75 yang kecil berarti porsi atau bagian yang dinikmati oleh petani kecil dan saluran
tataniaga tersebut tidak efisien. Analisis f armer’s share dari tataniaga tebu di
Desa Pulorejo dapat dilihat dari tabel 20.
Tabel 20. Analisis
Farrmer’s Share pada Saluran Tataniaga Tebu di Desa Pulorejo Tahun 2011
Saluran Tataniaga
Harga di Tingkat Petani
RpKuintal Harga di Tingkat
Konsumen RpKuintal
Farmers Share I
48.340 57.142
84,60 II
47.173 64.285
73,38 III
46.240 64.285
71,93 IV
200.000 1.000.000
20,00 Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran tataniaga satu sebesar
84,60, hal ini menunjukkan bahwa petani menerima harga sebesar 84,60 dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. Pada analisis margin tataniaga saluran
tataniaga satu mendapatkan margin terkecil yaitu sebesar 15,40. Sedangkan farmer’s share terkecil didapatkan oleh saluran tataniaga empat sebesar 20 dan
mendapatkan margin tataniaga terbesar sebesar 80. Pada saluran dua dan tiga harga di tingkat konsumen sama yaitu sebesar
Rp. 64.285Kuintal. Tetapi terdapat perbedaan dalam farmer’s share yang
didapatkan oleh peetani. Hal ini dapat disebabkan oleh harga di tingkat petani pada saluran dua lebih besar bila dibandingkan dengan saluran tataniaga tiga.
Selain itu hal ini dapat disebabkan oleh total biaya tataniaga pada saluran tataniaga dua lebih kecil daripada saluran tataniaga tiga. Jika dilihat dari analisis
margin tataniaga dan farmer’s share maka saluran tataniaga satu dapat dikatakan
paling efisien karena nilai margin saluran pemsaran satu terkecil dan farmer’s
share yang didapatkan petani juga paling besar.
6.8. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Rasio keuntungan terhadap biaya dapat digunakan untuk melihat efisiensi suatu sistem tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga mendefinisikan
besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya lebih dari satu hal ini berarti saluran tersebut
76 layak untuk dijalankan dan telah memberikan keuntungan kepada lembaga
tataniaga yang terlibat didalamnya. Analisis rasio keuntungan dan biaya tataniaga tebu di Desa Pulorejo dapat dilihat dalam tabel 21.
Tabel 21. Analisis Keuntungan Terhadap Biaya pada Lembaga Tataniaga Tebu di
Desa Pulorejo Tahun 2011 Saluran Tataniaga
Keuntungan Tataniaga
RpKuintal Biaya Tataniaga
RpKuintal Rasio
Keuntungan Terhadap Biaya
Saluran I
Petani 36.139
12.201 2,96
Aptri 6.203
2.599 2,39
Total 42.342
14.800 2,86
Saluran II Petani
33.323 13.850
2,41 Kelompok Tani
15.148 1.000
15.15 Total
48.471 14.850
3,26
Saluran III Petani
46.240 -
- Kontraktor Tebu
1.617 16.428
0,10 Total
47.857 16.428
2,91
Saluran IV Petani
192.500 7.500
25,67 Pedagang Sari Tebu
324.000 467.000
0,69 Total
516.500 474.500
1,09 Berdasarkan tabel di atas pada setiap saluran tataniaga memiliki nilai rasio
keuntungan dan biaya lebih dari satu, hal ini berarti kegiatan tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga masing-masing memberikan keuntungan.
Rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran pertama adalah 2,86. Hal ini berarti setiap Rp. 1kuinal tebu akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 2,86kuintal
tebu. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya terbesar berada pada saluran tataniaga dua yaitu sebesar 3,26. Hal ini berarti setiap Rp. 1kuintal tebu akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 3,26kuintal tebu. Rasio keuntungan terhadap biaya terbesar dalam saluran dua adalah kelompok tani. Rasio keuntungan terhadap
biaya pada saluran ketiga sebesar 2,91. Setiap Rp. 1kuintal tebu akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 2,91kuintal tebu. Sedangkan pada saluran
77 keempat memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 1,09. Setiap Rp.
1kuintal tebu akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,09kuintal tebu. Berdasarkan perhitungan rasio keuntungan terhadap biaya maka saluran
tataniaga kedua yang relatif lebih efisien karena memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya paling besar. Sedangkan saluran tataniaga keempat relatif tidak
efisien karena memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang paling kecil.
6.9. Efisiensi Saluran Tataniaga