dan bius. Meskipun pelaku diserahkan ke pihak yang berwajib untuk diproses, akan tetapi tidak ada tindak lanjut yang dilakukan oleh pihak yang berwajib karena tidak butuh waktu lama si pelaku kembali bebas. Selain tidak adanya tindak lanjut, kegiatan patroli yang dilakukan oleh aparat keamanan, dinas perikanan maupun masyarakat sering terjadi kebocoran informasi, sehingga ketika dinas atau aparat melakukan kegiatan ini, para pelaku illegal telah mencium adanya patroli yang kabarnya informasi ini disebarkan oleh salah seorang oknum aparat yang terlibat dalam kegiatan pengawasan.

5.6 Faktor Pendukung Keberadaan DPL

5.6.1 Fasilitas

Dalam mendukung kegiatan DPL berbasis masyarakat, Coremap telah menyediakan fasilitas antara lain untuk kegiatan pengawasan. Seperti kapal pengawas, pos pengawas, alat snorkeling, teropong, dan kamera digital. Fasilitas- fasilitas tersebut digunakan dalam monitoring dan pengawasan. Kapal pengawas diserahkan kepada masyarakat melalui village grant atau bantuan desa. Kapal tersebut dibawah tanggung jawab ketua LPSTK. Namun berdasarkan pengamatan