Saluran Tataniaga 2 Saluran Tataniaga

50 mengambil uang hasil penjualan tebu petani harus datang ke APTRI. Menurut petani letak APTRI yang jauh dan petani harus mengeluarkan biaya trasportasi membuat saluran ini kurang diminati oleh petani dalam menjual hasil tebu milik petani. Tebu petani dibeli oleh APTRI dengan harga Rp. 37.000kuintal tebu. Tebu dititip giling ke pabrik gula, kemudian melakukan bagi hasil dengan pabrik gula melalui hasil rendemen yang dihasilkan. Tebu yang dipanen dibawa dengan menggunakan mobil pick-up menuju pabrik gula. Biasanya hasil yang didapatkan oleh petani adalah 60 dari seluruh hasil giling. Hasil giling tebu tersebut diambil oleh APTRI kemudian diikutkan dalam lelang yang diikuti oleh APTRI. Hasil lelang tersebut kemudian dipotong oleh pinjaman petani dan biaya pemanenan seperti tebang dan angkut. Harga lelang hasil giling tebu tidak menentu. Kisaran harga lelang hasil giling adalah Rp. 7000 sampai Rp. 9000. Biaya yang dikeluarkan oleh APTRI adalah biaya karung yaitu sebesar Rp. 328 per kuintal tebu. Pada saluran satu harga gula ditentukan oleh APTRI berdasarkan harga lelang. Sistem pembelian dilakukan secara tunai. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai setelah tebu hasil giling dilelang oleh APTRI, hal ini dipengaruhi oleh rasa kepercayaan petani dengan APTRI. Dengan demikian pada saluran ini petani mengeluarkan biaya tataniaga seperti biaya tebang dan angkut. APTRI mengeluarkan biaya pengemasan seperti karung. Pabrik gula mengeluarkan biaya pengolahan untuk menggiling tebu.

6.2.2. Saluran Tataniaga 2

Saluran tataniaga dua ini dilakukan oleh enam orang petani responden. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga ini adalah petani, kelompok tani dan pabrik gula. Volume penjualan tebu pada saluran ini sebesar 53.000 kuintal dan memiliki presentase penjualan sebesar 14,9 dari total volume penjualan tebu. Kelompok tani berperan dalam mengumpulkan tebu dari anggota kelompok tani dan menggiling tebu di pabrik gula. Petani menitipkan tebunya kepada kelompok tani untuk digiling. Petani yang melakukan saluran tataniaga ini 51 tidak memiliki surat kontrak dari pabrik tebu. Kelompok tani memiliki surat kontrak untuk menggilingkan hasil tebu para anggotanya dengan menggunakan nama kelompok taninya. Ketua kelompok tani mendapatkan imbalan sebesar 1,5 dari hasil giling tebu milik anggotanya. Kelompok tani tidak memiliki hak atas tebu milik petani. Kelompok tani hanya sebagai broker bagi petani yang tidak memiliki surat kontrak. Saluran ini kurang diminati oleh petani karena keengganan petani untuk mengeluarkan uang untuk memberikan komisi kepada ketua kelompok tani. Petani beranggapan hasil yang didapat dari usahatani tebu belum bisa menutupi kebutuhan pateni sehari-hari terlebih bila lahan yang digunakan oleh petani kecil. Pelayanan yang diberikan oleh kelompok tani adalah mengurus tebu milik petani dari giling hingga mendapatkan hasil dari gilingan tebu. Petani tidak perlu ke pabrik gula untuk mengikuti tebu miliknya dan kembali ke pabrik gula untuk mengambil hasil dari gilingan tebu miliknya. Semua itu dikerjakan oleh kelompok tani. Bagi beberapa petani yang menggunakan saluran ini mengeluarkan uang sebesar 1.5 untuk ketua kelompok tani sebanding dengan pelayanan yang diberikan. Hasil giling tebu diikutkan dalam lelang yang dilakukan oleh pabrik gula. Petani yang telah memanen hasil tebunya mengeluarkan biaya pemanenan seperti biaya tebang dan angkut. Hasil panen tersebut dikumpulkan langsung ke pabrik gula untuk digiling. Hasil giling tebu tersebut akan dilakukan bagi hasil dengan pabrik gula sesuai dengan rendemen yang dihasillkan oleh petani. Hasil tersebut diikutkan dalam lelang yang diadakan pabrik gula. Setelah lelang dilakukan maka kelompok tani akan mendapatkan surat hasil giling tebu yang memuat hasil giling tebu dan harga yang diterima oleh petani. Uang hasil giling tebu petani akan diberikan melalui kelompok tani. Kelompok tani akan membagi uang tersebut kepada masing-masing petani sesuai dengan tebu yang disetorkan kepada kelompok tani. Harga tebu ditentukan dari hasil lelang yang dilakukan pabrik gula. sistem pembelian dilakukan secara tunai. Sistem pembayaran dilakukan tunai setelah lelang dilakukan. Petani dalam saluran tataniaga dua mendapatkan informasi dari ketua kelompok tani. Informasi yang diterima adalah harga, kisaran rendemen, 52 harga pupuk dan harga bibit tebu. Petani memiliki posisi tawar yang rendah karena petani hanya menerima harga dari lelang pabrik gula dengan investor.

6.2.3. Saluran Tataniaga 3