tanaman, dan limpasan permukaan runoff. Penelitian ini menemukan nilai evapotranspirasi aktual ETa dan runoff Ro selama masa pertumbuhan
tanaman kentang sehingga dapat diketahui proporsi kebutuhan air tanaman melalui ETa, kehilangannya berupa Ro serta ketersediaan air dari curah
hujan. 3. Model simulasi tanaman kentang yang disusun dalam penelitian ini
merupakan alat prediksi kuantitatif dampak perubahan suhu udara dan curah hujan akibat perubahan iklim terhadap produktivitas tanaman kentang di
Indonesia untuk menentukan opsi-opsi adaptasi perubahan iklim. 4. Terkait dengan fungsi model simulasi ini dapat diaplikasikan sebagai alat
analisis kuantitatif dalam pengambilan keputusan decision-support tool, yang meliputi : penentuan potensi produksi pada berbagai wilayah sentra
produksi kentang di Indonesia, pemilihan varietas, dan pemilihan waktu tanam yang optimum.
5. Keempat hal tersebut di atas diharapkan dapat menyumbangkan informasi, sehingga secara umum dapat membantu petani dan stakeholder dalam
meningkatkan produksi tanaman kentang. Beberapa model simulasi tanaman yang sebelumnya telah berhasil
mensimulasikan pertumbuhan tanaman ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil penelitian penyusunan model simulasi tanaman
Peneliti Tanaman
Munchow sinclair 1986 Kedelai
Munchow sinclair 1991 Jagung
Amir Sinclair 1991 Gandum
Handoko 1992 Gandum
Wolf 2002 Kentang
Djufry 2005 Jarak Pagar
Rusmayadi 2009 Jarak Pagar
Keterangan : model mengaplikasikan konsentrasi CO
2
terhadap tanaman kentang
Wolf 2002 telah menyusun simulasi pertumbuhan dan hasil kentang di negara Belanda. Model diaplikasikan untuk memprediksi pengaruh konsentrasi
CO
2
terhadap pertumbuhan tanaman kentang, namun dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kentang dipengaruhi oleh adanya serangan hama dan penyakit.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Percobaan lapang yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri tiga percobaan untuk menghitung kadar air tanah, menurunkan nilai RUE dari varietas
dan generasi tanaman kentang yang berbeda, menetapkan fase-fase perkembangan tanaman serta mengkaji partisi biomassa pada organ tanaman yaitu akar, batang,
daun dan umbi serta untuk validasi model simulasi tanaman kentang. Data yang diperoleh dari percobaan pertama digunakan untuk parameterisasi pada proses
kalibrasi submodel perkembangan, pertumbuhan dan neraca air tanaman kentang yang disusun. Data dari percobaan kedua dan ketiga digunakan untuk proses
validasi model dari model yang sudah disusun. Data cuaca harian dari ketiga lokasi percobaan yang meliputi curah hujan, suhu udara, radiasi surya,
kelembaban udara dan kecepatan angin digunakan sebagai masukan model. Submodel perkembangan mensimulasi perkembangan tanaman dari tanam
sampai panen. Laju perkembangan diduga berdasarkan konsep thermal unit dengan menggunakan data suhu udara harian. Pengamatan dilakukan terhadap
suhu udara dan fase-fase perkembangan tanaman. Submodel pertumbuhan mensimulasi produksi biomassa tanaman berdasarkan RUE serta faktor
ketersediaan air yang dihitung berdasarkan nisbah antara transpirasi aktual dan maksimum. Dalam submodel ini, respirasi dihitung dari fungsi suhu udara dan
biomassa masing-masing organ .
Radiasi surya di atas dan di bawah tajuk tanaman masing-masing diukur menggunakan sensor radiasi surya solarimeter dan tube solarimeter. Sebelum
alat pengukur radiasi surya dipasang di lokasi penelitian, dilakukan kalibrasi alat untuk membandingkan setiap alat dengan input radiasi surya yang sama. Sensor
untuk mengukur radiasi surya datang di atas tajuk tanaman Qo diletakkan pada
ketinggian 1 m di atas tempat terbuka. Sensor untuk mengukur radiasi transmisi Qτ diletakkan pada ketinggian 5 cm di atas tanah, di bawah tajuk tanaman
kentang. Pengambilan data dilakukan setiap 15 menit masing-masing dengan 3 kali pengukuran data dari pagi jam 08.00 hingga sore jam 16.00 hari,
kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Untuk keperluan penyusunan submodel neraca air
nilai kandungan air tanah diukur menggunakan sensor kadar air tanah dengan prinsip hambatan listrik