PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BIG BOOK SISWA KELAS I SDN PANDEYAN YOGYAKARTA.

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BIG BOOK SISWA KELAS I

SDN PANDEYAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rahayu Nur Fajriani NIM 12108241123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ’alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang

paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji hanya milik Allah SWT karena dengan izin-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Kupersembahkan skripsi ini kepada:

1. Bapak almarhum Tri Haryono dan Ibu Rusmiyati tercinta yang telah mendidik, mendoakan, dan memberikan kasih sayang yang begitu besar selama ini.

2. Almamater tercinta, Universias Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, bangsa, dan agama.


(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BIG BOOK SISWA KELAS I

SDN PANDEYAN YOGYAKARTA

Oleh

Rahayu Nur Fajriani NIM 12108241123

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan melalui media Big Book pada siswa kelas I SDN Pandeyan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Pandeyan yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes, observasi, dan catatan lapangan. Instrumen pengumpulan data secara kualitatif menggunakan lembar observasi dan secara kuantitatif menggunaka tes keterampilan membaca. Teknis analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Meningkatkan keterampilan membaca permulaan melalui media Big Book siswa kelas I SD dapat ditempuh dengan langkah-langkah 1) siswa memperhatikan media Big Book, 2) siswa aktif memprediksi isi cerita pada Big Book, 3) siswa diberi contoh membaca Big Book dengan lafal dan intonasi yang tepat dan siswa menirukan, 4) mencocokan prediksi siswa dengan cerita yang telah dibaca, 5) siswa memperhatikan guru memberikan contoh membaca dengan menunjuk kata demi kata, 6) siswa berkomentar dan bertanya terkait kosakata dan cerita pada Big Book, 7) siswa mengulangi membaca cerita pada Big Book secara berkelompok maupun individu. Penelitian ini membuktikan bahwa keterampilan membaca permulaan dapat ditingkatkan melalui media Big Book pada siswa kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. peningkatan keterampilan membaca permulaan dibuktikan dengan persentase siswa yang mencapai nilai rata-rata kelas pada pratindakan 35%, naik menjadi 65% pada siklus I, dan meningkat menjadi 83% pada siklus II.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BIG BOOK SISWA KELAS I SDN PANDEYAN YOGYAKARTA”. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan depada junjungan Rasulullah Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi umatnya.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini mendapat bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Suparlan, M. Pd. I., selaku ketua jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan fasilitas hingga selesai skripsi ini.

3. Ibu Septia Sugiarsih, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak H. Sujati, M. Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat selama masa kuliah di PGSD FIP UNY.

5. Seluruh dosen yang telah mengajar mata kuliah di PGSD FIP UNY yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan.

6. Kepala sekolah, segenap guru, karyawan, dan siswa kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.

7. Bapak, Ibu, kakak dan adik yang senantiasa memberikan doa dan dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan masalah ... 9

E. Tujuan Masalah ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Membaca Permulaan ... 11

1. Pengertian Keterampilan Membaca Permulaan ... 11

2. Materi Membaca Permulaan ... 14

3. Tujuan Membaca Permulaan... 19


(11)

xi

5. Kriteria Membaca Permulaan ... 24

6. Penilaian Membaca Permulaan ... 26

B. Karakteristik Siswa Kelas I Sekolah Dasar ... 29

C. Media Big Book ... 33

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 33

2. Pengertian Media Big Book ... 37

3. Tujuan Media Big Book ... 40

4. Keistimewaan Media Big Book ... 41

5. Langkah-Langkah Penggunaan Media Big Book ... 43

6. Cara Pembuatan Big Book ... 45

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 47

F. Kerangka Pikir ... 50

G. Hipotesis ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Jenis Penelitian ... 52

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 53

C. Setting Penelitian dan Waktu Penelitian ... 54

1. Setting Penelitian ... 54

2.Waktu Penelitian ... 54

D. Desain Penelitian ... 54

1. Perencanaan... 55

2. Tindakan ... 56

3. Observasi ... 58

4. Refleksi ... 59

E. Metode Pengumpulan Data ... 60

1. Tes Membaca Permulaan ... 60

2. Observasi ... 60

3. Catatan Lapangan ... 60

F. Instrumen Penelitian... 61


(12)

xii

2. Lembar Observasi ... 63

G. Metode Analisis Data ... 64

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 66

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Pratindakan ... 67

2. Siklus I ... 70

3. Siklus II ... 80

C. Pembahasan dan Hasil Penelitian... 97

D. Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Vokal dan Alofonnya ... 17

