49 dan saluran ketiga. Penjualan kepada pedagang sari tebu ini dilakukan apabila
tebu yang akan digiling ke pabrik tidak memenuhi persyaratan pabrik gula. Volume tebu yang dijual kepada pedagang sari tebu sebesar 3.450 kuintal dan
memiliki presentase sebesar 0,9 dari total volume penjualan tebu. Hasil pengamatan menunjukan presentase petani responden yang menjual
tebu kepada kontraktor tebu pada saluran satu paling besar bila dibandingkan dengan saluran lainnya. Selain itu volume penjualan pada saluran ketiga paling
besar yaitu sebesar 227.000 kuintal. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki surat kontrak dengan pabrik gula. Selain itu, petani merasa cara seperti ini lebih
mudah dan cepat karena semua biaya tebang dan angkut akan ditanggung oleh kontraktor tebu. Biaya tebang dan angkut merupakan biaya pemanenan yang
cukup tinggi terlebih jika dalam cuaca yang buruk dan jarak kebun yang jauh dari pabrik gula.
6.2.1. Saluran Tataniaga 1
Saluran tataniaga satu terdiri dari petani, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia APTRI dan pabrik gula. Jumlah petani responden yang melakukan
saluran tataniaga satu adalah empat orang atau sebesar 20 dari jumlah petani responden di Desa Pulorejo. Volume penjualan tebu pada saluran ini sebesar
73.000 kuintal dan memiliki presentase sebesar 20,5 dari total volume penjualan tebu.
Petani melakukan saluran tataniaga ini dikarenakan petani mendapatkan pinjaman modal untuk melakukan usahatani tebu. Pinjaman ini sesuai dengan
besarnya lahan yang diusahakan oleh petani. Pinjaman dari APTRI berasal dari pinjaman bank dan dikembalikan saat petani telah mendapatkan hasil dari
panennya. Kemungkinan kredit ini mengalami macet bayar sangat kecil, hal ini dikarenakan oleh hasil giling tebu petani diserahkan kepada APTRI untuk
kemudian diikutkan dalam lelang. Petani yang terlibat dalam saluran satu ini memiliki ikatan kemitraan dengan APTRI. Alasan jumlah petani yang
menggunakan saluran ini hanya sedikit adalah jauhnya letak APTRI dari Desa Pulorejo. Petani mendatangi APTRI untuk mengajukan kredit usahatani tebu
kemudian mengambil uang kredit yang diberikan dari APTRI. Selain itu untuk
50 mengambil uang hasil penjualan tebu petani harus datang ke APTRI. Menurut
petani letak APTRI yang jauh dan petani harus mengeluarkan biaya trasportasi membuat saluran ini kurang diminati oleh petani dalam menjual hasil tebu milik
petani. Tebu petani dibeli oleh APTRI dengan harga Rp. 37.000kuintal tebu.
Tebu dititip giling ke pabrik gula, kemudian melakukan bagi hasil dengan pabrik gula melalui hasil rendemen yang dihasilkan. Tebu yang dipanen dibawa dengan
menggunakan mobil pick-up menuju pabrik gula. Biasanya hasil yang didapatkan oleh petani adalah 60 dari seluruh hasil giling. Hasil giling tebu tersebut diambil
oleh APTRI kemudian diikutkan dalam lelang yang diikuti oleh APTRI. Hasil lelang tersebut kemudian dipotong oleh pinjaman petani dan biaya pemanenan
seperti tebang dan angkut. Harga lelang hasil giling tebu tidak menentu. Kisaran harga lelang hasil giling adalah Rp. 7000 sampai Rp. 9000. Biaya yang
dikeluarkan oleh APTRI adalah biaya karung yaitu sebesar Rp. 328 per kuintal tebu.
Pada saluran satu harga gula ditentukan oleh APTRI berdasarkan harga lelang. Sistem pembelian dilakukan secara tunai. Sistem pembayaran dilakukan
secara tunai setelah tebu hasil giling dilelang oleh APTRI, hal ini dipengaruhi oleh rasa kepercayaan petani dengan APTRI.
Dengan demikian pada saluran ini petani mengeluarkan biaya tataniaga seperti biaya tebang dan angkut. APTRI mengeluarkan biaya pengemasan seperti
karung. Pabrik gula mengeluarkan biaya pengolahan untuk menggiling tebu.
6.2.2. Saluran Tataniaga 2