Deskripsi Lokasi Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian

65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di SD Negeri Pandeyan, Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta. SD Negeri Pandeyan memiliki status akreditasi A. Terletak di tengah Kota Yogyakarta dengan wilayah sekitar sekolah merupakan perumahan dan persawahan. Masyarakat sekitar umumnya dari golongan menengah kebawah dengan penghasilan rata-rata kurang lebih Rp 6.000.000,00 pertahun. Pekerjaan masyarakat sekitar umumnya wiraswasta, buru, dan PNS. SD Negeri Pandeyan memiliki sebelas orang guru dengan rincian satu kepala sekolah yang merangkap sebagai guru mata pelajaran Agama Islam, satu guru mata pelajaran Agama Islam, satu guru Pelajaran Agama Katolik, satu guru Pelajran Agama Kristen, satu guru Olahraga, enam orang sebagai guru kelas. Kepala sekolah berijzah S2, delapan guru diantaranya berijazah S1. Selain guru, SD Negeri Pandeyan juga memiliki satu satpam, satu pengelola bidang Tata Usaha TU, satu orang pustakawan yang tugasnya mengelola perpustakaan, satu penjaga sekolah, serta dua orang petugas kebersihan. Jumlah siswa pada Tahun 20152016 adalah 143 yaitu terdiri dari 73 siswa laki-laki dan 70 siswa perempuan yang tersebar menjadi enam kelas. Setiap kelas terdiri dari satu rombongan belajar. Kelas I terdiri dari 23 siswa terdiri dari sembilan 9 laki-laki dan 14 perempuan. SDN Pandeyan memiliki 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang komputer yang tergabung dengan laboratorium IPA, 1 mushola, 1 UKS, 1 rumah dinas, 1 kantin, 8 WC, serta satu gudang. 66

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Pratindakan

Langkah sebelum dilakukan tindakan kelas adalah melakukan pengamatan awal terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu pada saat dilakukan pembelajaran membaca di kelas I serta dilakukan wawancara dengan guru kelas. Pada tanggal 22-25 Agustus 2016 dilakukan pratindakan berupa observasi, wawancara, dan tes terhadap kemampuan membaca permulaan. Observasi dilakukan saat kelas sedang melakukan pembelajaran membaca permulaan. Guru membacakan teks pada Buku Sekolah Elektronik BSE, siswa diminta menyimak sambil memperhatikan teks pada buku masing-masing dan menirukan apa yang dibaca guru. Setelah membaca secara klasikal selanjutnya siswa membaca secara berkelompok dipimpin salah satu anggota kelompok. Kegiatan selanjutnya siswa membaca secara individu maju ke depan kelas. Dari hasil observasi dan wawancara dijumpai permasalahan yaitu keterampilan membaca permulaan sebagian besar siswa yaitu sejumlah 15 dari 23 siswa masih rendah. Penilaian membaca permulaan meliputi lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan. Sejumlah 15 siswa belum memenuhi nilai rata-rata kelas membaca permulaan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Pandeyan yaitu 75. Keterampilan membaca permulaan siswa masih kurang terlihat, sejumlah 15 siswa masih kurang tepat dalam intonasi yaitu melakukan perhentian atau jeda pada kata atau kalimat serta tinggi rendahnya nada pada suatu kalimat. Lima siswa belum tepat melafalkan beberapa kata, terutama pada kata yang jarang 67 dijumpai sehingga mempengaruhi makna dari yang dibaca. Kelancaran siswa ketika membaca mempengaruhi pelafalan kata atau kalimat yang dibaca sehingga mempengaruhi makna. Kejelasan siswa pada saat membaca juga masih kurang. Keterlibatan siswa pada saat pembelajaran membaca masih kurang yaitu siswa kurang memperhatikan guru. Tiga siswa tidak memperhatikan tulisan yang dibacakan guru sebagai contoh maupun saat siswa menirukan apa yang dibacakan guru, sehingga siswa tidak benar-benar berlatih membaca. Saat diberi kesempatan untuk memimpin membaca secara berkelompok hanya dua orang yang berani mengacungkan tangan sedangkan sisanya guru harus menunjuk siswa. Tabel 8. Persentase Pencapaian Nilai Rata-Rata Keterampilan Membaca Permulaan Pratindakan No. Keterangan Frekuensi Persentase 1. Siswa yang mencapai nilai rata-rata 8 35 2. Siswa yang belum mencapai nilai rata- rata 15 65 Nilai rata-rata 68,13 Siswa dikatakan tuntas jika nilainya lebih dari atau sama dengan rata-rata kelas, sedangkan siswa yang nilanya kurang dari nilai rata-rata kelas dikatakan tidak tuntas. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 8 siswa yang telah tuntas yaitu sebesar 35. Siswa yang belum tuntas berjumlah 15 orang dengan persentase 65. Pada tahap pratindakan siswa yang belum tuntas lebih banyak daripada siswa yang telah tuntas. Nilai rata-rata kelas keterampilan membaca permulaan pratindakan yaitu 68,13 masih dalam kategori cukup. 68 Tabel 9. Persentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Membaca Permulaan Pratindakan Interval Nilai Kriteria Nilai Keterangan Jumlah Siswa Persentase 86-100 A Sangat Baik 1 4 76-85 B Baik 5 22 56-75 C Cukup 12 52 10-55 D Kurang 5 22 Berdasarkan tabel Persentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Membaca Permulaan Pratindakan, hanya satu siswa yang mendapat kriteria nilai A atau sangat baik dengan persentase 4. Siswa yang mendapatkan kriteria nilai B atau baik ada 5 dengan persentase 22. Siswa yang mendapatkan kriteria C atau cukup ada 12 dengan persentase 52. Sedangkan untuk siswa yang mendapat kriteria nilai D atau kurang terdapat 5 siswa dengan persentase 22. Berdasarkan hasil observasi kondisi awal sebelum tindakan atau pratidakan serta hasil penilaian prasiklus dan wawancara maka peneliti menyusun perbaikan untuk pembelajaran permulaan sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Pandeyan. Sebanyak 80 dari jumlah siswa tuntas atau memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan nilai rata-rata yaitu 75. Agar siswa dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran membaca permulaan dengan baik diperlukan metode dan media pembelajaran yang menarik. Penggunaan media dan metode yang menarik akan meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran membaca sehingga nilai keterampilan membaca permulaan meningkat.

2. Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama hari Kamis, 24 November 2016 dengan Tema 4 Keluargaku, Subtema 2 69 Kegiatan Keluargaku. Pertemuan kedua pada hari Jumat, 25 November 2016 dengan Tema 4 Keluargaku, Subtema 3 Keluarga Besarku. Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. a. Perencanaan Tindakan Siklus I Pada tahap perencenaan, guru menantukan indikator pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran pada siklus I. hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut. 1 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang akan dilakukan dalam dua kali pertemuan bersama dengan guru. Guru dan peneliti menentukan tema dan subtema beserta KD, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dalam dua kali pertemuan pada siklus I. Pertemuan pertama hari Selasa, 22 November 2016 dengan Tema 4 Keluargaku, Subtema 2 Kegiatan Keluargaku. Pertemuan kedua pada hari Kamis, 24 November 2016 dengan Tema 4 Keluargaku, Subtema 3 Keluarga Besarku. 2 Mempersiapkan instrumen penilaian dan lembar observasi yang akan digunakan untuk memperoleh data selama pelaksanaan penelitian. 3 Mempersiapkan media Big Book yang akan digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan tema dan subtema yang akan diajarkan pada siklus I. Untuk melaksanakan siklus I dibuat dua Big Book yang sesuai dengan tema dan subtema serta pembelajaran yang dipilih. 4 Melatih guru dalam penggunaan media Big Book untuk mengajarkan membaca permulaan. 70 5 Mempersiapkan media dan alat yang akan digunakan untuk mendukung pembelajaran membaca. 6 Mengatur tempat duduk siswa. Pada siklus I tempat duduk siswa di kelas diatur membentuk huruf U. Pengaturan tempat duduk ini tetap memperhatikan ruang gerak siswa sehingga memungkinkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan penelitian siklus I peneliti berkolaborasi dengan guru. Tugas peneliti dalam pelaksanaan tindakanan siklus I yaitu mengamati, menilai, dan mendokumentasikan semua pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa. Tugas guru yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah peneliti susun. Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Kamis tanggal 24 November 2016 melakukan pembelajaran Tema 4 Subtema 2 yaitu Kegiatan Keluargaku, pertemuan kedua pada hari Jumat tanggal 25 November 2016 melakukan pembelajaran Tema 4 Subtema 3 Keluarga Besarku. Deskripsi pelaksanaan sebagai berikut. 1 Guru menyiapkan media Big Book. 2 Siswa mengamati media Big Book yang disiapkan guru. 3 Guru memperlihatkan halaman judul Big Book, siswa mengamati gambar yang terdapat pada sampul Big Book. 4 Guru mengarahkan siswa untuk bertanya jawab memprediksi isi cerita dalam Big Book. 71 5 Guru memberikan contoh membaca Big Book dengan lafal dan intonasi yang jelas, siswa menirukan kalimat yang dibaca guru. 6 Guru mencocokan prediksi siswa dengan cerita yang telah dibaca. 7 Guru membaca ulang Big Book dengan menunjuk kata perkata, siswa mengulangi membaca kalimata yang telah dibacakan guru. 8 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomentar dan bertanya terkait cerita dalam Big Book. 9 Guru membacakan cerita pada Big Book diikuti oleh seluruh siswa. 10 Guru meminta siswa membaca Big Book secara berkelompok. 11 Guru meminta siswa membaca satu per satu. 12 Guru melakukan kegiatan tindak lanjut berupa memasangkan kosa kata dan arti kosa kata pada tabel. c. Observasi Tindakan Siklus I Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siklus I yang diamati dari siswa dan guru dapat dilihat sebagai berikut. 1 Aktivitas Siswa Hasil observasi siswa pada siklus I menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup aktif, hal tersebut dapat dilihat pada saat siswa diberi kesempatan menjawab pertanyaan, menanggapi apersepsi, tetapi siswa masih kurang aktif saat diberikesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Saat berdiskusi kelompok hanya siswa yang dominan yang mengungkapkan pendapatnya. Saat siswa diberi kesempatan untuk memberi tanggapan mengenai 72 prediski cerita melalui mengamati sampul Big Book, siswa antusias mengungkapkan pendapatnya. Saat pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media Big Book siswa terlihat antusias. Sebagian besar siswa memperhatikan guru dan teks pada Big Book, beberapa siswa masih belum memperhatikan. Sebagian besar siswa terlihat sangat bersemangat ketika membaca Big Book secara klasikal. Membaca Big Book secara klasikal yaitu semua siswa di dalam kelas membaca secara serentak. Beberapa siswa tidak memperhatikan teks yang terdapat pada Big Book, hanya mengulangi kalimat yang dibacakan oleh guru. Beberapa siswa hanya memperhatikan guru dan tidak membaca ataupun bersuara. Sebagian siswa ketika diminta untuk membaca satu persatu di depan kelas ada yang tidak mau maju. Beberapa siswa ketika membaca satu persatu, suaranya masih terlalu pelan sehingga tidak terdengar sampai bagian kelas paling belakang. Beberapa siswa masih terlihat sangat kesulitan dalam membaca sehingga harus dituntun guru ketika membaca teks pada Big Book. Rata-rata siswa mulai mampu membaca meskipun belum tepat dalam lafal dan intonasi serta penjedaan sehingga masih perlu bimbingan guru. Saat pembelajaran berlangsung, siswa mulai bosan dan tidak memperhatikan serta asyik bermain sendiri dengan teman lain. Namun guru dapat mengatasi siswa dengan mengajak siswa bermain tepuk sehingga siswa dapat kembali fokus pada pembelajaran. Kesalahan membaca kata pada siklus I misalnya berfoto, sepupu, paman, ketang, wortel. 73 2 Aktivitas Guru Hasil observasi guru saat melaksanakan pembelajaran membaca permulaan menggunakan media Big Book, guru sudah hampir melaksanakan semua aspek sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan Big Book dalam penelitian ini. Saat menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sudah jelas, guru telah dapat menciptakan suasana pembalajaran yang kondusif ketika siswa mulai bosan dan tidak konsentrasi pada pembelajaran. Guru telah dapat membimbing siswa saat berdiskusi mengerjakan tugas kelompok. Kekurangan guru pada siklus I yaitu masih kurang mahir membuka lembar demi lembar Big Book sehingga memakan waktu lama. Saat memberi contoh membaca Big Book dengan menunjuk kata demi kata, guru menutupi kalimat yang ditunjuknya sehingga siswa tidak terlalu jelas melihat kalimat yang ditunjuk guru. 3 Peningkatan Keterampilan Membaca Tes keterampilan membaca permulaan dilakukan individu untuk mengukur keterampilan siswa dalam membaca permulaan. Hasil tes keterampilan membaca permulaan siklus I dan perbandingan nilai keterampilan membaca permulaan pelaksanaan pratindakan dan siklus I dapat dilihat dari tabel berikut. 