a b
c d
Gambar 33. Pengaruh waktu tanam terhadap umur dan produktivitas kentang di Alahan Panjang, kondisi cuaca saat ini a, skenario I b, skenario II
c, dan skenario III d [garis : umur tanaman, batang : produktivitas kentang].
a b
c d
Gambar 34. Pengaruh waktu tanam terhadap umur dan produktivitas kentang di Deli Serdang, kondisi cuaca saat ini a, skenario I b, skenario II
c, dan skenario III d [garis : umur tanaman, batang : produktivitas kentang].
Tabel 16 menunjukkan persentase produktivitas di waktu tanam optimal pada enam sentra produksi dan penurunan produktivitas akibat peningkatan suhu
udara dan penurunan curah hujan skenario I tahun 2020 skenario II tahun 2050 dan skenario III tahun 2080.
Tabel 16. Penurunan produktivitas kentang pada waktu tanam optimal di enam sentra produksi kentang akibat peningkatan suhu udara dan penurunan
curah hujan pada Tahun 2020, 2050 dan 2080
Daerah Waktu tanam
optimal Produktivitas ton.ha
-1
Produktivi tas saat ini
ton ha
-1
Skenario I tahun 2020
Skenario II tahun 2050
Skenario III tahun 2080
Produk tivitas
ton ha
-1
Penurunan Produktivi
tas
Produk tivitas
ton ha
-1
Penurunan Produktivi
tas
Produk tivitas
ton ha
-1
Penurunan Produktivi
tas
Minahasa Juni I
18 14
22 13
28 10
44 A. Panjang
Desember II 21
16 24
13 38
11 48
Pangalengan Maret III
21 15
29 12
43 9
57 Wonosobo
Oktober III 16
13 19
11 31
10 38
Pasuruan September I
18 16
11 14
22 13
28 D. Serdang
Februari III 17
14 18
13 24
11 35
Tabel 16 menunjukkan bahwa dengan pengaturan waktu tanam pada kondisi cuaca saat ini dapat meningkatkan produktivitas di keenam sentra
produksi dibanding tanpa pengaturan waktu tanam Tabel 13, 14, dan 15. Minahasa, Pasuruan dan Pangalengan menunjukkan peningkatan produktivitas
yang signifikan dibanding lokasi lain. Waktu tanam optimal pada kondisi peningkatan suhu udara dan penurunan
curah hujan berdasarkan Skenario I, II dan III Tabel 16 akan menyebabkan penurunan produktivitas kentang pada keenam sentra produksi masing-masing
11 – 29, 22 – 43, dan 28 – 57. Pangalengan juga diprediksi akan mengalami penurunan terbesar pada waktu tanam optimal tersebut pada Skenario
II dan III sebesar 43, dan 57. Dari berbagai komoditas pertanian, tanaman hortikultura termasuk
tanaman kentang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Opsi adaptasi perubahan iklim berdasarkan hasil simulasi model terhadap tanaman kentang
dapat dilakukan dengan penentuan waktu tanam yang tepat untuk mendapatkan ketersediaan air yang cukup dan meminimalkan kehilangan air.
7.4.3. Pengaruh Varietas Tanaman Kentang Granola vs. Atlantis terhadap
Hasil dan Umur Tanaman Kentang
Pengaruh perbedaan varietas terhadap hasil tanaman kentang diprediksi menggunakan model simulasi untuk umur tanaman pada masing-masing periode
fase perkembangan serta hasil umbi tanaman. Prediksi umur tanaman pada masing-masing periode fase perkembangan tanaman kentang varietas Granola dan
Atlantis waktu tanam tanggal 14 Maret ditunjukkan pada Gambar 35, sedangkan perbedaan hasil umbi tanaman kedua varietas ditunjukkan pada Gambar 36.
