Kesimpulan MODEL SIMULASI PERKEMBANGAN, PERTUMBUHAN DAN NERACA AIR TANAMAN KENTANG PADA DATARAN TINGGI

5, 2 scenario II year 2050: air temperature rises by 1,8 °C and rainfall decreases by 10 and, 3 scenario III 2080: the temperature rises by 2,3 °C and rainfall reduces by 15. The results showed that increase in air temperature by 1,0 °C, 1,8 °C, and 2,3 °C compared to current weather conditions, resulted a shorter duration of each developmental phase in six potato production centers. The shorter duration and decreased rainfall by 5, 10, and 15 can reduce potato growth and yield. Predicted potato yields in the six potato production centers for scenarios I, II and III were in the range of 13 – 31, 25 – 47 and 37 – 63, respectively. Potato production center in Pangalengan was predicted to experience the biggest decline in yield for all scenarios. Simulation of the effect of planting time to crop age and yield in the Indonesia’s potato production centers showed the highest potato yield was achieved at different planting times. Predicted yield of Atlantic variety was 25 ton ha -1 RUE = 1,79 g MJ -1 whereas Granola variety only 16 ton ha -1 RUE = 1,12 g MJ -1 Key words: Potato, climate change, scenarios, productivity . Climate change adaptation options based on model application to increase potato yield in all production centers are: optimal planting time, use of superior potato varieties that have higher value of RUE, and select application of suitable potato varieties that are more tolerant to high temperatures.

7.1. Pendahuluan

Pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca GRK, terutama sejak revolusi industri telah menyebabkan perubahan iklim. Pemanasan global berdampak pada perilaku iklim seperti perubahan curah hujan dan jumlah radiasi surya yang diterima oleh tanaman serta peningkatan suhu udara akan berdampak besar terhadap pertanian, seperti perubahan tindakan agronomis, pola tanam, lama musim pertumbuhan dan hasil Holden dan Breneton 2006. Gregory et al. 2008 memperkirakan akan terjadi peningkatan suhu udara rata-rata berkisar antara 1,0 – 1,4 o Perubahan iklim diindikasikan oleh adanya variabilitas iklim khususnya peningkatan suhu udara dan perubahan pola curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun Kementerian Lingkungan Hidup 2004. Perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian, yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman Holden dan Breneton 2006; Prihantoro 2008. C, selama 30 – 40 tahun. Pemanasan global dalam kurun waktu 50 tahun dapat menyebabkan kenaikan suhu udara sebesar 2 °C Singh dan Lal 2010. Perubahan suhu udara dan curah hujan, yang erat kaitannya dengan proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, laju pertumbuhan tanaman, serta keseimbangan kandungan air dan nutrisi hara Meza et al. 2008. Hal ini sejalan dengan pendapat Las et al. 2008 yang menyatakan bahwa tiga faktor utama terkait dengan perubahan iklim global yang akan berdampak terhadap sektor pertanian adalah: 1 perubahan pola hujan dan iklim ekstrim banjir dan kekeringan, 2 peningkatan suhu udara, dan 3 peningkatan muka air laut. Salah satu dampak perubahan iklim adalah awal musim hujan yang mundur dan periode musim kemarau yang makin panjang. Perubahan pola hujan sudah terjadi pada beberapa wilayah di Indonesia sejak beberapa dekade terakhir, seperti awal musim hujan yang mundur pada beberapa lokasi tetapi lebih cepat pada lokasi lain Apriyana 2011. Pergeseran pola hujan sangat mempengaruhi sumberdaya dan infrastruktur pertanian, pergeseran waktu taman, musim dan pola tanam, serta degradasi lahan. Model simulasi tanaman yang dihubungkan dengan faktor iklim telah diaplikasikan pada berbagai aspek di penjuru dunia termasuk untuk memprediksi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian. Teknologi model simulasi tersebut semakin berkembang dengan pesat selama satu dasawarsa ini Ying dan Stuik 2010. Model simulasi tanaman merupakan alat analisis kuantitatif dalam upaya untuk menjelaskan permasalahan secara integral dalam bidang pertanian. Poluektov dan Topaj 2001 menyatakan bahwa teknologi pemodelan yang mensimulasikan perkembangan dan pertumbuhan untuk prediksi hasil tanaman dalam hubungannya dengan iklim dapat dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan model simulasi tanaman semakin disadari pentingnya untuk berbagai tujuan, analisis sistem untuk pendekatan suatu masalah secara integral dan terutama sekali untuk antisipasi dampak perubahan iklim. Penelitian terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu tanah, agronomi, serta agrometeorologi akan mendukung perkembangan model menjadi lebih efisien dan lebih jelas arah dan sasarannya. Menurut Bey et al. 1991 melalui pendekatan model simulasi tanaman, akan dapat dianalisis dan dipadukan berbagai faktor atau skenario untuk menghasilkan suatu kesimpulan akhir dengan berbagai kemungkinan dalam membuat suatu keputusan. Model simulasi tanaman telah digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan prediksi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian sehingga opsi-opsi adaptasi dapat ditentukan. Model simulasi tanaman kentang yang telah disusun dalam penelitian ini digunakan untuk memprediksi dampak dari perubahan iklim tersebut terhadap produktivitas kentang pada sentra-sentra produksi di Indonesia. Hasil simulasi dampak perubahan iklim terhadap produksi tanaman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan di wilayah pengembangan baik skala nasional, regional bahkan lebih luas Travasso dan Delecolle 1995; Supit 1997 untuk melakukan adaptasi perubahan iklim. Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman yang diperkirakan akan sangat terpengaruh oleh perubahan iklim.