74 Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Membaca dari Pratindakan ke Siklus I No. Nama Nilai Peningkatan Siklus I ke Siklus II Ketuntasan Pratinda kan Siklus I Pratindak an Siklus I 1 AW 86 90 6 √ √ 2 AF 67 74 9 3 DN 66 75 10 √ 4 DF 72 80 10 √ 5 FMS 79 88 7 √ √ 6 FM 75 82 8 √ √ 7 HA 67 76 9 √ 8 IS 77 85 8 √ √ 9 KM 67 75 10 10 MA 76 82 10 √ √ 11 MR 67 75 11 √ 12 NW 55 65 9 13 NR 75 83 8 √ √ 14 RR 54 64 7 15 RA 79 86 8 √ √ 16 RH 76 82 5 √ √ 17 RK 70 82 9 √ 18 TA 68 78 10 √ 19 YC 54 62 10 20 EP 63 74 11 21 LRP 54 65 12 22 Z 54 63 11 23 D 66 74 11 √ Jumlah 1567 1760 Rata-rata 68,13 76,52 Tuntas 8 15 Persentase 35 65 Tidak Tuntas 15 8 Persentase 65 35 75 Tabel 11. Persentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Membaca Permulaan Siklus I Interval Nilai Kriteria Nilai Keterangan Jumlah Siswa Persentase 86-100 A Sangat Baik 3 13 76-85 B Baik 9 39 56-75 C Cukup 11 48 10-55 D Kurang Dari tabel di atas diketahui bahwa pada siklus I siswa yang mendapat nilai keterampian membaca permulaan dengan predikat A atau sangat baik dengan interval nilai 86-100 terdapat tiga 3 siswa sebesar 13. Siswa dengan kriteria sangat baik menunjukkan telah lancar membaca tanpa bantuan guru, jelas dalam membaca kalimat sederhana, serta telah membaca dengan intonasi serta lafal yang tepat. Siswa yang memperoleh predikat B atau baik terdapat dengan interval nilai 76-85 terdapat sembilan 9 siswa sebesar 39. Siswa dengan kriteria membaca permulaan baik menunjukkan kelancaran dan kejelasan dalam membaca akan tetapi pelafalan dan intonasi terkadang masih kurang tepat. Siswa yang memperoleh predikat C atau cukup dengan interval nilai 56-75 sebanyak 11 siswa sebesar 48. Siswa dengan kriteria cukup menunjukkan indikasi membaca masih terbata yaitu terkadang mengeja suku kata dan memerlukan bantuan guru. Lafal serta intonasi membaca masih cenderung datar dan belum memperhatikan jeda dengan tepat. Suara saat membaca kurang jelas. Tidak ada siswa yang mendapat predikat D atau kurang pada siklus I. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan dari pratindakan ke siklus I. 76 Tabel 12. Persentase Pencapaian nilai rata-rata Keterampilan Membaca Permulaan melalui Media Big Book Siklus I No. Keterangan Frekuensi Persentase 1. Siswa yang mencapai nilai rata- rata 15 65 2. Siswa yang belum mencapai nilai rata-rata 8 35 Nilai rata-rata 76,52 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan keterampilan membaca permulaan dari pratindakan setelah dilaksaakan tindakan pada siklus I. Hasil nilai keterampilan membaca pada siklus I yaitu 15 siswa mencapai nilai rata-rata atau sebesar 65 dari keseluruhan jumlah siswa. Sedangkan 8 siswa belum mencapai nilai rata-rata atau sebesar 35. Hal tersebut menunjukan adanya peningkatan dengan kenaikan nilai rata-rata kelas semula 68,13 menjadi 76,52, berarti terjadi kenaikan rata-rata kelas sejumlah 3,39 dari pratindakan ke siklus I. Perolehan nilai 76,52 pada siklus I masuk dalam kategori baik. Namun penelitian ini belum dikatakan berhasil karena belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini memenuhi kriteria keberhasilan apabila 80 dari seluruh jumlah siswa dapat tuntas yaitu lebih dari atau sama dengan nilai rata-rata kelas. d. Refleksi Tindakan Siklus I Refleksi merupakan kegiatan peneliti untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan dampak atas tindakan yang telah dilakukan dengan menggunakan berbagai kriteria. Refleksi dilakukan untuk sarana perbaikan dari siklus I ke siklus selanjutnya yang akan dilaksanakan. 77 Pelaksanaan refleksi siklus I dilakukan oleh peneliti dan guru dengan melihat perbandingan perolehan nilai membaca permulaan dan nilai rata-rata kelas saat pratindakan dan setelah dilakukan tindakan. Kegiatan refleksi juga dilakukan pengkajian ulang terhadap pelaksanaan proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media Big Book pada siklus I untuk acuan menyusun tindakan pada siklus berikutnya. Berikut ini hasil refleksi siklus I. Tabel 13. Hasil Refleksi Siklus I Aspek Aktivitas Siswa Hasil Analisis Kuanti- tatif Hasil Analisis Kualitatif Refleksi Tindakan yang Diperbaiki Rencana Tindak Lanjut Lafal 20,00 baik Aktivitas siswa yang belum meningkat dari aspek lafal yaitu siswa melafalkan Memberikan contoh membaca dengan penekanan cara melafalkan kata atau kalimat yang benar. Guru memberikan contoh membaca dengan penekanan cara melafalkan kata atau kalimat dalam Big Book dengan tepat. Intonasi 18,70 baik Siswa membaca dengan tidak memperhatikan intonasi sehingga terdengar datar serta tidak memperhatikan jeda dan tanda baca. Memberikan contoh membaca dengan penekanan pada intonasi dan jeda yang tepat serta memberi tahu siswa tentang makna tanda baca. Guru memberikan contoh membaca dengan penekanan pada intonasi yang tepat dan mengajarkan siswa untuk memperhatikan jeda saat bertemu tanda baca titik . dan koma ,. 78 Aspek Aktivitas Siswa Hasil Analisis Kuanti- tatif Hasil Analisis Kualitatif Refleksi Tindakan yang Diperbaiki Rencana Tindak Lanjut Kelancar- an 19,22 baik Masih dijumpai beberapa siswa yang belum lancar membaca. Menghimbau siswa untuk memperhatik an guru saat memberikan contoh membaca menggunaka n Big Book. Guru mengingatkan siswa untuk memperhatikan guru saat memberikan contoh membaca menggunakan Big Book. Kejelasan Suara 18,96 baik Suara siswa saat membaca masih banyak yang kurang jelas yaitu volume kurang sehingga tidak dapat terdengar hingga siswa yang duduk di bangku paling belakang. Membimbing siswa dan memotivasi siswa supaya lebih keras lagi saat membaca. Guru memberikan arahan dan motivasi kepada siswa untuk lebih keras lagi volume saat membaca sehingga dapat terdengar oleh seluruh siswa. Keberani- an Masih ada anak yang tidak percaya diri maju ke depan kelas untuk membaca. Membimbing siswa agar tidak malu lagi membaca di depan kelas. Guru membimbing siswa membaca di depan kelas serta memberikan pujian agar percaya diri anak meningkat. 79 Aspek Aktivitas Siswa Hasil Analisis Kuanti- tatif Hasil Analisis Kualitatif Refleksi Tindakan yang Diperbaiki Rencana Tindak Lanjut Keaktifan Pada siklus I siswa belajar dengan duduk di kursi masing- masing. Pembelajaran seperti ini membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Guru meminta siswa maju ke depan kelas untuk menjadi pemimpin membaca kelompoknya . Guru membuat kelas menjadi lesehan sehingga siswa duduk membentuk huruf U di lantai untuk memudahan pergerakan siswa saat pembelajaran sehingga rileks. Penerima- an siswa terhadap media Big Book Ketika pembelajaran membaca dengan Big Book masih ada siswa yang tidak memperhatikan guru dan Big Book, saat temannya sedang membaca siswa lain mendengar- kan, masih ada siswa yang berlarian saat pembelajaran berlangsung. Membimbing siswa agar memperhatik an guru dan Big Book saat guru memberikan contoh membaca. Kelas dibuat lebih rileks yaitu siswa belajar lesehan sehingga siswa lebih merasa nyaman untuk belajar. Posisi siswa dengan guru juga lebih dekat sehingga siswa lebih mudah mengamati Big Book dan guru. Saat salah satu siswa membaca di depan kelas, guru menghimbau agar siswa lain memperhatikan.

3. Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan yaitu pada Senin, 28 November 2016 dan Selasa, 29 November 2016 menggunakan Tema 4 80 Subtema 4 Kebersamaan dalam Keluarga. Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. a. Perencanaan Tindakan Siklus II Perencanaan siklus II dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan pada siklus I dan disesuaikan dengan hasil yang dilakukan pada siklus I. Dilakukan perbaikan-perbaikan yang telah dibhas pada refleksi siklus I. Perencanaan tindakan siklus II sebagai berikut. 1 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang akan dilaksanakan dua kali pertemuan bersama dengan guru. Peneliti dan guru menentukan KD, Indikator, dan Tujuan masing-masing pembelajaran yang sesuai dengan Tema dan Subtema yang akan dilaksanakan serta sesuai untuk pembelajaran membaca permulaan. 2 Guru dan peneliti membuat rencana setting kelas yang akan dilaksanakan pada siklus II. Setting kelas dibuat lebih rileks sehingga siswa dapat belajar lebih nyaman dan lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yaitu dengan belajar di lantai. 3 Memperisiapkan instrumen penilaian dan lembar observasi yang digunakan untuk memperoleh data selama pelaksanaan penelitian. 4 Menyiapkan media Big Book yang digunakan dalam pembelajaran sesuai tema dan subtema yang diajarkan pada siklus II. 5 Melatih guru dalam menggunakan Big Book untuk membaca permulaan agar tidak ada bagian yang terlewatkan. 81 6 Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mendukung pembelajaran membaca permulaan. Mempersiapkan kelas agar lebih rileks, serta menentukan strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus II. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan penelitian siklus II peneliti berkolaborasi dengan guru. Tugas peneliti yaitu mengamati dan mencatat aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan guru maupun siswa, menilai, serta mendokumentasi semua kegiatan pembelajaran. Tugas guru yaitu melaksanakan kegiatan membaca permulaan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 28 dan 29 November 2016. Pelaksanaan siklus II dengan Tema 4 “ Keluargaku” Subtema 4 “Kegiatan dalam Keluarga”. Pelaksanaan tindakan siklus II siswa belajar dengan duduk di lantai agar rileks dan nyaman serta ruang gerak yang bebas sehingga anak dapat lebih aktif mengikuti pembelajaran. Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut. 1 Guru menyiapkan media Big Book. 2 Siswa mengamati media Big Book yang disiapkan guru. 3 Guru memperlihatkan halaman sampul Big Book, siswa mengamati gambar yang terdapat pada sampul Big Book. 4 Guru mengarahkan siswa untuk memprediksi isi cerita dalam Big Book. 5 Guru memberikan contoh membaca Big Book dengan lafal dan intonasi yang jelas, siswa menirukan kalimat yang dibaca guru. 82 6 Guru mencocokan prediksi siswa dengan cerita yang telah dibaca. 7 Guru membaca ulang Big Book dengan menunjuk kata perkata, siswa mengulangi membaca kalimata yang telah dibacakan guru. 8 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomentar dan bertanya terkait cerita dalam Big Book. 9 Guru membaca cerita dalam Big Book diikuti oleh seluruh siswa. 10 Guru meminta siswa membaca Big Book secara berkelompok. 11 Guru meminta siswa membaca satu per satu. 12 Guru melakukan kegiatan tindak lanjut berupa memasangkan kosa kata dan arti kosa kata pada tabel. c. Observasi Tindakan Siklus II Observasi dilakukan peneliti pada saat tindakan siklus II yaitu selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi pada proses pembelajaran membaca permulaan pada siklus II dapat dilihat sebagai berikut. 1 Aktivitas Siswa Hasil observasi dilakukan peneliti terhadap aktvitas siswa pada tindakan siklus II menunjukkan bahwa siswa lebih aktif dan antusias daripada saat pembelajaran siklus I. Namun masih ada anak yang sulit dikondisikan yaitu tidak memperhatikan guru saat pembelajaran. Guru telah beberapa kali menegur siswa tersebut akan tetapi masih belum berhasil. Saat pelaksanaan pembelajaran siklus II siswa lebih antusias dan aktif menjawab pertanyaan dari guru serta mengajukan pertanyaan terkait hal yang belum dipahami. 83 Pada saat pembelajaran atau tindakan siklus II menunjukan hampir seluruh siswa memperhatikan media Big Book yang digunakan guru untuk mengerjakan keterampilan membaca. Beberapa siswa yang kurang percaya diri saat membaca secara individu di depan kelas pada siklus I menunjukkan peningkatan pada siklus II ditandai dengan rasa percaya dirinya meningkat. Kesalahan membaca pada siklus II yaitu pada kata memangkas, mencabut, berguguran, berterimakasih, menggelar, dan bersyukur. 2 Aktivitas Guru Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan semua langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan menggunakan media Big Book yang telah disusun. Ketika guru membuka lembar Big Book lebih lancar pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Guru tidak lagi menutupi kata yang ditunjuk ketika memberi contoh membacakan kalimat pada Big Book. Pada saat guru mencontohkan membaca dengan lafal, intonasi, penjedaan, dan suara jelas lebih baik dibandingkan dengan siklus I sehingga siswa lebih memahami. Guru pada pembelajaran siklus II telah menunjukkan perkembangan saat mengkondisikan siswa sehingga hampir seluruh siswa memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung. 3 Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Tes keterampilan membaca permulaan dilakukan dengan cara memanggil siswa satu persatu untuk membaca Big Book. Hasil tes keterampilan membaca permulaan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini. 84 Tabel 14. Peningkatan Keterampilan Membaca antara Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II No. Nama Nilai Peningkatan Siklus I ke Siklus II Ketuntasan Pra- tindakan Siklus I Siklus II Pra- tindakan Siklus I Siklus II 1 AW 86 90 96 6 √ √ √ 2 AF 67 74 83 9 √ 3 DN 66 75 85 10 √ √ 4 DF 72 80 90 10 √ √ 5 FMS 79 88 95 7 √ √ √ 6 FM 75 82 90 8 √ √ √ 7 HA 67 76 85 9 √ √ 8 IS 77 85 93 8 √ √ √ 9 KM 67 75 85 10 √ 10 MA 76 82 92 10 √ √ √ 11 MR 67 75 86 11 √ √ 12 NW 55 65 74 9 13 NR 75 83 91 8 √ √ √ 14 RR 54 64 71 7 15 RA 79 86 94 8 √ √ √ 16 RH 76 82 87 5 √ √ √ 17 RK 70 82 91 9 √ √ 18 TA 68 78 88 10 √ √ 19 YC 54 62 72 10 20 EP 63 74 85 11 √ 21 LRP 54 65 77 12 √ 22 Z 54 63 74 11 23 D 66 74 85 11 √ √ Jumlah 1567 1760 1969 Rata-rata 68,13 76,52 85,61 Tuntas 8 15 19 Persentase 35 65 83 Tidak Tuntas 15 8 4 Persentase 65 35 17 Dari tabel rekapitulasi pada tabel di atas dapat diketahui perbandingan jumlah siswa yang sudah memenuhi nilai ketuntasan pada pratindakan yaitu 8 85 siswa, pada siklus I yaitu 15 siswa, dan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 19 siswa. Apabila ditampilkan dalam bentuk grafik maka dapat disajikan grafik peningkatan keterampilan membaca permulaan siswa kelas I berdasarkan perbandingan nilai rata-rata mean sebagai berikut. 