Gambar 35. Prediksi umur tanaman pada masing-masing fase perkembangan tanaman hari varietas Granola dan Atlantis waktu tanam tanggal
14 Maret. Gambar 35 menunjukkan varietas Atlatis memerlukan jumlah hari yang
lebih lama untuk menyelesaikan masing-masing fase perkembangan tanaman dibanding Granola, sehingga umur kentang varietas Atlantis 116 hari lebih
panjang dari Granola 110 hari. Umur tanaman yang lebih panjang menyebabkan biomassa umbi varietas Atlantis lebih tinggi dari Granola Gambar 36.
Gambar 36. Prediksi biomassa umbi kentang varietas Granola dan varietas Altantis waktu tanam tanggal 14 Maret.
Gambar 36 menunjukkan produktivitas Atlantis sebesar 25 ton ha
-1
, sedangkan Granola hanya 16 ton ha
-1
. Dalam hal ini, varietas Atlantis memiliki
RUE sebesar 1,79 g MJ
-1
sedangkan Granola memiliki RUE sebesar 1,12 g MJ
-1
Parameter penting dalam perhitungan biomassa menggunakan konsep RUE berbeda-beda antar tanaman maupun varietasnya, sehingga salah satu opsi
adaptasi yang dapat dilakukan berdasarkan hasil simulasi model ini adalah memilih varietas kentang unggul yang memiliki nilai RUE tinggi. Di samping itu,
skenario peningkatan suhu udara menyebabkan umur tanaman semakin pendek menyakibatkan produktivitas kentang rendah, sehingga opsi adaptasi lainnya
dapat dilakukan dengan memilih varietas kentang yang lebih tolerant terhadap suhu tinggi sehingga memiliki umur lebih panjang.
, sehingga biomassa yang dihasilkan Atlantis dari prediksi model ini lebih besar
dari Granola. Nilai RUE tinggi diperlukan oleh tanaman kentang untuk mengubah radiasi yang diintersepsi sehingga dihasilkan biomassa yang tinggi
Wolf 2002; Richter et al. 2001. Shah et al. 2004 sebelumnya juga menyatakan
bahwa parameter yang dapat digunakan untuk melihat produksi suatu tanaman adalah RUE.
Opsi lain adalah menanam kentang pada dataran yang lebih tinggi, namun opsi ini akan menghadapi kendala keterbatasan lahan termasuk problem
lingkungan yang akan diakibatkannya.
7.5. Kesimpulan
1. Peningkatan suhu udara sebesar 1,0 °C, 1,8 °C, dan 2,3 °C pada Tahun 2020, 2050 dan 2080 dibanding kondisi cuaca saat ini di Minahasa, Alahan
Panjang, Pangalengan, Wonosobo, Pasuruan, dan Deli Serdang yang mewakili sentra-sentra produksi kentang di Indonesia mengakibatkan jumlah
hari dari masing-masing fase perkembangan tanaman kentang semakin pendek, sehingga umur tanaman menjadi lebih singkat.
2. Umur tanaman yang pendek berdampak pada pengurangan biomassa tanaman yang selanjutnya akan menurunkan hasil produktivitas tanaman kentang,
masing-masing sebesar 13 – 31, 25 – 47 dan 37 – 61 untuk Skenario I, II dan III.
3. Penurunan curah hujan sebesar 5 skenario I, 10 skenario II, dan 15 skenario III mengakibatkan penurunan produktivitas kentang pada lima
sentra produksi kentang masing-masing 2 – 12, 4 – 27, dan 8 – 31. Alahan Panjang diprediksi tidak mengalami penurunan produktivitas
akibat penurunan curah hujan. 4. Prediksi penurunan produktivitas pada keenam sentra produksi kentang untuk
Skenario I Tahun 2020, II Tahun 2050 dan III Tahun 2080 yang merupakan interaksi peningkatan suhu dan curah hujan berkisar masing-
masing 13 – 31, 25 – 47 dan 37 – 63. Pangalengan diprediksi akan mengalami penurunan terbesar pada skenario I dan II yaitu 47, dan
63. 5. Produktivitas maksimum saat ini di Minahasa 18 ton ha
-1
varietas Granola dapat dicapai apabila kentang ditanam pada Juni I, di Alahan Panjang dicapai
pada waktu tanam Desember II 21 ton ha
-1
, Pangalengan pada Maret III 21 ton ha
-1
, Wonosobo pada Oktober III 16 ton ha
-1
, Pasuruan pada September I 18 ton ha
-1
, dan Deli Serdang pada Februari III 17 ton ha
-1
6. Penurunan produktivitas pada waktu tanam optimal karena peningkatan suhu udara dan penurunan curah hujan berkisar masing-masing 11 – 29,
22 – 43, dan 28 – 57 pada Skenario I, II, dan III. Pangalengan juga diprediksi akan mengalami penurunan terbesar di waktu tanam optimal
sebesar 43, dan 57 pada skenario II dan III. .
