Seluruh kegiatan penelitian dalam disertasi ini dirangkum dalam alur penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 1. Pembahasan umum dijelaskan pada
Bab VIII, kesimpulan dan saran pada Bab IX.
Gambar 1. Alur kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian. Permasalahan
Tujuan model
Studi literatur Percobaan lapang
Sub model pertumbuhan
Sub model perkembangan
Penyusunan model
Prediksi dampak perubahan iklim terhadap produksi kentang
Model tervalidasi Sub model
neraca air
Adaptasi perubahan iklim
• Sentra-sentra produksi
• Data cuaca saat ini
• Skenario SRES A1
Kalibrasi Percobaan I
Validasi Percobaan II dan III
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Perkembangan Tanaman Kentang Solanum tuberosum. L
Tanaman kentang Solanum tuberosum. L berasal dari daerah sub tropik,
tepatnya di pegunungan Andes, Amerika Selatan, perbatasan antara Bolivia dan Peru. Di daerah asalnya, ditemukan lebih dari 5.000 spesies kentang, namun yang
paling banyak ditemukan adalah spesies Solanum tuberosum L. Daerah sub tropik mempunyai suhu udara yang relatif rendah, sehingga apabila kentang ditanam di
daerah tropik seperti Indonesia, maka tanaman kentang hanya dapat tumbuh secara optimal di daerah dataran tinggi
Huaman 1986 .
Menurut Permadi 1989, tanaman kentang masuk ke Indonesia pada abad ke 18 dan tumbuh baik pada dataran tinggi di atas 1.000 m dari permukaan laut.
Tanaman kentang pertama kali ditanam di sekitar Cisarua, Kabupaten Bandung dan pada tahun 1811 tanaman kentang telah tersebar luas di Indonesia, terutama di
daerah-daerah pegunungan seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Minahasa, Bali, dan Flores.
Sebagai bangsa yang masyarakatnya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, keberadaan kentang sebagai makanan pokok alternatif belum
dikenal luas sampai beberapa dekade yang lalu. Meski konsumsi perkapita masih rendah dibanding standar konsumsi kentang rata-rata secara internasional, namun
pertumbuhan kentang di Indonesia mengalami pertumbuhan yang meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan Sensus Ekonomi Nasional Susenas tahun 2010 , tingkat
konsumsi kentang naik dari 1,73 kilogram per kapita per tahun pada 2009 menjadi
1,84 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2010 . Kentang bernilai ekonomis
tinggi karena memiliki harga cenderung lebih tinggi dibandingkan tanaman sayuran lainnya dan penyimpanan dapat diatur dalam jangka waktu cukup panjang
sehingga pada waktu dijual akan mendapatkan harga yang tinggi.
2.2. Morfologi Tanaman Kentang
Tanaman kentang merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak, termasuk Divisio Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Kelas
Dicotyledonae, Ordo Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solanum, dan Spesies 13
Solanum tuberosum L. Beukema 1977. Tanaman ini memiliki umur yang bervariasi antara 70 – 180 hari, dengan tinggi tanaman sekitar 50 – 120 cm dan
diameter kanopi sekitar 50 cm Huaman 1986
. Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung
pada varietasnya. Batang tanaman tidak berkayu, namun agak keras, umumnya lemah sehingga rentan terhadap angin kencang. Warna batang umumnya hijau tua
dengan pigmen ungu. Batang tanaman bercabang-cabang dan setiap cabang ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun. Permukaan batang halus, pada ruas
batang tempat tumbuhnya cabang mengalami penebalan. Diameter batang kecil dengan panjang mencapi 1,2 meter Samadi 2007.
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun berselang- seling mengelilingi batang tanaman. Daun berbentuk oval sampai oval agak bulat
dengan ujung meruncing dan tulang-tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun sedang dengan tangkai tidak
panjang. Daun berkerut-kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu Huaman 1986
. Tanaman kentang mempunyai sistem perakaran tunggang dan serabut.
Akar serabut umunya tumbuh menyebar menjalar ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan, halus dan berukuran
sangat kecil. Di antara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsi menjadi bakal umbi stolon yang akan menjadi umbi.
Tanaman kentang ada yang berbunga ada yang tidak, tergantung varietas. Warna bunga bervariasi, yaitu kuning atau ungu. Pada tanaman kentang yang
berbunga, bunga tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah tandan bunga juga bervariasi sedikit sampai banyak.
Umbi terbentuk dari ujung stolon yang membengkak. Umbi kentang merupakan gudang makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan mineral
yang merupakan hasil fotosintesis. Ukuran, bentuk, dan warna umbi kentang bermacam-macam tergantung varietas. Ukuran umbi bervariasi besar dan kecil.
Bentuk umbi ada yang bulat, oval agak bulat bulat lonjong, dan bulat panjang. Umbi kentang dapat berwarna kuning dan putih. Umbi kentang memiliki mata
tunas untuk bahan perkembangbiakan yang selanjutnya dapat menjadi tanaman baru Sunarjono 1994.
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
Tanah dan Ketinggian Tempat
Tanaman kentang hanya dapat tumbuh dan produktif pada jenis tanah ringan yang mengandung sedikit pasir dan kaya bahan organik. Tanah andosol
yang mengandung abu vulkanik dan tanah lempung berpasir merupakan tanah yang cocok untuk tempat tumbuh tanaman kentang. Jenis tanah mempengaruhi
kandungan karbohidrat umbi kentang. Pada umumnya kentang yang dikembangkan di tanah berlempung mempunyai karbohidrat lebih tinggi dan rasa
kentang akan lebih enak. Tanaman kentang tumbuh pada tanah dengan pH antara 5
– 5,5. Pada
tanah asam pH kurang dari 5, tanaman sering mengalami gejala kekurangan unsur Mg dan keracunan Mn sehingga mudah terserang nematoda. pH tanah lebih
dari 7 mengakibatkan muncul gejala keracunan unsur K, sehingga umbi mudah terserang penyakit kudis dan tidak laku dijual.
Tanaman kentang tumbuh dengan baik di dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian tempat antara 800
sampai 1.500 m dpl. Kentang yang ditanam
pada dataran rendah, di bawah 500 m dpl mengakibatkan kentang sulit membentuk umbi. Walaupun kadang terbentuk umbi, tapi umbi yang terbentuk
sangat kecil. Sementara itu, apabila ditanam di atas ketinggian 2.000 m dpl tanaman akan lambat membentuk umbi.
Iklim
Suhu udara berhubungan erat dengan ketinggian tempat, tiupan angin, serta kelembaban udara. Kelembaban udara berhubungan dengan curah hujan,
penguapan tanah. Kentang menghendaki suhu udara 15 –
22
o
C dengan suhu optimum 18
– 20
o
Tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama pada stadia berbunga, tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang berlangsung terus menerus. Curah
hujan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kentang sebesar 2.000 –
3.000 mm tahun
C, kelembaban udara 80 –
90 Ewing dan Struick 1995.
-1
. Hujan lebat terus menerus menghambat pancaran radiasi surya,