Kadar Air Tanah dan Neraca Air

a b Gambar 11. Biomassa total pada perlakuan jarak tanam a, dan perlakuan ukuran umbi b selama masa pertumbuhan tanaman kentang. Garis vertikal menunjukkan 1x simpangan baku a b Gambar 12. Hasil umbi pada perlakuan jarak tanam a, dan perlakuan ukuran umbi b. Garis vertikal menunjukkan 1x simpangan baku

4.5. Pembahasan

Profil kadar air tanah Gambar 6 menunjukkan bahwa perubahan besar kadar air tanah yang terjadi dekat permukaan tanah berkaitan dengan penyerapan air tanaman pada zona perakaran. Perubahan kadar air tanah pada lapisan yang lebih dalam lebih dari 60 cm lebih kecil dari 5 yang berhubungan dengan laju infiltrasi yang makin rendah 20 cm jam -1 dibandingkan dengan laju infiltasi yang terjadi di dekat permukaan tanah 70 cm jam -1 ETa + Ro dapat diturunkan dari Gambar 9 menghasilkan ETa + Ro harian sebesar 1.378 mm75 hari = 18 mm hari . -1 , lebih tinggi dari evapotranspirasi potensial rata-rata ETp yang dihitung dengan menggunakan metode penman pada lokasi percobaan sebesar 7 mm hari -1 . Perbedaan yang besar antara ETa + Ro dan ETp 11 mm hari -1 disebabkan oleh limpasan permukaan Ro yang terjadi selama masa pertumbuhan terkait dengan kemiringan lokasi percobaan 20. Hal ini menunjukkan bahwa hujan yang sampai ke permukaan tanah tidak terinfiltrasi sampai ke lapisan tanah sebanyak air yang hilang melalui limpasan permukaan. Ferreira dan Carr 2002 menemukan bahwa evapotranspirasi total ETa dari tanaman kentang pada daerah beriklim panas kering di Timur Laut Portugal berkisar 150 – 550 mm, tergantung pada perlakuan irigasi dan masa pertumbuhan. Kisaran ini setara dengan yang ditemukan Onder et al. 2005 yaitu berkisar 166 – 473 mm, akan tetapi jauh lebih kecil dari pada total kehilangan air dalam percobaan ini ETa + Ro = 1.378 mm yang mengindikasikan jumlah limpasan permukaan yang besar. Dalam hubungan ini, jumlah kehilangan air berupa ETa + Ro 1.378 mm yang lebih besar dibandingkan curah hujan 1.314 mm menyebabkan penurunan kadar air tanah pada semua kombinasi perlakuan Gambar 10, khususnya hingga kedalaman 60 cm dari permukaan tanah. Penurunan kadar air tanah terjadi pada semua kombinasi perlakuan setelah 70 HST Gambar 10, ketika jumlah kehilangan air kumulatif melebihi curah hujan Gambar 9. Kadar air tanah pada J1 215 – 431 mm m -1 yang lebih tinggi dari J2 116 – 345 mm m -1 Kadar air tanah perlakuan J1 yang lebih tinggi dari J2 tidak disebabkan oleh perbedaan jarak tanam antara J1 20 cm x 20 cm dan J2 20 cm x 40 cm, karena J1 dan J2 menghasilkan kehilangan air ETa + Ro yang hampir sama. Perbedaan kisaran kadar air tanah disebabkan oleh perbedaan kadar air tanah antar menyediakan jumlah air lebih banyak untuk pertumbuhan tanaman pada J1 yang menjelaskan biomassa tanaman yang lebih besar dan hasil panen yang sedikit lebih tinggi pada J1 dari pada J2 Gambar 11. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Ierna dan Mauromicale 2006 yang mendapatkan bahwa penurunan ketersediaan air yang mengakibatkan hasil umbi lebih rendah di lingkungan Mediterania tidak ditentukan oleh tanggal tanam. Sementara itu, Ahmadi et al. 2010 berpendapat bahwa perbedaan biomassa tanaman dan hasil umbi barangkali disebabkan oleh sensitivitas kentang terhadap cekaman kekeringan disebabkan oleh sistem perakaran kentang yang jarang dan dangkal. Pernyataan ini bertentangan dengan Stalham dan Allen 2001 yang menyatakan bahwa akar kentang dapat mencapai kedalaman 80 cm sehingga memungkinkan untuk bertahan pada kondisi kekurangan air. kombinasi perlakuan sejak awal yaitu sekitar saat tanam Gambar 10. Kadar air tanah yang tinggi tidak selalu menyebabkan biomassa tanaman berukuran besar jika bibit yang ditanam berukuran kecil. Ukuran bibit yang lebih besar U1U2U3 menghasilkan biomassa tanaman yang lebih besar Gambar 11, seperti yang didapatkan oleh Sutapradja 2008 untuk tanaman kentang yang ditanam pada ketinggian 1.250 m dpl di Lembang, Jawa Barat. Biomassa tanaman yang lebih besar biasanya mencerminkan laju pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi, yang akhirnya membuat hasil tanaman lebih tinggi. Hal ini menjelaskan berat umbi total lebih besar pada saat panen untuk bibit ukuran besar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12. Penemuan ini sesuai dengan Engels et al. 1993 yang mengemukakan bahwa ukuran bibit yang lebih besar menghasilkan jumlah umbi per area yang lebih banyak dan berat rata-rata per umbi yang lebih besar, sehingga menyebabkan hasil umbi yang lebih tinggi berat umbi total. Engels et al. 1993 juga mengemukakan bahwa umbi berkorelasi positif dengan jumlah batang per area. Bibit yang lebih besar menghasilkan lebih banyak batang yang menjelaskan korelasi antara ukuran bibit dengan hasil umbi.