68,13 76,52 85,61 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Nilai Rata- Rata Pratindakan Siklus I Siklus II Tahap Peningkatan Nilai Rata-Rata Keterampilan Membaca Permulaan Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Rata-Rata Kelas Nilai Keterampilan Membaca Permulaan Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan diagram yang disajian di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata keterampilan membaca siswa dari sebelum dilaksanakan tindakan atau tahap pratindakan nilai rata-rata sebesar 68,13, kemudian meningkat pada siklus I yaitu nilai rata-rata menjadi 76,52, selanjutnya meningkat lagi pada siklus II menjadi 85,61. 86 35 65,22 82,61 20 40 60 80 100 Presentase Pratindakan Siklus I Siklus II Tahap Presentase Ketuntasan Nilai Keterampilan Membaca Permulaan Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Persentase Ketuntasan Rata-Rata Kelas Nilai Keterampilan Membaca Permulaan Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa persentase perbandingan jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal mengalami kenaikan dari setiap tahap. Pada tahap pratindaan menunjukan persentase sebesar 35, meningkat pada siklus I menjadi 65,22, dan pada siklus II meningkat menjadi 82,61. Grafik batang di atas menunjukkan adanya peningkatan pada pembelajaran keterampilan membaca permulaan melalui media Big Book. Seuma siswa mengalami peingkatan nilai pada siklus II sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II berhasil. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel persentase kriteria penguasaan keterampilan membaca permulaan yakni sebagai berikut. 87 Tabel 15. Persentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Membaca Permulaan Siklus II Interval Nilai Kriteria Nilai Keterangan Jumlah Siswa Persentase 86-100 A Sangat Baik 13 56.5 76-85 B Baik 6 26.1 56-75 C Cukup 4 17.4 10-55 D Kurang 0.0 Berdasarkan data persentase kriteria di atas dapat disimpulkan sebagian besar siswa yaitu 13 siswa dalam kategori sangat baik dengan persentase 56.5. Sebanyak 6 siswa mendapat kriteria baik dengan persentase 26.1. Sebanyak 4 siswa mendapat kriteria cukup dengan persentase 17.4. Tidak ada siswa yang mendapat kriteria kurang. Dari hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan penguasaan keterampilan membaca permulaan dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Siswa dengan kriteria sangat baik dengan predikat A yaitu rentang nilai 86- 100 menunjukkan telah mampu membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat. Siswa telah lancar dalam membaca tanpa bantuan dari guru. Siswa dengan kriteria sangat baik telah menunjukkan kejelasan suara sehingga dapat didengar oleh seluruh siswa di dalam kelas. Siswa dengan kriteria baik dengan predikat B yaitu rentang nilai 76-85 menunjukan telah mampu membaca dengan lancar dan jelas akan tetapi terkadang intonasi kurang tepat. Suara siswa saat membaca lama-kelamaan menjadi pelan. Siswa dengan kriteria cukup atau predikat C yaitu rentang nilai 56-75 menunjukkan telah mampu membaca dengan lancar. Lafal dan intonasi terkadang kurang tepat. Kejelasan suara juga terkadang kurang dapat didengar oleh seluruh 88 siswa di dalam kelas. Tidak ada siswa yang mendapat kriteria kurang atau predikat D. d. Refleksi Tindakan Siklus II Refleksi merupakan sarana perbaikan untuk tindakan yang telah dilaksanakan untuk mengkaji lebih lanjut tentang kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya. Kegiatan refleksi juga dilakukan pengkajian ulang terhadap pelaksanaan proses pembelajaran membaca permulaan mennggunakan media Big Book. Pada pelaksanaan siklus II telah dapat mengatasi beberapa kendala yang dialami pada siklus I. Guru telah dapat menggunakan media Big Book dengan maksimal, guru telah menunjuk kata per kata ketika memberikan pemodelan membaca kepada siswa maupun saat siswa membaca secara klasikal. Guru tidak lagi menutupi kata yang ditunjuk. Siswa lebih aktif bertanya maupun mengungkapkan pendapat terkait cerita pada Big Book. Pada pelaksanaan siklus II pembelajaran dilakukan secara lesehan, yaitu siswa duduk di lantai membentuk huruf U agar lebih rileks dalam pembelajaran. Duduk secara lesehan memudahkan siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran. Saat pelaksanaan siklus II siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus II keterampilan siswa dalam membaca permulaan telah meningkat dari pelaksanaan siklus I. sebagian besar siswa telah dapat menyuarakan tulisan dengan intonasi dan pelafalan yang tepat. Suara yang terdengar juga lebih jelas dan lancar. 89 Tabel 16. Persentase Pencapaian Rata-Rata Kelas Nilai Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Big Book Siklus II No. Keterangan Frekuensi Persentase 1. Siswa yang mencapai nilai rata-rata 19 83 22. 2. Siswa yang belum mencapai nilai rata-rata 4 17 Nilai rata-rata kelas 85.61 Berdasarkan persentase pencapaian nilai rata-rata keterampilan membaca permulaan siswa kelas I pada siklus II yang disajikan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa 19 siswa telah tuntas yaitu 83. Sebanyak 4 siswa belum tuntas yaitu 17. Persentase ketuntasan siswa terus mengalami kenaikan hal ini dapat dilihat pada pratindakan siswa yang mencapai nilai rata-rata hanya 8 yaitu 35, pada siklus I menjadi 15 yaitu 65, dan pada siklus II menjadi 19 orang yaitu 83. Nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan dari mulai pratindakan yaitu 68.13, pada siklus I menjadi 76.52, kemudian pada siklus II naik lagi menjadi 85.61. Penilaian yang digunakan untuk mengetahui keterampilan membaca permulaan meliputi empat aspek yaitu lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan. Berikut ini disajikan peningkatan setiap aspek pada tahap pratindakan, siklus I, dan siklus II.

