Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi Kentang di Indonesia

Dampak Penurunan Curah Hujan Dalam model ini, pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Peningkatan kandungan air tanah akan meningkatkan laju transpirasi yang merupakan indikator ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Kondisi ketersediaan air tersebut sangat ditentukan oleh jumlah curah hujan, sehingga penurunan curah hujan dapat mengurangi pertumbuhan dan hasil tanaman. Tabel 14 menunjukkan penurunan curah hujan sebesar 5, 10, dan 15 pada Skenario I, II, dan III dibanding kondisi cuaca saat ini mengakibatkan penurunan produktivitas kentang. Tabel 14. Penurunan produktivitas kentang ton ha -1 akibat penurunan curah hujan pada enam sentra produksi kentang di Indonesia Daerah Produktivitas saat ini ton ha -1 Curah hujan turun 5 Curah hujan turun 10 Curah hujan turun 15 Produktivitas ton ha -1 Penurunan Produktivitas Produktivitas ton ha -1 Penurunan Produktivitas Produktivitas ton ha -1 Penurunan Produktivitas Minahasa 15,1 14,2 6 13,3 12 12,5 17 A. Panjang 19,9 19,9 19,9 19,9 Pangalengan 15,1 14,6 2 14,6 4 13,9 8 Wonosobo 14,2 12,9 9 12,4 12 11,8 16 Pasuruan 15.3 13,5 12 11,9 22 10,6 31 Deli Serdang 16,1 15,7 3 15,0 7 14,4 11 Tabel 14 menunjukkan penurunan produktivitas kentang pada lima sentra produksi kentang masing-masing 2 – 12, 4 – 27, dan 8 – 31 akibat penurunan curah hujan sebesar 5 skenario I, 10 skenario II, dan 15 skenario III. Persentase penurunan produktivitas terbesar terjadi di Pasuruan dan terkecil di Pangalengan. Penurunan curah hujan pada ketiga skenario di Alahan panjang tidak menyebabkan penurunan produktivitas. Hal ini disebabkan karena air tidak menjadi faktor pembatas, sehingga penurunan curah hujan tidak menyebabkan pengurangan biomassa selama masa pertumbuhan tanaman kentang. Dampak Interaksi Peningkatan Suhu Udara dan Penurunan Curah Hujan Pada semua sentra produksi, biomassa umbi turun dengan kenaikan suhu udara dan penurunan curah hujan. Pengurangan biomassa umbi selama masa pertumbuhan pada kondisi cuaca saat ini 7 Agustus dibandingkan dengan skenario I, II, III pada keenam sentra produksi ditunjukkan pada Gambar 30. a b c d e f Gambar 30. Biomassa umbi berat basah pada kondisi cuaca saat ini dibanding skenario I, II, dan III di Minahasa a, Alahan Panjang b, Pangalengan c, Wonosobo d, Pasuruan e, dan Deli Serdang f. Pengurangan biomassa umbi semakin besar pada peningkatan suhu udara yang makin tinggi atau penurunan curah hujan yang makin besar sesuai Skenario I, II dan III. Dari keenam sentra produksi tersebut, pengurangan terbesar terjadi di Pangalengan dan terkecil di Deli Serdang Tabel 15. Laju pertumbuhan biomassa umbi kentang selama masa pertumbuhan tanaman yang berkurang akibat peningkatan suhu udara dan penurunan curah hujan pada keenam sentra produksi ini menyebabkan penurunan hasil umbi kentang pada saat panen.