Tebel 2. Lambang Fonologi dan Keterangan ... 17

Tabel 3. Pedoman Penilaian Membaca Permulaan ... 62

Tabel 4. Kisi-kisi Tes Keterampilan Membaca Permulaan ... 62

Tabel 5. Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa Selama Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Media Big Book ... 63

Tabel 6. Kisi-kisi Pedoman Observasi Guru Selama Selama Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Media Big Book ... 63

Tabel 7. Kriteria Rentang Nilai Tingkat Penguasaan... 65

Tabel 8. Presentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Membaca Permulaan Pratindakan ... 68

Tabel 9 . Presentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Membaca Permulaan Pratindakan ... 69

Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Membaca dari Pratindakan ke Siklus I ... 75

Tabel 11. Presentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Membaca Permulaan Siklus I ... 76

Tabel 12. Presentase Pencapaian KKM Keterampilan Membaca Permulaan melalui Media Big Book Siklus I ... 77

Tabel 13. Hasil Refleksi Siklus I ... 78

Tabel 14. Peningkatan Keterampilan Membaca antara Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 84

Tabel 15. Presentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Membaca Permulaan Siklus II ... 86

Tabel 16. Presentase Pencapaian KKM Keterampilan Membaca Permulaan melalui Media Big Book Siklus II ... 88


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pikir ... 51 Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart... 54 Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Rata-Rata Kelas Nilai

Keterampilan Membaca Permulaan Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 85 Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Presentase Ketuntasan Rata-Rata

Kelas Nilai Keterampilan Membaca Permulaan Siswa pada


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Instrumen Penelitian

Lampiran 1. Kisi-Kisi Penilaian Keterampilan Membaca Permulaan ... 110

Lampiran 2. Pedoman Observasi Guru Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Menggunakan Media Big Book ... 111

Lampiran 3. Pedoman Observasi Siswa Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Media Big Book ... 112

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 4. Siklus I Pertemuan 1 ... 114

Lampiran 5. Siklus I Pertemuan 2 ... 122

Lampiran 6. Siklus II Pertemuan 1 ... 130

Lampiran 7. Siklus II Pertemuan 2 ... 138

Rekapitulasi Data Lampiran 8. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Pratindakan ... 147

Lampiran 9. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Siklus I ... 148

Lampiran 10. Hasil Tes Keterampilan Membaca Permulaan Siklus II ... 149

Lampiran 11. Hasil Observasi Guru Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Menggunakan Media Big Book Pertemuan 1 Siklus I ... 150

Lampiran 12. Hasil Observasi Guru Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Menggunakan Media Big Book Pertemuan 2 Siklus I ... 152

Lampiran 13. Hasil Observasi Guru Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Menggunakan Media Big Book Pertemuan 1 Siklus II ... 154

Lampiran 14. Hasil Observasi Guru Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Menggunakan Media Big Book Pertemuan 2 Siklus II ... 156

Lampiran 15. Hasil Observasi Siswa Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Media Big Book pertemuan 1 Siklus I ... 158

Lampiran 16. Hasil Observasi Siswa Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Media Big Book pertemuan 2 Siklus I ... 159

Lampiran 17. Hasil Observasi Siswa Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Media Big Book pertemuan 1 Siklus II ... 160


(16)

xvi

Lampiran 18. Hasil Observasi Siswa Selama Proses Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Media Big Book pertemuan 2 Siklus II ... 161 Dokumentasi

Lampiran 19. Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran Membaca Permulaan

melalui Media Big Book pada Siswa Kelas 1 SDN Pandeyan .... 163 Surat Perizinan

Lampiran 20. Surat Izin dari Fakultas ... 170 Lampiran 21. Surat Izin dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta ... 171 Lampiran 22. Surat Keterangan Kepala Sekolah ... 172 Lampiran 23. Surat Pernyataan Validasi Expert Media ... 173


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar (SD). Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif. Komunikasi tersebut baik berbentuk lisan maupun tertulis. Terdapat empat aspek keterampilan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Empat keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa penting bagi siswa sekolah dasar.