4.6. Kesimpulan

1. Perubahan kadar air tanah berhubungan erat dengan curah hujan, limpasan permukaan, dan penggunaan air oleh tanaman evapotranspirasi yang terjadi sampai kedalaman 60 cm. Pada kedalaman tanah lebih dari 60 cm, perubahan kadar air relatif kecil yang diakibatkan oleh laju infiltrasi yang makin kecil pada lapisan tanah yang lebih 2. Perhitungan neraca air pada penelitian ini menghasilkan nilai kehilangan air dalam bentuk jumlah evapotranspirasi aktual ETa dan limpasan permukaan Ro. Nilai ETa + Ro yang tinggi 18 mm hari dalam. -1 menunjukkan limpasan permukaan yang relatif tinggi, lebih besar dari evapotranspirasi potensial 7 mm hari -1 . Limpasan permukaan yang besar tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi tetapi juga oleh kendala laju infiltrasi yang nilainya juga makin berkurang dengan kedalaman tanah. 3. Kadar air tanah bervariasi antar perlakuan yang berhubungan dengan perbedaan biomassa tanaman kentang antara perlakuan jarak tanam J1 dan J2. Perlakuan J1 20 cm x 20 cm memiliki kadar air tanah yang lebih tinggi dari J2 20 cm x 40 cm, sehingga mengakibatkan biomassa dan umbi J1 lebih besar dari J2 meskipun perbedaan kadar air tanah tersebut tidak disebabkan oleh perlakuan tetapi oleh kadar air tanah awal pada saat penanaman. Akan tetapi, ukuran bibit yang lebih besar menghasilkan biomassa yang besar, menyebabkan hasil umbi yang lebih besar U1U2U3 tanpa dipengaruhi oleh kadar air tanah pada perlakuan-perlakuan tersebut. 4. Secara keseluruhan, penemuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman kentang merupakan hasil dari interaksi antara ketersediaan kadar air tanah dan kondisi awal tanaman yang diwakili oleh ukuran bibit pada saat penanaman. Biomassa tanaman dengan ukuran yang lebih besar dan hasil umbi yang lebih tinggi akan dihasilkan jika kadar air tanah lebih tersedia dan ukuran bibit lebih besar.