Identifikasi Stakeholder Analisis Stakeholder

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pembentukan DPL di Desa Bontolebang merupakan bagian dari program pemerintah dalam upaya rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang. Proses pembentukan DPL dimulai dari sosialisasi, survei calon DPL, penetapan melalui perdes, pemasangan tanda batas, dan pengawasan. Pemberlakuan aturan yang yang tercantum dalam perdes relatif efektif dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang di Desa Bontolebang, hal ini dapat dilihat dari peningkatan kondisi ekosistem terumbu karang di area DPL, menurunnya kegiatan penangkapan yang merusak seperti penggunaan bom dan bius, bahkan nelayan lokal sudah tidak ada yang melakukannya lagi. Berdasarkan indikator-indikator yang dikemukakan Ostrom 1990, karakteristik lembaga pengelola terumbu karang di Desa Bontolebang masih relatif lemah karena masih adanya resistensi dari beberapa masyarakatnelayan. Masyarakat yang sejak awal tidak banyak dilibatkan dalam perencanaan dan proses pembentukan DPL menjadi semakin tidak peduli dengan aturan meskipun mereka tidak menyatakannya dengan terang terangan. Aturan yang dibuat tidak sepenuhnya ditegakkan karena lemahnya pengawasan. Hal inilah yang melemahkan legitimasi atau pengakuan dari masyarakat sendiri secara internal, sehingga lembaga pengelola masih relatif rapuh.