Siswa SD memiliki kebutuhan yaitu tugas perkembangan utama yang bersumber dari kebudayaan, tugas tersebut yaitu belajar membaca, menulis, dan berhitung, dan belajar tanggungjawab sebagai warga negara. Uraian tersebut menyebutkan bahwa belajar membaca adalah salah satu tugas perkembangan bagi siswa SD. Membaca permulaan pada siswa kelas rendah merupakan bekal untuk tahap membaca selanjutnya yaitu membaca cepat, membaca ekstensif, dan membaca pemahaman. Selain itu keterampilan membaca dapat mempengaruhi keterampilan menulis.

Pembelajaran Bahasa Indonesia aspek keterampilan membaca di SD dibedakan menjadi dua kelompok yaitu membaca untuk kelas rendah dan kelas tinggi. Membaca permulaan berlangsung di kelas-kelas awal, yaitu SD kelas I, II, dan III atau disebut juga dengan kelas rendah. Membaca permulaan menurut Septia (staff.uny.ac.id) adalah tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai reresentasi visual bahasa. Membaca permulaan


(18)

2

yaitu siswa menyuarakan dan memahami kalimat sederhana yang ditulis, dengan intonasi yang wajar. Idealnya membaca permulaan di kelas I adalah dapat membaca kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan membaca. Motivasi dan bahan bacaan merupakan faktor besar yang dapat mempengaruhi keterampilan membaca. Jika siswa tidak memiliki motivasi maka dapat mengakibatkan enggan membaca, tetapi jika siswa memiliki motivasi tinggi maka akan memiliki dorongan yang kuat untuk membaca. Bahan bacaan yang monoton dan sulit dipahami akan membuat siswa enggan membaca. Bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami dapat membuat siswa lebih bersemangat untuk belajar membaca.

Siswa kelas rendah termasuk dalam tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Pembelajaran membaca permulaan idealnya menggunakan media pembelajaran menarik yang menunjang siswa kelas rendah. Media pembelajaran dapat membantu siswa memahami konsep yang abstrak. Media juga dapat membuat siswa lebih tertarik dan aktif terlibat dalam pembelajaran.

Pembelajaran membaca permulaan idealnya mengguanakan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa agar fokus lebih lama pada pelajaran. Media pembelajaran juga dapat memudahkan guru untuk mengajar dan memudahkan siswa untuk menerima konsep pembelajaran.


(19)

3

Kenyataan lapangan berdasarkan hasil observasi dan wawacara terhadap siswa dan guru kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta pada 22-25 Agustus 2016 pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia aspek keterampilan membaca menggunakan metode ceramah dan media pembelajaran hanya buku BSE. Guru memberikan contoh cara membaca kata dan kalimat dengan tepat yaitu penggunaan lafal dan intonasi yang benar. Tetapi ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek keterampilan membaca permulaan.

Masalah pertama yaitu ada lima siswa yang tidak memperhatikan bacaan yang terdapat pada buku BSE saat membaca nyaring secara berkelompok maupun klasikal. Siswa hanya menirukan apa yang dibacakan guru atau siswa lain sehingga tidak benar-benar menyimak tulisan yang dibacanya melainkan hanya pengulangan terhadap kalimat yang didengarnya. Siswa yang tidak menyimak tulisan berarti tidak membaca melainkan hanya menirukan kalimat yang didengar. Satu siswa bahkan hanya diam tanpa menirukan dan menyimak bacaan pada buku BSE yang dicontohkan guru. Saat dilakukan tes membaca dari 23 siswa, sejumlah 15 siswa masih memiliki kemampuan membaca dibawah rata-rata kelas nilai membaca permulaan yaitu 75.

Saat siswa dipersilahkan membaca nyaring tulisan yang ada di buku BSE secara bergantian di depan kelas, sujumlah 15 siswa yang belum mampu membaca dengan intonasi yang wajar. Siswa belum mampu membaca nyaring dengan intonasi yang wajar yaitu ketepatan panjang pendek dalam pelafalan kata atau kalimat. Intonasi yang belum tepat juga terlihat ketika siswa membaca tulisan yang mengandung tanda baca tanya. Intonasi membaca 10 siswa masih lemah


(20)

4

ditandai dengan lemahnya suara yang terdengar ketika membaca nyaring secara individu di depan kelas. Guru meminta siswa untuk membaca nyaring dengan suara yang keras dan lantang, akan tetapi suara yang terdengar masih lemah.