7. Varietas Atlantis memiliki RUE sebesar 1,79 g MJ
-1
sedangkan Granola sebesar 1,12 g MJ
-1
, sehingga biomassa yang dihasilkan Atlantis dari prediksi model ini lebih besar dari Granola. Produktivitas Atlantis sebesar 25 ton ha
-1
, sedangkan Granola hanya 16 ton ha
-1
8. Opsi adaptasi perubahan iklim berdasarkan hasil simulasi model untuk peningkatan produktivitas tanaman kentang di sentra-sentra produksi dapat
dilakukan melalui : penentuan waktu tanam yang tepat, memilih varietas kentang unggul yang memiliki nilai RUE tinggi, dan memilih varietas
kentang yang lebih toleran terhadap suhu tinggi sehingga memiliki umur lebih panjang.
.
VIII. PEMBAHASAN UMUM
Unsur-unsur iklim mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang di Indonesia khususnya radiasi surya, suhu udara, dan curah hujan. Radiasi surya
menentukan laju pertumbuhan tanaman sebagai energi fotosintesis sedangkan suhu udara terutama mempengaruhi periode fase-fase perkembangan tanaman.
Curah hujan mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui ketersediaan air tanah. Pendekatan yang umum digunakan dalam model simulasi tanaman untuk
memprediksi pertumbuhan tanaman adalah efisiensi penggunaan radiasi surya RUE, radiation-use efficiency. Pertumbuhan tanaman dihitung berdasarkan
parameter RUE dan jumlah energi radiasi surya yang diintersepsi tanaman. Di samping itu, produksi biomassa akan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan air
tanaman yang dipenuhi oleh curah hujan. Ketersediaan air tanaman kentang yang ditentukan dari intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, evaporasi dan transpirasi
tanaman, dan perkolasi dihitung dalam submodel neraca air. Suhu udara mempengaruhi kecepatan perkembangan tanaman serta laju
respirasi tanaman. Perubahan iklim yang diperkirakan akan meningkatkan suhu udara diduga akan menyebabkan penurunan produktivitas tanaman termasuk
kentang yang akan sangat rentan terhadap peningkatan suhu udara. Fase-fase perkembangan tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang
dihitung menggunakan konsep thermal unit berdasarkan suhu udara dalam submodel perkembangan.
Parameter tanah, tanaman dan peubah cuaca yang didapatkan dari hasil penelitian lapang, studi pustaka, dan analisis laboratorium digunakan sebagai input
untuk menyusun model simulasi pertumbuhan, perkembangan serta neraca air tanaman kentang. Data-data tersebut diambil sesuai dengan kondisi lahan dan iklim
setempat, sehingga hasil dari simulasi dapat berbeda antar lokasi. Salah satu kelebihan simulasi adalah nilai fleksibilitas yang dapat digunakan di berbagai sentra
produksi kentang di Indonesia berdasarkan peubah iklim setempat dan pengguna yang berkepentingan dapat menganalisis lebih lanjut. Penelitian lapang pada tiga
lokasi di Pacet dan Galudra, Provinsi Jawa Barat, serta di Kerinci, Provinsi Jambi dilakukan untuk menunjang penyusunan model, yaitu untuk parameterisasi dalam
proses kalibrasi model Pacet dan validasi model Galudra dan Kerinci. 127