1. Lafal

Lafal merupakan cara mengucapkan bunyi bahasa. Pelafalan bunyi akan menentukan makna. Pelafalan yang tidak tepat pada suatu kata akan mempengaruhi makna sehingga tidak sesuai dengan arti yang diharapkan. Pada tahap pratindakan atau sebelum dilakukan tindakan terlihat sebagian besar siswa masih mengalami kesalahan dalam pelafalan bunyi beberapa kata. Pada siklus I, 90 terdapat siswa yang masih salah mengucapkan bunyi bacaan yang dibacanya. Berikut ini akan dibahas beberapa contoh membaca siswa kelas I SDN Pandeyan pada siklus I yaitu siswa yang masuk kriteria sangat baik, baik, kurang. Contoh membaca pada siswa yang masuk kriteria sangat pada siswa AW. Keluarga besar Aldo Keluarga besar Aldo seda η berkumpul Ini ibu dan ayah Aldo Ini kakek dan nenek Aldo Ini bibi dan paman Aldo Ini adik sepupu Aldo Keluarga besar Aldo berkumpul di ruaη keluarga Keluarga besar Aldo berfoto bersama Aldo sena η memiliki keluarga besar Berdasarkan contoh membaca di atas, pada siswa AW telah menunjukkan membaca yang sangat baik. Tetapi masih sedikit mengalami masalah. Lafal siswa AW pada siklus I telah menunjukkan kriteria sangat baik dengan nilai 22 ditunjukkan dengan telah mengucapkan kata dengan baik dan benar dan sedikit penjedaan yang kurang tepat. Contoh membaca siswa kriteria baik pada siswa TA. Keluarga besar Aldo Keluarga besar Aldo se daη berkumpul Ini ibu dan ayah Aldo Ini kakek dan nenek Aldo Ini bibi dan paman Aldo Ini adik sepupu Aldo Keluarga besar Aldo berkumpul di rua η keluarga Keluarga besar Aldo berfoto bersama Aldo senaη memiliki keluarga besar Berdasarkan contoh membaca di atas pada siklus I siswa TA pada aspek lafal mendapat nilai 19 dengan pengucapan kata dan kalimat baik tetapi kurang tepat dalam jeda. Siswa TA telah membaca pengucapan yang wajar. Kekurangannya siswa TA masih terdengar belum tepat dalam penjedaan kata. 91 Contoh membaca kriteria cukup pada siswa RR siklus I. Keluarga besar Aldo Keluarga besar Aldo sedaη berkumpul Ini ibu dan ayah Aldo Ini kakek dan nenek Aldo Ini bibi dan paman Aldo Ini adik sepupu Aldo Keluarga besar Aldo berkumpul di ruaη keluarga Keluarga besar Aldo berfoto bersama\ Aldo senaη memiliki keluarga besar Berdasarkan contoh membaca di atas siswa RR masih mengalami kesulitan dalam membaca pada siklus I. Pada aspek lafal hanya mendapatkan nilai 17 dengan keterangan pengucapan kata dan kalimat baik tetapi masih sangat kurang tepat dalam jeda. Pada siklus II siswa telah banyak mengalami kenaikan nilai, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang belum memenuhi nilai rata-rata membaca permulaan. Berikut ini disajikan contoh membaca siswa yang memperoleh kriteria nilai sangat baik, baik, dan kurang. Contoh membaca siklus II siswa AW dengan kriteria sangat baik. Keluarga besar Aldo Keluarga besar Aldo seda η berkumpul Ini ibu dan ayah Aldo Ini kakek dan nenek Aldo Ini bibi dan paman Aldo Ini adik sepupu Aldo Keluarga besar Aldo berkumpul di rua η keluarga Keluarga besar Aldo berfoto bersama Aldo senaη memiliki keluarga besar Pada siklus II siswa AW mengalami kenaikan dari siklus I dengan total nilai 90 menjadi 96. Aspek lafal yang semula pada siklus I mendapat nilai 22 naik 92 menjadi 24 pada siklus II dengan keterangan pengucapan kata dan kalimat telah baik dan benar. Contoh membaca siklus II siswa TA dengan kriteria sedang. Keluarga besar Aldo sedaη berkumpul Ini ibu dan ayah Aldo Ini kakek dan nenek Aldo Ini bibi dan paman Aldo Ini adik sepupu Aldo Keluarga besar Aldo berkumpul di ruaη keluarga Keluarga besar Aldo berfoto bersama Aldo sena η memiliki keluarga besar Dari contoh membaca siswa TA siklus II tersebut masih pada kriteria sedang tetapi menunjukkan perbaikan dari siklus I. Pada aspek Lafal memeroleh nilai 19 pada siklus I naik menjadi 21 pada siklus II. Contoh membaca siklus II siswa RR dengan kriteria cukup. Keluarga besar Aldo Keluarga besar Aldo seda η berkumpul Ini ibu dan ayah Aldo Ini kakek dan nenek Aldo Ini bibi dan paman Aldo Ini adik sepupu Aldo Keluarga besar Aldo berkumpul di rua η keluarga Keluarga besar Aldo berfoto bersama Aldo senaη memiliki keluarga besar Dari contoh membaca di atas siswa RR mengalami kenaikan pada asek lafal dari siklus I dengan nilai 17 menjadi 19 pada siklus II ditandai dengan telah menunjukkan perbaikan dalam penjedaan kalimat.

2. Intonasi

Intonasi adalah lagu kalimat yang mencakup nada dan tekanan. Intonasi dipengaruhi oleh tinggi randanya nada dan keras lembutnya tekanan pada kalimat serta memperhatikan jeda. Pada tahap pratindakan sebagian besar siswa masih 93 datar saat membaca yaitu tidak memperhatikan tinggi rendahnya nada serta keras lembutnya suara. Pada siklus I terlihat terjadi perbaikan dalam intonasi saat membaca akan tetapi masih kurang. Tiga siswa yang membaca dengan intonasi kriteria sangat baik, baik, dan cukup sebagai berikut. Contoh membaca siswa AW dengan kriteria sangat baik. “Keluarga besar Aldo sedang berkumpul.” “Ini ibu dan ayah Aldo.” Berdasarkan contoh cara membaca di atas, siswa AW telah menunjukkan cara membaca dengan intonasi yang wajar. Nilai aspek intonasi pada siklus I telah mencapai nilai 22 ditunjukkan dengan telah tepat dalam penggunaan intonasi hanya sedikit kesalahan. Contoh membaca siklus I siswa TA dengan kriteria baik. “Keluarga besar Aldo sedang berkumpul.” “Ini ibu dan ayah Aldo.” Pada aspek intonasi siklus I siswa TA mendapat nilai 18. Nilai tersebut ditandai dengan telah baik dalam penggunaan intonasi. Contoh membaca siklus I siswa RR dengan kriteria cukup. “Keluarga Besar Aldo” “Keluarga besar Aldo sedang berkumpul.” Dari contoh membaca siklus I di atas siswa RR mendapat nilai 14 pada aspek intonasi. Nilai tersebut ditandai dengan keterangan telah cukup dalam penggunaan intonasi. Setelah dipaparkan contoh aspek intonasi yang dimiliki siswa pada siklus I di atas, selanjutnya akan dipaparkan contoh membaca permulaan aspek intonasi pada siklus berikutnya. Berikut ini adalah pemaparan membaca permulaan aspek 94 intonasi pada siklus II dari siswa yang memiliki kriteria sangat baik, baik, dan cukup. Contoh membaca siswa AW yang memiliki kriteria sangat baik. “Keluarga besar Aldo sedang berkumpul.” “Ini ibu dan ayah Aldo.” Pada siklus II siswa AW mengalami kenaikan nilai pada aspek intonasi dari semula Aspek intonasi semulai mendapat nilai 22 pada siklus I mengalami kenaikan menjadi 24. Nilai 24 tersebut mendekati nilai sempurna yaitu 25. Contoh membaca siswa TA yang memiliki kriteria baik. “Keluarga Besar Aldo” “Keluarga besar Aldo sedang berkumpul.” Pada aspek intonasi siswa TA memperoleh nilai 20 pada siklus II. Hal tersebut menunjukkan TA mengalami kenaikan nilai aspek intonasi dari siklus I 18 menjadi 20 pada siklus II. Contoh membaca siswa RR yang memiliki kriteria cukup. “Keluarga Besar Aldo” “Keluarga besar Aldo sedang berkumpul.” Pada siklus II siswa RR mendapatkan nilai aspek intonasi 16. Hal ini menunjukkan bahwa siswa RR mengalami kenaikan nilai aspek intonasi dari siklus I 14 menjadi 16 pada siklus II.