7.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap produktivitas kentang pada sentra-sentra produksi kentang di Indonesia untuk membantu pemilihan opsi-opsi adaptasi dampak perubahan iklim. 7.3. Metodologi 7.3.1. Metode Prediksi Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas Kentang di Indonesia Metode yang digunakan untuk memprediksi dampak perubahan iklim terhadap produktivitas kentang di Indonesia yaitu berdasarkan simulasi menggunakan model simulasi tanaman kentang yang telah disusun dan divalidasi dalam penelitian ini Bab VI. Model terdiri dari tiga submodel yaitu 1 perkembangan tanaman, 2 pertumbuhan tanaman, dan 3 neraca air lahan, dengan memasukkan parameter tanah dan tanaman serta unsur-unsur cuaca harian yang terdiri dari suhu dan kelembaban udara, radiasi surya, curah hujan dan kecepatan angin. Hasil simulasi akan menunjukkan perbedaan produktivitas kentang pada enam sentra produksi di Indonesia kondisi cuaca saat ini dengan masa mendatang berdasarkan skenario perubahan iklim. Sentra-sentra produksi tersebut adalah : Minahasa Sulawesi Utara, Alahan Panjang Sumatera Barat, Pangalengan Jawa Barat, Pasuruan Jawa timur, Wonosobo Jawa Tengah, dan Deli Serdang Sumatera Utara. Iklim pada masing-masing sentra produksi ini diasumsikan berubah sesuai skenario emisi SRES A1 IPCC 2007. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa unsur-unsur iklim yang berubah hanya suhu udara dan curah hujan sedangkan unsur-unsur iklim lainnya sebagai masukan model radiasi surya, kelembaban udara dan kecepatan angin tetap. Asumsi ini merupakan salah satu keterbatasan prediksi dampak perubahan iklim, akibat keterbatasan tingkat pengetahuan dalam memprediksi perubahan unsur-unsur iklim masa depan secara lebih rinci sesuai kebutuhan model. Pada kondisi cuaca saat ini present condition, model dijalankan menggunakan data yang diperoleh dari stasiun-stasiun klimatologi pada masing- masing sentra produksi. Perubahan iklim berdasarkan skenario SRES Special Report on Emissions Scenarios SRES A1 digunakan untuk menduga kenaikan suhu udara dan perubahan curah hujan pada tahun 2020, 2050 dan 2080 pada sentra-sentra produksi kentang tersebut. Model kemudian dijalankan menggunakan unsur-unsur iklim yang telah berubah tersebut sebagai masukan model dan hasilnya dibandingkan dengan keluaran model pada kondisi cuaca saat ini. Perbedaan produksi tersebut merupakan prediksi dampak perubahan iklim terhadap produktivitas kentang di Indonesia.

7.3.2. Skenario Perubahan Iklim di Indonesia

Seperti disebut sebelumnya, skenario perubahan iklim pada sentra-sentra produksi kentang di Indonesia dibuat berdasarkan proyeksi suhu udara dan curah hujan untuk wilayah Indonesia berdasarkan skenario emisi SRESA1 untuk tahun 2020, 2050, dan 2080. Hasil proyeksi di Indonesia menunjukkan peningkatan suhu udara untuk tahun 2020, 2050, dan 2080 berturut-turut sebesar 1°C, 1,8 °C, dan 2,3 °C, sedangkan proyeksi curah hujan untuk tahun 2020, 2050, dan 2080 diperkirakan akan mengalami penurunan sampai 15 pada daerah Indonesia bagian Selatan dan pengalami peningkatan pada Indonesia bagian Utara Hulme dan Sheard 1999. Kaimuddin 2000 menyatakan bahwa selain meningkatkan