29 institution adalah pengembalian return terhadap jasa atau aktivitas-aktivitas
yang dilakukan setiap lembaga dalam proses tataniaga Hammond dan Dahl, 1977.
Terkadang tinggi atau rendahnya marjin tataniaga menjadi salah satu tolak ukur apakah kegiatan tataniaga tersebut sudah efisien atau belum. Menurut
Limbong dan Sitorus 1987 tinggi atau rendahnya marjin tataniaga tidak selamanya dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi kegiatan tataniaga. Tingginya
marjin tataniaga dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh dalam proses kegiatan tataniaga antara lain, ketersediaan fasilitas fisik tataniaga meliputi
pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, risiko kerusakan dan lain-lain Limbong dan Sitorus, 1987. Nilai marjin tataniaga merupakan hasil kali dari
perbedaaan harga di tingkat pedagang dan harga di tingkat petani dengan jumlah yang diperdagangkan. Secara sistematis nilai marjin tataniaga dapat ditulis:
VM = Pr - Pf x Qr,f Nilai dari perbedaan nilai marjin antara harga di tingkat pedagang dan di
tingkat petani diukur berdasarkan komoditi per unit. Marjin tataniaga terdiri dari dua komponen yaitu biaya dan keuntungan tataniaga. Biaya tataniaga adalah
semua jumlah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam tataniaga suatu komoditi mulai dari produsen hingga ke konsumen.
M
i
= Pr
i
- Pf
i
Keterangan : M
i
: Marjin tataniaga pada lembaga ke-i Pr
i :
Harga di tingkat pedagang pada lembaga ke-i Pf
i
: Harga di tingkat petani pada lembaga ke-i
3.1.8. Farmer’s Share
Farmer’s share adalah selisih antara harga retail dan marjin tataniaga. Hal ini digunakan untuk mengatahui porsi harga di tingkat konsumen yang dinikmati
oleh petani Kohl dan Uhl, 2002. Besarnya farmer’s share dipengaruhi oleh 1
tingkat pemrosesan; 2 biaya transportasi; 3 keawetan produk; dan 4 jumlah produk.
Farmer’s share sering digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja suatu sistem tataniaga, tetapi
farmer’s share yang tinggi tidak mutlak
30 menunjukkan bahwa suatu sistem tataniaga berjalan secara efisien. Hal ini
berkaitan dengan besar kecilnya manfaat yang ditambahkan dalam suatu produk value added yang dilakukan oleh lembaga perantara untuk memnuhi kebutuhan
konsumen. Faktor penting yang perlu diperhatikan adalah total penerimaan yang didapatkan oleh produsen dari hasil penjualan produk yang mereka hasilkan.
Farmer’s share merupakan suatu alat analisis untuk menentukan efisiensi tataniaga suatu komoditi selain marjin tataniaga dan analisis keuntungan atas
biaya yang menunjukan bagian yang diterima oleh petani.
3.1.9. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Rasio keuntungan terhadap biaya dapat digunakan untuk melihat efisiensi suatu sistem tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga mendefinisikan
besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Dengan demikian, semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya,
maka secara teknis operasional sistem tataniaga akan semakin efisien Limbong dan Sitorus, 1987. Besarnnya rasio keuntungan dan biaya setiap lembaga dapat
dirumuskan sebagai berikut: Rasio keuntungan dan biaya =
Keterangan : Li
: Keuntungan Lembaga tataniaga ke-i Ci
: Biaya tataniaga
3.1.10. Efisiensi Tataniaga
Efisiensi digunakan untuk mengukur kinerja tataniaga. Peningkatan efisiensi meruapakan tujuan bersama bagi petani, lembaga tataniaga, dan
konsumen. Efisiensi merupakan perbandingan rasio dari nilai output dengan nilai input. Nilai output merupakan penilaian konsumen terhadap barang atau jasa
yang dikonsumsi termasuk waktu, tempat, bentuk dan kepemilikan. Nilai input adalah semua biaya tataniaga yang dipergunakan dalam proses tataniaga Kohl
dan Uhl, 2002
31 Menurut Kohl dan Uhl 2002 pendekatan yang digunakan dalam efisiensi
tataniaga ada dua cara, yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional berhubungan dengan penanganan aktivitas-aktivitas yang dapat
meningkatkan rasio output-input tataniaga. Peningkatan efisiensi operasional mengacu kepada situasi dimana biaya tataniaga menurun tanpa mempengaruhi sisi
output dari efisiensi. Salah satu indikator efisiensi operasional adalah analisis marjin tataniaga dan
farmer’s share. Efisiensi harga adalah bentuk kedua dari efisiensi tataniaga. Efisiensi
harga merupakan suatu kondisi harga dimana konsumen inginkan, ada alternatif pilihan bagi konsumen maupun produsen. Efisiensi harga biasanya diukur dari
korelasi harga untuk komoditi yang sama pada tingkat pasar yang berbeda. Efisiensi tataniaga dapat terjadi apabila : 1 biaya tataniaga dapat ditekan
sehingga keuntungan tataniaga dapat lebih tinggi, 2 presentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, 3 tersedianya
fasilitas fisik tataniaga, 4 adanya kompetisi pasar yang sehat. Efisiensi tataniaga tidak terjadi apabila biaya tataniaga semakin besar dan nilai produk yang
dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar Soekartawi, 2002.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional