Praktek Pembelian dan Penjualan

64

6.5. Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar merupakan pola atau tingkah laku lembaga-lembaga tataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar. Analisis perilaku pasar dapat dilihat dari praktek pembelian dan penjualan yang dilakukan lembaga tataniaga, sistem penentuan harga dan pembayaran, dan kerjasama antar lembaga tataniaga. Uraian dari perilaku pasar dalam tataniaga tebu di Desa Pulorejo adalah.

6.5.1. Praktek Pembelian dan Penjualan

Petani tebu yang menjadi responden dalam penelitian ini menjual hasil tebunya kepada Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, kontraktor tebu, pabrik tebu melalui kelompok tani dan pedagang sari tebu. Tujuan utama petani tebu menjual tebunya kepada Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, kontraktor tebu dan pabrik tebu melalui kelompok tani. Jika ada tebu yang tidak layak giling maka petani akan menjual tebunya kepada pedagang sari tebu. Produksi tebu petani responden per panen adalah 356.450 kuintal. Rata-rata jumlah tebu yang dijual oleh petani kepada pedagang sari tebu adalah 5 dari hasil panen tebu dan tidak semua petani menjual tebu hasil panen kepada pedagang sari tebu. Sistem penjualan yang dilakukan oleh petani tebu adalah tunai dan menggunakan nota penjualan. Penjualan secara tunai dilakukan apabila petani menjual tebu kepada pedagang sari tebu. Penjualan secara nota penjualan dilakukan apabila petani menjual hasil tebunya kepada Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, kontraktor tebu dan pabrik gula melalui kelompok tani. Biaya pemanenan dan biaya pengangkutan ditanggung oleh petani jika petani menjual hasil tebunya kepada Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia dan pabrik gula melalui kelompok tani. Apabila petani menjual hasil tebunya kepada kontraktor tebu dan pedagang sari tebu maka biaya tersebut akan ditanggung oleh pembeli atau lembaga tataniaga. Pada umumnya petani menjual tebu melakukan sistem jual secara bebas dan langganan. Petani bebas menjual tebunya kepada pedagang tujuannya dan akan menjual tebu kepada langganan pedagangnya. Kontraktor tebu akan membeli tebu milik petani secara borongan dan membayarnya secara diangsur. Pembayaran awal sebagai uang muka sebesar 50 dan sisanya akan dibayar jika kontraktor tebu telah mendapatkan hasil dari pabrik 65 gula. Biaya pemanenan dan biaya pengangkutan akan ditanggung oleh kontraktor tebu. Pembelian dilakukan di kebun milik petani, kontraktor tebu akan mendatangi petani yang akan siap panen. Komunikasi antara petani dan kontraktor tebu dilakukan secara langsung. Kontraktor tebu akan mendatangi petani yang sudah menjadi langganannya, namun petani masih bisa menjual tebu secara bebas. Selanjutnya kontraktor tebu akan menjual tebu kepada pabrik gula. penjualan dilakukan dengan nota penjualan. Kontraktor tebu akan menjual tebu kepada pabrik gula langganannya karena kontraktor tebu telah memiliki surat kontrak dari pabrik gula. Proses penjualan tebu dilakukan secara langganan dan memiliki keterikatan karena memiliki surat kontrak. Tebu yang telah digiling oleh pabrik gula akan diadakan bagi hasil dengan pabrik gula sesuai dengan rendemen yang dihasilkan oleh tebu milik kontraktor tebu. Kontraktor tebu akan mendatangi langsung pabrik gula tempat kontraktor akan menggiling tebu miliknya. Komunikasi antara pabrik gula dan kontraktor tebu dilakukan secara langsung. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Tebu Indonesia APTRI melakukan pembelian tebu milik petani secara borongan. Petani memperoleh pinjaman untuk melakukan budidaya tebu. Biaya pemanenan dan biaya pengangkutan ditanggung oleh petani. Biaya ini akan dipotong dari hasil penjualan tebu kepada APTRI. APTRI memiliki data-data mengenai masa tanam tebu dan masa panen tebu milik petani yang meminjam dana kepada APTRI. Sistem pembelian dilakukan dengan nota penjualan. Petani yang menjadi anggota APTRI akan secara rutin untuk menjual hasil tebu kepada APTRI. Kemudian APTRI menggilingkan tebu di pabrik gula, sistem bagi hasil akan dilakukan antara pabrik gula dan APTRI. Hasil gilingan tebu di ambil oleh APTRI dan akan dijual melalui sistem lelang dengan investor yang akan membeli. Proses penjualan dilakukan secara tunai. Investor yang membeli hasil gilingan tidak tetap hal ini berdasarkan dari penawaran tertinggi peserta lelang yang diadakan oleh APTRI. Setelah APTRI mendapatkan hasil penjualan dari sistem lelang maka mereka akan membayar tebu yang telah dibeli dari petani. Pabrik gula melakukan pembelian tebu milik petani melalui perantara kelompok tani. Kelompok tani memiliki anggota petani tebu, kelompok tani menyalurkan tebu milik petani kepada pabrik gula. Tebu milik petani digilingkan 66 ke pabrik gula menggunakan nama kelompok tani yang telah memiliki surat kontrak dari pabrik gula. Biaya pemanenan dan biaya pengangkutan ditanggung oleh petani. Sistem pembelian dengan menggunakan nota penjualan, pembayaran akan diberikan melalui kelompok tani dari pabrik gula. Petani yang menjual tebunya kepada pabrik gula melalui kelompok tani merupakan petani langganan dari kelompok tani. Petani akan mendatangi kelompok tani saat tebunya siap dipanen. Dalam hal ini kelompok tani mendapatkan komisi dari petani yaitu sebesar 1,5 dari hasil yang diperoleh petani. Kelompok tani yang akan mengurus tebu milik petani mulai dari pengangkutan hingga pembayaran diterima oleh petani. Pabrik gula akan memberlakukan sistem bagi hasil dengan petani sesuai dengan rendemen dari tebu yang dihasilkan. Tebu yang telah digiling oleh pabrik gula akan dijual melalui sistem lelang yang diadakan oleh pabrik gula. sistem lelang ini akan diikuti oleh beberapa investor. Investor tersebut merupakan agen besar yang akan menjual gula tersebut. Penjualan gula dilakukan pabrik dalam kurun waktu 15 hari sekali. Dalam waktu 15 hari akan dikumpulkan hasil gilingan tebu yang telah digiling oleh pabrik gula. Sistem penjualan yang dilakukan oleh pabrik gula secara tunai. Proses pembelian yang dilakukan oleh pedagang sari tebu adalah secara tunai dengan cara mendatangi langsung petani yang menjual tebu miliknya. Tebu yang dibeli oleh pedagang sari tebu dari petani rata-rata 3.450 kuintal. Biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang sari tebu. Tebu yang telah dibeli oleh pedagang ini kemudian diolah untuk dijual secara langsung kepada konsumen. Konsumen akan mudah menjumpai pedagang sari tebu ini karena jumlah pedagang sari tebu termasuk banyak. Penjualan yang dilakukan pedagang sari tebu kepada konsumen secara tunai dan saat transaksi berlangsung.

6.5.2. Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran Harga