Beberapa siswa masih kurang tepat melafalkan kata bahasa Indonesia sehingga makna menjadi lain. Misalnya satu kata dibaca menjadi dua penggalan suku kata yang dibaca secara terpisah menjadikan makna yang dibaca menjadi berbeda dari apa yang tertulis. Hal ini terlihat ketika membaca nyaring tulisan yang ada di papan tulis pelafalannya kurang tepat. Misalnya pelafalan huruf (e) masih kurang tepat dalam suatu kalimat. Terkadang siswa masih bingung antara huruf (d) dan (b) sehingga tersendat ketika menemui huruf tersebut bahkan terbalik pelafalannya. Siswa belum lancar dalam membaca kalimat sederhana. Terlihat dari cara membaca yang terbata-bata sehingga terdengar kurang jelas karena kata atau kalimat menjadi terpenggal. Membaca yang kurang jelas menyebabkan pemaknaan kalimat kurang tepat atau bahkan tidak bermakna sama sekali. Jika kalimat menjadi kurang jelas maka siswa akan sulit memahami alur bacaan sehingga kurang mengerti apa yang sedang dibacanya.

Masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam mengenali huruf, kata, dan kalimat dilihat dari cara mengucapkan. Pembendaharaan kosa kata yang dikuasai siswa kurang membuat siswa kesulitan dalam melafalkan kosa kata yang jarang dipakai dan baru ditemui.

Beberapa siswa kurang minat dengan pembelajaran membaca permulaan. Jika guru menghimbau siswa secara klasikal mengulangi kalimat sederhana yang


(21)

5

telah dibacakan guru, siswa asyik bermain sendiri. Siswa tidak antusias dalam pembelajaran membaca karena dianggap membosankan.

Masalah lain yang dihadapi dalam pembelajaran membaca permulaan adalah penggunaan media dalam mengajar siswa kelas I (satu) kurang optimal. Metode mengajar hanya menggunakan metode cermah dan tanya jawab. Saat mengajar membaca permulaan hanya mendikte bacaan yang terdapat pada buku BSE dan menyuruh siswa menirukan apa yang dibaca guru. Beberapa siswa yang hanya memperhatikan guru membacakan kalimat tanpa memperhatikan tulisan yang dibaca di papan tulis. Guru tidak terlalu memperhatikan apakah siswa memperhatikan tulisan yang dibacanya atau tidak karena lebih fokus melihat tulisan di buku BSE.

Hasil observasi diketahui bahwa nilai rata-rata keterampilan berbahasa Indonesia aspek menyimak adalah 78, berbicara 79, dan menulis adalah 69. Hasil observasi di atas menunjukkan keterampilan membaca permulaan siswa masih dalam kriteria cukup. Keterampilan menulis siswa juga dalam kategori cukup, keterampilan menulis dipengaruhi oleh keterampilan membaca.

Setelah dilakukan tes keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta yang diperoleh dari aspek lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan suara dalam membaca nyaring dan tes tertulis membaca memahami dengan menjawab beberapa pertanyaan dari cerita sederhana secara individual, hasil tersebut diperoleh nilai rata-rata 68,13 yang tergolong pada kategori cukup. Ketuntasan nilai rata dari 23 siswa, terdapat 8 siswa yang mencapai nilai rata-rata sedangkan 15 siswa belum mencapai nilai rata-rata-rata-rata atau belum tuntas.


(22)

6

Membaca permulaan dapat membantu siswa dalam memahami suatu teks bacaan. Diharapkan siswa mendapat informasi dari bacaan tersebut sehingga menambah pengetahuan. Membaca permulaan pada siswa kelas I (satu) harus mendapatkan perhatian penuh dari guru. Pada tahap ini, siswa kelas I (satu) mulai mengenal huruf, bunyi, kata, suku kata, dan kalimat meskipun dalam lingkup sederhana. Guru berperan penting dalam membimbing siswa agar mampu membaca. Jika keterampilan membaca permulaan siswa masih rendah maka hal tersebut merupakan suatu masalah.

