Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

31 Menurut Kohl dan Uhl 2002 pendekatan yang digunakan dalam efisiensi tataniaga ada dua cara, yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional berhubungan dengan penanganan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan rasio output-input tataniaga. Peningkatan efisiensi operasional mengacu kepada situasi dimana biaya tataniaga menurun tanpa mempengaruhi sisi output dari efisiensi. Salah satu indikator efisiensi operasional adalah analisis marjin tataniaga dan farmer’s share. Efisiensi harga adalah bentuk kedua dari efisiensi tataniaga. Efisiensi harga merupakan suatu kondisi harga dimana konsumen inginkan, ada alternatif pilihan bagi konsumen maupun produsen. Efisiensi harga biasanya diukur dari korelasi harga untuk komoditi yang sama pada tingkat pasar yang berbeda. Efisiensi tataniaga dapat terjadi apabila : 1 biaya tataniaga dapat ditekan sehingga keuntungan tataniaga dapat lebih tinggi, 2 presentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, 3 tersedianya fasilitas fisik tataniaga, 4 adanya kompetisi pasar yang sehat. Efisiensi tataniaga tidak terjadi apabila biaya tataniaga semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar Soekartawi, 2002.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dasar penelitian ini adalah harga gula yang berfluktuasi di tingkat konsumen namun peningkatan harga tersebut tidak dinimkati oleh petani tebu. Harga yang berlaku di tingkat petani tebu tidak mengalami peningkatan yang besar. Tebu merupakan bahan baku bagi pabrik tebu untuk kemudian menghasilkan gula. Tanaman tebu merupakan tanaman musiman sehingga dalam kurun waktu satu tahun tanaman tebu di panen sekali. Tebu merupakan kebutuhan yang dibutuhkan secara berkesinambungan. Tanaman tebu dapat dikonsumsi secara langsung ataupun diolah terlebih dahulu. Manfaat yang terkandung dalam tebu sangat banyak bagi tubuh manusia. Oleh karena itu, permintaan akan tebu semakin meningkat setiap tahunnya. Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur merupakan salah satu sentra penghasil tebu. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani tebu, walaupun ada penduduk yang menanam komoditi lainnya. 32 Kegiatan usahatani tebu ini membutuhkan sistem tataniaga yang baik untuk memasarkan produk hasil dari petani tebu. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ini adalah petani, tengkulak, Asosiasi Petani Tebu Rakyat APTRI, kelompok tani dan pabrik gula. Petani tidak memiliki alternatif saluran tataniaga yang dapat memberikan keuntungan besar bagi petani. Apabila petani mendapatkan modal dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat APTRI maka petani harus menjual hasilnya ke Asosiasi Petani Tebu Rakyat APTRI walaupun ada alternatif lain yang memberikan keuntungan yang lebih besar. Informasi harga yang diterima oleh petani dan mengenai hasil rendemen yang dihasilkan oleh petani sangat terbatas, hal ini juga disebabkan oleh lemahnya posisi petani dalam sistem tataniaga. Oleh karena itu perlu analisis mengenai tataniaga tebu untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga tebu sehingga memberikan alternatif bagi petani untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Penelitian mengenai tataniaga tebu dilakukan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan melalui pendekatan analisis mrjin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya. Analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan analisis saluran tataniaga dan lembaga tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar. Efisiensi pemasaran dilihat dari analisis struktur pasar, perilau pasar, saluran pemasaran, marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat dari Gambar 2. 33 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasioanl Sistem Tataniaga tebu Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Sistem tataniaga tebu di Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang melibatkan lembaga-lembaga pemasaran dan melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran.  Bagaimana sistem tataniaga tebu di Desa Pulorejo?  Apakah sistem pemasaran tersebut sudah efisien? Analisis Kuantitatif 1. Marjin tataniaga 2. Farmer’s share 3. Risiko keuntungan dan biaya Analisis Kualitatif 1. Saluran tataniaga dan lembaga tataniaga 2. Fungsi-fungsi tataniaga 3. Struktur pasar 4. Perilaku pasar Tataniaga yang Efisien Alternatif saluran tataniaga yang efesien 34

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangn Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro merupakan salah satu sentra penghasil tebu di Kabupaten Jombang selain itu jarak Desa Pulorejo dengan pabrik gula Tjoekir dekat. Hal ini penting karena salah satu syarat tebu layak giling adalah segar kurang dari 36 jam sehingga jarak kebun tebu dengan pabrik gula harus dekat. Penelitian ini dilakukan bulan Februari – Maret 2011 dengan pertimbangan pada bulan tersebut masa panen tebu di daerah tersebut sehingga akan terlihat saluran tataniaga yang ada di daerah tersebut.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan secara langsung observasi, wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan kuisioner kepada pelaku saluran tataniaga. Pengamatan secara langsung juga dilakukan terhadap kegiatan pemasaran tebu yang terjadi dan penelusuran saluran pemasaran dan lembaga- lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran tebu. Data sekunder diperoeh dari studi literatur, tinjauan pustaka dan beberapa penelitian terdahulu. Selain itu data sekunder yang berhubungan data produksi dan data tentang tebu didapat dari Badan Pusat Statistika, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal perkebunan, Dinas Perkebunan Jawa Timur dan Kabupaten Jombang. Data sekunder dipergunakan sebagai pelengkap data primer yang bersumber dari literatur.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan dua kelompok responden, yaitu petani produsen dan pedagang lembaga pemasaran. Penarikan responden untuk petani