tunas untuk bahan perkembangbiakan yang selanjutnya dapat menjadi tanaman baru Sunarjono 1994.
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
Tanah dan Ketinggian Tempat
Tanaman kentang hanya dapat tumbuh dan produktif pada jenis tanah ringan yang mengandung sedikit pasir dan kaya bahan organik. Tanah andosol
yang mengandung abu vulkanik dan tanah lempung berpasir merupakan tanah yang cocok untuk tempat tumbuh tanaman kentang. Jenis tanah mempengaruhi
kandungan karbohidrat umbi kentang. Pada umumnya kentang yang dikembangkan di tanah berlempung mempunyai karbohidrat lebih tinggi dan rasa
kentang akan lebih enak. Tanaman kentang tumbuh pada tanah dengan pH antara 5
– 5,5. Pada
tanah asam pH kurang dari 5, tanaman sering mengalami gejala kekurangan unsur Mg dan keracunan Mn sehingga mudah terserang nematoda. pH tanah lebih
dari 7 mengakibatkan muncul gejala keracunan unsur K, sehingga umbi mudah terserang penyakit kudis dan tidak laku dijual.
Tanaman kentang tumbuh dengan baik di dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian tempat antara 800
sampai 1.500 m dpl. Kentang yang ditanam
pada dataran rendah, di bawah 500 m dpl mengakibatkan kentang sulit membentuk umbi. Walaupun kadang terbentuk umbi, tapi umbi yang terbentuk
sangat kecil. Sementara itu, apabila ditanam di atas ketinggian 2.000 m dpl tanaman akan lambat membentuk umbi.
Iklim
Suhu udara berhubungan erat dengan ketinggian tempat, tiupan angin, serta kelembaban udara. Kelembaban udara berhubungan dengan curah hujan,
penguapan tanah. Kentang menghendaki suhu udara 15 –
22
o
C dengan suhu optimum 18
– 20
o
Tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama pada stadia berbunga, tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang berlangsung terus menerus. Curah
hujan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kentang sebesar 2.000 –
3.000 mm tahun
C, kelembaban udara 80 –
90 Ewing dan Struick 1995.
-1
. Hujan lebat terus menerus menghambat pancaran radiasi surya,
memperlemah energi surya sehingga fotosintesis tidak berlangsung optimal. Hal ini menyebabkan umbi yang terbentuk kecil dan produksi menjadi rendah.
Tanaman kentang juga tidak menyukai daerah dengan kondisi mendung dan berkabut. Sebaliknya tanaman ini memerlukan sinar matahari penuh 60
– 80 untuk fotosintesis. Di daerah berkabut proses fotosintesis terhambat dan
mendorong timbulnya penyakit busuk daun yang disebabkan oleh cendawan. Demikian pula angin ribut yang sering terjadi dapat merusak tanaman kentang,
sehingga kemampuan membentuk umbi berkurang.
2.4. Pengaruh Unsur Cuaca terhadap Perkembangan dan Pertumbuhan
Tanaman Kentang
Konsep yang umum digunakan untuk menjelaskan pengaruh suhu terhadap perkembangan tanaman adalah thermal unit. Laju perkembangan tanaman
berbanding lurus dengan suhu di atas suhu dasar. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan terutama pada respirasi. Dalam proses respirasi hasil fotosintesis
akan dirubah menjadi CO
2
dan H
2
O, sehingga semakin besar respirasi laju pertumbuhan akan berkurang Handoko 1994.
Kentang memiliki lima fase perkembangan tanaman yaitu: 1 tunas, 2 pembentukan organ tanaman, 3 pembentukan umbi, 4 pengisian umbi, dan 5
pematangan umbi Burns et al. 2005. Setiap periode atau waktu dari fase perkembangan dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan suhu udara.
Menurut Nonnecke 1989 jika selama perkembangan umbi terjadi cekaman suhu yang tinggi, umbi yang dihasilkan akan berbentuk abnormal karena
terjadi pertumbuhan baru dari umbi yang telah terbentuk sebelumnya yang disebut pertumbuhan sekunder retakan-retakan pada umbi, pemanjangan bagian ujung
umbi, dan kadang-kadang terjadinya rangkaian umbi. Suhu tinggi, keadaan berawan, dan kelembaban udara rendah akan menghambat pertumbuhan,
Pertumbuhan vegetatif dan produksi suatu tanaman juga tergantung pada interaksi antara
tanaman dan keadaan lingkungan di mana tanaman itu tumbuh. Keadaan lingkungan yaitu iklim, tanah dan organisme lainnya. Faktor ini dapat membatasi,
mendorong pertumbuhan, dan produksi tanaman, sehingga untuk memperoleh produksi dapat dilakukan dengan pengaturan faktor-faktor lingkungan sebaik
mungkin.
pembentukan umbi, dan perkembangan bunga. Fluktuasi kelembaban udara yang sangat berbeda antara siang dengan malam akan mengurangi hasil. Jika malam
hari kelembaban rendah, suhu udara menjadi tinggi, tanaman akan banyak melakukan respirasi.
Pertumbuhan dan hasil tanaman kentang juga sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan penyebarannya selama masa pertumbuhan. Selama
pertumbuhannya tanaman kentang menghendaki curah hujan 1000 mm atau setiap bulan rata-rata 200
– 300 mm. Saat kritis bagi tanaman kentang adalah saat ketika
dibutuhkan lebih banyak air, yaitu pada permulaan pembentukan stolon dan umbi. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang tinggi, pada saat itu kadar air tanah
pada kedalaman 15 cm dari permukaan tanah tidak boleh kurang dari 56 kapasitas lapang Nonnecke 1989.
Bodlaender 1983 menyatakan bahwa untuk dapat berfotosintesis dengan baik, tanaman memerlukan intensitas cahaya yang tinggi yang diperlukan untuk
mengaktifkan distribusi asimilat, memperpanjang cabang, dan untuk meningkatkan luas serta bobot daun. Meningkatnya cahaya yang dapat diterima
tanaman akan mempercepat proses pembentukan umbi dan waktu pembungaan, tetapi intensitas cahaya yang berlebihan dapat menurunkan hasil karena terjadi
transpirasi yang tinggi yang tidak dapat diimbangi dengan penyerapan air dari dalam tanah. Oleh karena itu, sel akan kehilangan turgor, stomata menutup dan
absorbsi CO
2
Selanjutnya, pertumbuhan dan hasil tanaman kentang juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya. Radiasi surya merupakan sumber tenaga atau
penggerak dari segala kehidupan di bumi. Intensitas radiasi yang diterima pada puncak atmosfer bumi solar constant besarnya sekitar 1.360 W m
berkurang sehingga hasil fotosintesisnya berkurang.
-2
Radiasi surya yang sampai di permukaan bumi diserap tanaman melalui daun tanaman. Peran daun sebagai medium untuk fotosintesis, respirasi dan
. Energi radiasi surya tersebut akan diserap oleh permukaan bumi termasuk atmosfer
yang akan digunakan untuk proses-proses fisika atmosfer, misalnya pemanasan udara dan penguapan. Disamping itu, energi radiasi surya ini juga merupakan
sumber energi untuk fotosintesis, tetapi jumlahnya kurang dari 5 dibandingkan untuk proses-proses fisika atmosfer tersebut Handoko 1994.