3. Kelancaran

Kelancaran saat membaca merupakan membaca tanpa adanya hambatan yaitu tanpa bantuan dari guru, tanpa mengeja, tidak terbata-bata, dan tidak ragu- ragu saat membaca. Pada tahap pratindakan sebagian besar siswa masih belum 95 lancar membaca terlihat dari masih banyak siswa terbata dan ragu-ragu saat membaca sehingga memerlukan bantuan dari guru. Pada siklus I siswa masih belum lancar dan ragu-ragu saat membaca, terkadang siswa berhenti saat membaca dan masih ragu-ragu melafalkan kata yang dibaca. Beberapa siswa masih belum lancar saat membaca. Pada siklus I siswa AW menunjukkan kelancaran yang bagus. Aspek kelancaran memperoleh nilai 23 ditunjukkan dengan telah lancar membaca tanpa bantuan dari guru. Aspek kelancaran semula mendapat nilai 23 pada siklus I naik menjadi 24 pada siklus II. Pada aspek kelancaran siklus I siswa TA mendapat nilai 21. Ditunjukkan dengan lancar membaca kalimat sederhana tanpa memerlukan bantuan dari guru. Nilai aspek kelancaran mengalami kenaikan dari siklus I 21 naik menjadi 22 pada siklus II. Pada aspek kelancaran siklus I siswa RR mendapat nilai 16 dengan keterangan telah lancar membaca tetapi masih banyak membutuhkan bantuan dari guru. Pada siklus II siswa RR mengalami kenaikan nilai Aspek kelancaran dari 16 menjadi 18.