Keterampilan membaca permulaan masih kategori cukup dan paling rendah dibandingkan keterampilan berbehasa yang lain pada siswa kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta perlu segera dicarikan solusi agar dapat teratasi. Saat siswa kesulitan membaca permulaan maka akan sulit memahami suatu bacaan. Membaca permulaan yang tidak lancar akan mengakibatkan keterampilan membaca tingkat lanjut bahkan dapat mempengaruhi keterampilan berbahasa tingkat selanjutnya yaitu menulis.

Komponen penting yang berpengaruh dalam keberhasilan belajar mengajar adalah bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran. Media merupakan salah satu komponen yang berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Salah satu pendukung pembelajaran adalah penggunaan media yang sesuai karakteristik siswa.

Pembelajaran membaca bisa dibantu dengan menggunakan media yang membuat siswa tertarik untuk belajar. Media untuk membaca perlu disertai gambar atau ilustrasi yang jelas sehingga memudahkan siswa mengetahui alur


(23)

7

cerita yang dibaca. Selain itu kalimat pada media sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga mudah dipahami siswa. Manusia dapat lebih mudah memahami konsep yang diberikan melalui visual atau verbal. Sehingga ketika bahan bacaan ditampilkan disertai dengan visual dalam kegiatan belajar membaca siswa dapat lebih mudah memahami isi bahan bacaan.

Media yang digunakan untuk membantu pembelajaran membaca permulaan sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Siswa kelas rendah menyukai warna-warna yang cerah, media yang dibuat sebaiknya mengandung unsur warna yang cerah sehingga menarik perhatian siswa ketika pembelajaran membaca berlagsung. Selain itu media yang dipilih harus sesuai dengan isi bacaan yang digunakan saat pembelajaran.

Big Book merupakan salah satu media yang mendukung pembelajaran membaca permulaan yang cocok untuk pembelajaran di kelas. Anna (2005: 141) berpendapat bahwa Big Book adalah buku yang berukuran kira-kira 40x30cm atau seukuran A3 dengan gambar-gambar berwarna yang menarik dan teks yang tercetak dengan besar, sehingga cukup besar untuk dilihat oleh anak-anak secara bersama-sama. Karena masih jarang yang menjual Big Book maka sebaiknya guru membuat sendiri yang sesuai dengan materi.

Keistimewaan media Big Book dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa karena menarik perhatian siswa dan memudahan siswa belajar membaca. Selain itu, Big Book juga memudahkan siswa memahami teks bacaan dengan adanya dukungan gambar. Big Book dapat dibuat dengan mudah oleh guru. Guru dapat membuat Big Book sesuai dengan karakteristik siswa. Memilih


(24)

8

sendiri Big Book yang sesuai dengan isi cerita, topik, dan tema yang akan disampaikan serta yang sesuai dengan minat siswa.

Berdasarkan paparan di atas maka dilakukan penelitian mengenai keterampilan membaca permulaan di kelas I SD yang berjudul ”Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Big Book Siswa Kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka terdapat berbagai masalah membaca permulaan pada siswa kelas I (satu) SDN Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta yang dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia aspek membaca permulaan penggunaan media pembelajaran belum optimal.

2. Beberapa siswa tidak memperhatikan tulisan yang dibacanya.

3. Banyak siswa yang belum membaca dengan lafal dan intonasi yang wajar. 4. Beberapa siswa masih belum tepat melafalkan kosa kata dalam bacaan.

5. Pembendaharaan kosa kata siswa masih kurang sehingga sering mengalami tersendat ketika membaca kosa kata baru.


(25)

9 C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu rendahnya keterampilan membaca permulaan siswa kelas I SDN Padeyan Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan masalah di atas maka dapat diambil rumusan masalah penelitian ini adalah ”Bagaimana meningkatkan keterampilan membaca permulaan melalui media Big Book siswa kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta?” E. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas maka tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan melalui media Big Book siswa kelas I SDN Pandeyan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara praktis bagi semua pihak. Manfaat dari penelitian berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan melalui Media Big Book Siswa Kelas I SDN Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta antara lain sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a. Membantu memudahkan mengajar kelas I SD dalam aspek keterampilan membaca permulaan.


(26)

10 2. Bagi Siswa

a. Meningkatkan prestasi belajar siswa terutama keterampilan membaca permulaan.

b. Meningkatkan keaktifan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan membaca permulaan.