6.2 Saran

Dari hasil kajian pengelolaan DPL berbasis masyarakat di Pulau Pasi, beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak yang terkait antara lain: 1. Penegakan hukum perlu ditingkatkan serta melibatkan berbagai pihak seperti kepolisian danatau TNI. Aspek penegakan hukum ini memberikan harapan kepada masyarakat untuk mau terlibat dalam pengelolaan dan pengawasan sumberdaya terumbu karang. 2. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolakelompok masyarakat melalui berbagai pelatihan dan pendidikan yang memadai dan berlaku untuk semua. 94 3. Memberikan insentif kepada pengelola untuk meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan dengan memanfaatkan keuntungan dari LKM. 4. Mendorong masyarakat agar lebih terlibat dalam pengelolaan DPL serta pengelolaanya dengan penyadaran yang dilakukan terus menerus. 5. Meningkatkan peran pusat informasi sebagai media penyadaran masyarakat dalam menjaga keberlanjutan ekosistem terumbu karang. 6. Perlunya pendampingan lanjutan pasca program agar kegiatan pengelolaan terumbu karang tetap dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Adrianto L, Matsuda Y and Sakuma Y. 2005. Assessing local sustainability of fisheries system: a multi-criteria participatory approach with the case of Yoron Island, Kagoshima Prefecture, Japan. Marine Policy 29: 9-23. Bailey and Zerner. 1992. Community-based fisheries management institutions in Indonesia. Maritime Anthropological Studies 5: 1-17. Beatly T, Brower DJ and Schawab AK. 2002. An Introduction to Coastal Zone Management. 2 nd edition. Island Press, Washington DC. Berkes F, Mahon R, McConney P, Pollnac R and Pomeroy R. 2001. Managing Small-scale Fisheries Alternative Directions and Methods. International Development Research Centre. Canada. Bunce L, Townsley P, Pomeroy R and Pollnac R. 2000. Socioeconomic Manual For Coral Reef Management. Australian Institute of Marine Science. Townsville. Australia. Burke L, Selig E and Spalding M. 2002. Terumbu Karang yang Terancam di Asia Tenggara. World Researches Institute. USA. Campbell S, Pratchett MS, Anggoro AW, Ardiwijaya RL, Fadli N, Herdiana Y, Kartawijaya T, Mahyiddin D, Mukminin A, Pardede ST, Rudi E, Siregar AM, and Baird AH. 2006. Disturbance to coral reefs in Aceh, Northern Sumatra: Impacts of the Sumatra-Andaman tsunami and pre-tsunami degradation. In: Stoddart DE editor. 2007. Atoll Research Bulletin Special Tsunami Issue 544: 24. Carter DW. 2003. Protected areas in marine resources management: Another look in economics and research issues. Ocean and Coastal Management 46: 439- 456. Christie P, White A and Deguit E. 2002. Starting point or solution? Community- base marine protected areas in Philippines. Journal of Environmental Management 66: 441-454. Cicin-Sain B and Knecht RW. 1998. Integrated Coastal and Ocean Management. Concepts and Practices. Island Press, Washington DC. Clifton J. 2003. Prospect for co-management in Indonesia’s marine protected areas. Marine Policy 27: 389-395. Crawford B, Balgos M and Pagdilao CR. 2000. Community-based Marine Sanctuaries in The Philippines: A Report on Focus Group Discussion. Coastal Resources Center, University of Rhode Island, Philippine Council for Aquatic and Marine Research and Development. Dermawan A. 2007. Kajian kebijakan pengelolaan KKL yang menunjang perikanan berkelanjutan pada era otonomi daerah Kasus Taman Nasional Bunaken dan DPL Blongko, Sulut [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 96 English S, Wilkinson C and Baker V. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. 2 nd edition. Australian Institute of Marine Science. Australia. Ezzy D. 2002. Qualitative Analysis: Practice and Innovation. Routledge. Sydney. Fontana A and Frey JH. 2005. The Interview: From Neutral Stance to Political Involvement. In: Denzin NK and Lincoln YS editors. 2005. The Sage Handbook of Qualitative Research. 3 rd edition. Sage Publications. Thousand Oaks. Friedlander AM and Parrish JD. 1998. Habitat characteristics affecting fish assemblages on a Hawaiian coral reef. Journal Experimental Marine Biology and Ecology 224: 1-30. Gibbs A. 1997. Focus Groups. Social Research. Update 19. The Departement of Sociology, University of Surrey, Guildford, UK. Gomez ED and Yap HT. 1984. Monitoring Reef Condition. In : Kenchington RA and Hudson BET editors. Coral Reef Management Handbook. 2 nd edition. Jakarta: UNESCO Regional Office for Science and Technology for South East Asia. Harriot VJ and Banks SA. 2002. Latitudinal variation in coral competitive in Eastern Australia: A qualitative biophysical model of factors regulating coral reef. Coral Reefs 21: 83-94. Hasting A and Botsford LW. 2003. Comparing design of marine reserves for fisheries and for diversity. Ecological Applications 13: 565-570. Himes AH. 2007. Performances indicators in MPA management: Using questionnaire to analyze stakeholder preferences. Ocean and Coastal Management 50: 329-351. Kartono K. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Edisi ke-3. Mandar Maju. Jakarta. Kay R and Alder J. 1999. Coastal Planning and Management. E FN Spon. London. Kelleher G. 1999. Guidelines for Marine Protected Area. IUCN. Gland, Switzerland and Cambridge, UK. Kelleher G and Kenchington R. 1992. Guidelines for Establishing Marine Protected Area. A Marine Conservation and Development Report. IUCN, Gland, Switzerland. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Berbasis Masyarakat COREMAP II. Jakarta. Kusnadi. 2006. Filosopi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. HUMANIORA. Bandung. Micheli F, Halpern BS, Botsford LW and Warner RR. 2004. Trajectories and correlates of community change in no-take marine reserves. Ecological Application 14: 1709-1723. Nazir M. 1989. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 97 Neuman WL. 2006. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. 6 th edition. Allyn and Bacon. Boston. Nielsen JR. 2003. An analitical framework for studying: Compliance and legitimacy in fisheries management. Marine Policy 27: 425-432. Nikijuluw VPH. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. P3R. Jakarta Noble BF. 2000. Institutional criteria for co-management. Marine Policy 24: 69- 77. Ostrom E. 1990. Governing The Common: The Evolution of Institutions for Collective Actions. Cambridge University Press. Cambridge. Purnomowati R. 2001. Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat Kasus Desa Pamongpong Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur NTB [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [PPTK] Pusat Penelitian Terumbu Karang Universitas Hasanuddin. 2007. Kajian Potensi Kawasan Konservasi Laut Daerah Lokasi. COREMAP Phase II Selayar dan PPTK Unhas. Makassar. Pollnac RB, Crawford BR and Gorospe MLG. 2001. Discovering factors that influence the success of community-based marine protected areas in The Visayas, Philippines. Ocean and Coastal Management 44: 683-710. Pomeroy RS and Rivera-Guieb R. 2006. Fishery Co-management: A Practical Handbook. International Development Research Centre. Canada. Pomeroy RS, Parks JE and Watson LM. 2004. How is Your MPA Doing? A Guidebook of Natural and Social Indicators for Evaluating Marine Protected Area Management Effectiveness. IUCN. Gland, Switzerland and Cambridge. UK. Rodriguez-Martinez. 2008. Community involvement in marine protected areas: The case of Puerto Morelos reef, México. Journal of Environmental Management 88: 1151-1160. Russ GR and Zeller DC. 2003. From mare liberum to mare reservarum. Marine Policy 27: 75-78. Ruddle K. 1998. Traditional community-based coastal marine fisheries management in Viet Nam. Ocean and Coastal Management 40: 1-22. Salim A. 2000. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. Salm RV, Clark JR and Sirilia E. 2000. Marine and Coastal Protected Areas : A Guide for Planners and Managers. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources IUCN. Washington DC. Satria A. 2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. IPB Press. Bogor. Satria A, Matsuda Y and Masaaki S. 2006. Questioning community base coral reef management system: case study of Awig-awig in Gili Indah Indonesia. Environment, Development and Sustainability. 8: 99-118.