4. Kejelasan

Kejelasan merupakan kejelasan suara yang diucapan siswa saat membaca teks, kalimat yang dibacanya jelas dan suara keras sehingga terdengar. Indikator kejelasan suara dapat dilihat ketika suara dapat didengar seluruh siswa di dalam kelas. 96 Pada pratindakan sebagian besar siswa masih malu dalam membaca sehingga suara tidak terdengar hingga siswa yang duduk di bagian belakang. Pada siklus I terjadi peningkatan kejelasan siswa dalam membaca akan tetapi masih kurang. Guru telah meminta siswa agar menyuarakan bacan lebih keras akan tetapi masih kurang terdengar hingga belakang kelas. Pada siklus II terjadi peningatan yang signifikan pada aspek kejelasan. Siswa yang tadinya terdengar kurang jelas saat membaca, pada siklus II menjadi lebih jelas sehingga suara sampai pada siswa yang duduk di bangku paling belakang. Hampir seluruh siswa telah menyuarakan teks bacaan dengan jelas. Siswa AW pada siklus I aspek kejelasan memperoleh nilai 23 ditandai dengan ketika membaca telah lantang dan jelas sehingga dapat didengar oleh seluruh siswa. Pada siklus I siswa AW telah memperolah predikat A dengan rentang nilai 86-100 yaitu dengan nilai 90. Pada siklus II siswa AW mengalami kenaikan pada aspek kejelasan dari siklus I dengan nilai 23 menjadi 24. Jumlah nilai siswa AW pada siklus I 90 naik menjadi 96 pada siklus II. Siswa AW merupakan siswa yang memiliki kemampuan membaca permulaan di kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta. Pada aspek kejelasan siklus I siswa TA telah memperoleh nilai 20 ditandai dengan suara kurang lantang tetapi jelas sehingga dapat didengar sebagian siswa. Predikat membaca permulaan siswa TA siklus I adalah B dengan rentang nilai 76- 85 yaitu dengan nilai 78. Nilai Aspek kejelasan naik dari siklus I yaitu 20 menjadi 22 pada siklus II. Jumlah nilai pada siklus II juga naik menjadi 85 tetapi masih 97 dalam kriteria baik atau B. Siswa TA merupakan siswa yang memiliki kriteria sedang dalam membaca permulaan di kelas I SDN Pandeyan. Pada aspek kejelasan suara pada siklus I siswa RR mendapat nilai 17 dengan keterangan suara kurang lantang tetapi jelas sehingga dapat didengar oleh sebagian siswa. Pada siklus II siswa RR mengalami kenaikan nilai pada aspek kejelasan dari 17 menjadi 18. Total nilai membaca permulaan siswa RR pada siklus II naik dari semula 64 menjadi 71. Meskipun siswa RR telah menunjukkan peningkatan membaca permulaan dari siklus I dan siklus II tetapi masih dalam kriteria kurang atau C dan belum mencapai rata-rata. RR merupakan siswa yang memperoleh nilai membaca permulaan terendah di kelas.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, keterampilan membaca siswa kelas 1 SDN Pandeyan telah meningkat. Keterampilan membaca siswa dapat meningkat karena beberapa faktor, seperti yang dikemukakan oleh Sabarti Akhadiah 1993: 25 mengenai faktor yang memperngaruhi membaca antara lain 1 motivasi, 2 lingkungan keluarga, 3 bahan bacaan. Motivasi siswa untuk membaca memberikan pengaruh besar terhadap keterampilan membaca siswa. Siswa yang memiliki motivasi untuk belajar membaca akan lebih cepat memiliki keterampilan membaca yang lebih baik. Faktor lain yang mempengaruhi keterampilan membaca siswa yaitu bahan bacaan. Bahan bacaan yang digunakan ketika mengajarkan membaca sangat berpengaruh terhadap keterampilan membaca. Bahan bacaan berpengaruh bagi siswa untuk memiliki minat membaca dan memahami isi bacaan tersebut. Bahan bacaan yang 98 sesuai dengan karakteristik siswa akan menarik perhatian siswa untuk fokus membaca. Bahan bacaan yang sederhana akan mudah dipahami akan menarik minat untuk membaca. Sesuai dengan hal tersebut cerita yang terdapat dalam Big Book merupakan cerita singkat dan sederhana serta dilengkapi dengan gambar yang mendukung cerita sehingga mudah dipahami siswa kelas rendah yang masih pada tahap membaca permulaan. Pada tahap kelas rendah, siswa seperti yang dikemukakan oleh Darmiyati Zuchdi dan Budiasih Joko, 2016: 26 yaitu menguraikan fase perkembangan bahasa anak umur 2-7 tahun bahwa anak pada fase semantik, yaitu anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata. Siswa kelas satu SD masih pada tahap bermain sehingga konsentrasi masih rendah. Siswa juga masih dalam tahap operasional konkret, siswa belum dapat memahami konsep abstrak sehingga memerlukan perantara untuk memahami materi yang diajarkan. Big Book menyajikan cerita dengan didukung gambar yang mengilustrasikan cerita sehingga dapat memudahkan siswa memahami isi cerita. Big Book dapat dijadikan perantara untuk menyampaikan materi kepada siswa agar siswa mampu memahami materi yang disampaikan. Big Book dapat membantu siswa untuk memahami konsep yang abstrak dengan gambar yang terdapat di dalamnya. Big Book memuat gambar yang berwarna-warni sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk fokus membaca. Cerita yang sederhana pada Big Book juga membantu siswa untuk memahami isi cerita. Pembelajaran membaca melalui Big Book siswa dapat lebih mudah mengenal kosa kata baru yang disajikan pada cerita 99 bergambar. Big Book dapat menarik siswa untuk membaca dan mengembangkan keterampilan membaca yang dimiliki siswa. Berdasarkan proses pelaksanaan siklus I dan II yang telah dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan menggunakan media Big Book menunjukkan peningkatan yang cukup baik kepada siswa dalam keterampilan membaca permulaan. Hal tersebut menunjukkan tercapainya tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh Herusantosa Saleh Abbas, 2008: 103 yaitu mampu menyuarakan dan memahami kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, dan anak dapat membaca serta menulis kata-kata atau kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relative singkat. Selain itu Big Book dapat meningkatkan proses pembelajaran pada siswa yang semula kurang aktif menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Tercapainya tujuan membaca permulaan juga didukung oleh tercapainya tujuan dari media Big Book USAID, 2014: 44 yaitu 1 Big Book memberikan pengalaman membaca, sehingga siswa menjadi lebih terampil membaca, 2 Big Book dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan proses pada siswa, 3 Big Book bertujuan untuk menggali informasi siswa. Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan mengunakan media Big Book membarikan kesempatan untuk menggali informasi dan pengetahuan yang dimiliki siswa. Big Book dapat membuat siswa menjadi lebih berimajinasi sesuai dengan pengalaman yang dimiliki. Big Book meningkatkan proses siswa dalam pembelajaran, yaitu siswa lebih aktif di kelas untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat. 100 Pembelajaran membaca menggunakan Media Big Book dapat mempengaruhi keaktifan siswa dalam pembelajaran serta hasil keterampilan siswa dalam membaca. Siswa menjadi lebih lancar membaca dapat dilihat dari peningkatan nilai pada beberapa aspek keterampilan membaca permulaan. Hal tersebut membuktikan pendapat dari Lynch 2008: 1 yaitu Big Book dapat memperkaya perkembangan bahasa lisan anak menggunakan model membaca, dengan partisipasi bebas resiko untuk melibatkan siswa membaca dan berdiskusi, dan membuat pembelajaran bermakna sesuai konteks. Pembelajaran membaca melalui media Big Book membuat siswa berpartisipasi dalam pembelajaran, memperkaya kosa kata, serta mengembangken semua aspek kebahasaan. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yaitu pada saat siswa memprediksi cerita, mengungkapkan pendapat tentang gambar yang dilihat, serta aktif membaca. Guru juga memberi contoh membaca yang baik dan benar dengan memperhatikan lafal, intonasi, dan jeda yang sehingga siswa dapat menirukannya. Siswa membaca Big Book berulang-ulang pada saat pembelajaran yaitu pada saat guru memberikan contoh dan siswa mengulangi bacaan secara klasikal, siswa membaca secara berkelompok, dan siswa membaca secara individu di depan kelas. Membaca berulang-ulang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa karena siswa menjadi semakin paham bagaimana membaca dengan lafal, intonasi, dan jeda yang tepat. Sehingga kelancaran dan kejelasan dalam membaca siswa semakin meningkat. 101 Selain membuat meningkatkan kemampuan membaca siswa secara teknis, Big Book dapat membuat siswa lebih mudah memahami isi bacaan. Kemudahan memahami isi bacaan disebabkan siswa yang masih dalam tahap operasional konkret dapat membaca dengan melihat gambar yang mendukung cerita. Saat siswa membaca dengan memperhatikan gambar pendukung maka tidak lagi abstrak karena terdapat visual yang membantu memahami isi bacaan. Menurut Mohana Nambiar 1993: 2 membaca buku yang disukai dengan berulang-ulang memiliki beberapa manfaat diantaranya siswa menjadi lebih peka dengan bahasa tulis dalam buku. Siswa belajar membunyikan kata-kata sesuai dengan lambang tulisnya melalui model yaitu guru, sehingga siswa tidak salah membaca. Membaca secara berulan-ulang membuat siswa semakin fasih membaca. Pendapat tersebut dibuktikan dengan mengajarkan siswa untuk berlatih membaca secara terus menerus menggunakan media Big Book maka siswa akan semakin fasih membaca. Dalam penelitian ini siswa berlatih membaca secara terus menerus menggunakan media Big Book sehingga meningkatkan kelancaran dan kejelasan membaca serta ketepatan lafal dan intonasi. Hal tersebut memberikan hasil ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil keterampilan membaca permulaan siswa selama tindakan. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan menggunakan Big Book pada siswa kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta Tahun Ajaran 20162017 pada siklus II peneliti merasa cukup puas. Proses pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Hasil penelitian tindakan kelas telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80 102 siswa mencapai nilai rata-rata. Sehingga penelitian ini tidak memerlukan adanya tindakan siklus III. Berdasarkan pembahasan yang dibuat oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca permulaan siswa kelas I SDN Pandeyan Tahun Ajaran 20162017 dapat meningkat melalui media Big Book.

D. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I melalui media kartu huruf di MI Al Huda Sakti Ciputat Tangerang Selatan

0 8 131

KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI METODE CIRC DENGAN MEDIA BIG BOOK PADA SISWA KELAS IVA SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

32 376 244

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BIG BOOK PADA SISWA KELAS II DI SD NEGERI 101797 DELI TUA T.A 2016/ 2017.

0 4 25

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SDN 1 JATIPOHON Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Media Kartu Kata Pada Siswa Kelas I SDN 1 Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelaja

0 2 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SDN 1 JATIPOHON Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Media Kartu Kata Pada Siswa Kelas I SDN 1 Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelaja

0 1 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FLASH CARD SISWA KELAS I SDN SUROKARSAN 2 YOGYAKARTA.

0 7 173

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 1 PANDEYAN JATINOM KLATEN.

0 3 191

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BIG BOOK PADA SISWA KELAS I SDN DELEGAN 2 PRAMBANAN SLEMAN.

51 499 219

TAP.COM - PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN ... 435 759 1 SM

0 0 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KELAS I SDN 07 TRANS MABAK BENGKAYANG

1 2 12