Pengaruh Varietas Tanaman Kentang Granola vs. Atlantis terhadap

VIII. PEMBAHASAN UMUM

Unsur-unsur iklim mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang di Indonesia khususnya radiasi surya, suhu udara, dan curah hujan. Radiasi surya menentukan laju pertumbuhan tanaman sebagai energi fotosintesis sedangkan suhu udara terutama mempengaruhi periode fase-fase perkembangan tanaman. Curah hujan mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui ketersediaan air tanah. Pendekatan yang umum digunakan dalam model simulasi tanaman untuk memprediksi pertumbuhan tanaman adalah efisiensi penggunaan radiasi surya RUE, radiation-use efficiency. Pertumbuhan tanaman dihitung berdasarkan parameter RUE dan jumlah energi radiasi surya yang diintersepsi tanaman. Di samping itu, produksi biomassa akan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan air tanaman yang dipenuhi oleh curah hujan. Ketersediaan air tanaman kentang yang ditentukan dari intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, evaporasi dan transpirasi tanaman, dan perkolasi dihitung dalam submodel neraca air. Suhu udara mempengaruhi kecepatan perkembangan tanaman serta laju respirasi tanaman. Perubahan iklim yang diperkirakan akan meningkatkan suhu udara diduga akan menyebabkan penurunan produktivitas tanaman termasuk kentang yang akan sangat rentan terhadap peningkatan suhu udara. Fase-fase perkembangan tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang dihitung menggunakan konsep thermal unit berdasarkan suhu udara dalam submodel perkembangan. Parameter tanah, tanaman dan peubah cuaca yang didapatkan dari hasil penelitian lapang, studi pustaka, dan analisis laboratorium digunakan sebagai input untuk menyusun model simulasi pertumbuhan, perkembangan serta neraca air tanaman kentang. Data-data tersebut diambil sesuai dengan kondisi lahan dan iklim setempat, sehingga hasil dari simulasi dapat berbeda antar lokasi. Salah satu kelebihan simulasi adalah nilai fleksibilitas yang dapat digunakan di berbagai sentra produksi kentang di Indonesia berdasarkan peubah iklim setempat dan pengguna yang berkepentingan dapat menganalisis lebih lanjut. Penelitian lapang pada tiga lokasi di Pacet dan Galudra, Provinsi Jawa Barat, serta di Kerinci, Provinsi Jambi dilakukan untuk menunjang penyusunan model, yaitu untuk parameterisasi dalam proses kalibrasi model Pacet dan validasi model Galudra dan Kerinci. 127 Penelitian lapang dilakukan untuk mendapatkan nilai RUE dari varietas dan generasi tanaman kentang yang berbeda, mengukur kadar air tanah untuk perhitungan kehilangan air berupa evapotranspirasi dan limpasan permukaan, menetapkan fase-fase perkembangan tanaman serta menduga partisi biomassa pada organ tanaman yaitu akar, batang, daun dan umbi. Selanjutnya, data yang diperoleh dari penelitian pertama, kedua dan ketiga digunakan untuk parameterisasi dalam proses kalibrasi dan validasi model simulasi perkembangan, pertumbuhan dan neraca air tanaman kentang yang disusun. Model simulasi tanaman kentang yang sudah disusun dan sudah divalidasi selanjutnya digunakan untuk memprediksi potensi produksi dan antisipasi dampak perubahan iklim terhadap hasil umbi dan produktivsitas tanaman kentang pada berbagai sentra produksi di Indonesia. Pengukuran kadar air tanah untuk perhitungan kehilangan air berupa evapotranspirasi dan limpasan permukaan pada pertanaman kentang dilakukan pada ketiga percobaan, namun demikian limpasan permukaan tidak diperhitungkan dalam penyusunan model ini. Informasi mengenai dinamika air tanah dalam hubungannya dengan curah hujan dan kehilangan air melalui evapotranspirasi aktual ETa sangat diperlukan untuk menghitung kebutuhan air tanaman kentang. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui analisis neraca air lahan, menggunakan informasi kadar air tanah dan curah hujan selama pertumbuhan tanaman kentang. Penemuan dalam percobaan menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman kentang merupakan hasil dari interaksi antara ketersediaan air tanah dan kondisi awal tanaman yang diwakili oleh ukuran bibit pada saat penanaman serta radiasi surya yang diintersepsi tajuk tanaman. Biomassa tanaman dengan ukuran yang lebih besar dan hasil umbi yang lebih tinggi akan dihasilkan jika kadar air tanah lebih tersedia dan ukuran bibit lebih besar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan air tanaman yang dipenuhi oleh curah hujan dalam percobaan ini akan mempengaruhi produksi biomassa. Selanjutnya, produksi biomassa juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya dalam menentukan laju pertumbuhan tanaman sebagai energi fotosintesis.