3. Bagi Sekolah

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek keterampilan membaca permulaan. b. Memberikan pertimbangan dalam pengadaan media pembelajaran. G. Definisi Operasional Penelitian

1. Keterampilan Membaca Permulaan

Keterampilan membaca permulaan adalah keterampilan membaca kelas rendah yang harus dikuasai siswa yaitu meliputi lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan suara.

2. Media Big Book

Media Big Book adalah buku berukuran kira-kira 40x30cm atau seukuran A3 yang berisi teks yang berukuran besar yang didukung oleh ilustrasi gambar untuk mengajarkan membaca sekaligus memahami teks bacaan.


(27)

11 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Membaca Permulaan

1. Pengertian Keterampilan Membaca Permulaan

Terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Empat aspek tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan, jika salah satu aspek tidak dikuasai dengan baik maka akan mempengaruhi aspek yang lain. Membaca merupakan aspek keterampilan bebahasa ketiga setelah menyimak dan berbicara. Keterampilan membaca akan memperngaruhi aspek keterampilan menulis siswa.

Menurut Flech, Gagne, dan Gorgh dalam Yunus (2012: 148) membaca pada dasarnya adalah terjemahan lambang, grafik ke dalam bahasa lisan. Membaca berarti menerjemahkan lambang berupa tulisan ke dalam bahasa lisan. Sependapat dengan Flech, Gagne, dan Gorgh bahwa secara sederhana membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya (Lado dalam Tarigan 2008: 9). Membaca tidak hanya proses penerjemahan bahasa tulis menjadi bahasa lisan tetapi juga memahami pola bahasa yang ditulis. Senada dengan Lado, menurut Gilet dan Temple (dalam Samsu, 2011: 5) mengemukakan bahwa membaca adalah kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata-kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. Membaca tidak hanya untuk memahami pola bahasa yang ditulis tetapi juga memahami makna dari apa yang dibaca.


(28)

12

Sependapat dengan Gilet dan Temple, Bonomo (dalam Samsu, 2011: 5) menyatakan bahwa membaca merupakan suatu proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing). Membaca merupakan suatu proses untuk memahami arti serta makna yang terkandung dalam tulisan. Ketika membaca berarti siswa tidak hanya membunyikan tulisan menjadi bahasa lisan akan tetapi juga mengerti makna dari tulisan yang dibaca.

Senada dengan uraian pendapat di atas, Davies (dalam Samsu, 2011: 5) berpendapat bahwa membaca merupakan suatu proses mental atau proses kognitif yang pembaca diharapkan dapat mengikuti dan merespon pesan dari penulis. Pendapat tersebut menjelaskan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif. Pendapat ini mengungkapkan pembaca tidak hanya memahami pesan dari bacaan tetapi juga merespon pesan yang terkandung.

Senada dengan pendapat di atas, membaca menurut Farida (2005: 2) merupakan suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual artinya membaca merupakan kegiatan penerjemahan simbol tulis kedalam bahasa lisan. Proses membaca melibatkan tiga komponen dasar yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding (penyadian) merupakan proses penerjemahan rangkaian grafis menjadi kata-kata. Menurut Farida (2005: 2) proses recording


(29)

13

dan decoding biasanya berlangsung pada masa kelas rendah (I, II, dan III) yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi bahasa.

Sependapat dengan pernyataan sebelumnya, menurut Podek dan Saracho (dalam Samsu, 2011: 7) membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh pembaca dalam memperoleh makna dari barang cetak, yang pertama yaitu langsung, yaitu menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan makna, yang kedua yaitu tidak langsung, yaitu mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkan dengan makna. Cara pertama digunakan oleh pembaca lanjut dan cara kedua digunakan oleh pembaca pemula.

Membaca secara sederhana dapat diartikan sebagai proses membunyikan lambang bahasa tulis (Yunus, 2012: 147). Membaca dalam konteks ini sering disebut dengan dengan membaca nyaring atau membaca permulaan. Sependapat dengan Yunus, Sabarti Akhadiah dkk berpendapat bahwa membaca permulaan memiliki tujuan pengajaran agar siswa mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis, dengan intonasi wajar yang dilaksanakan selama dua tahun (1992: 33). Berarti membaca permulaan dilaksanakan pada kelas I dan II pada sekolah dasar. Membaca permulaan dilakukan dengan membaca bersuara kalimat sederhana sehingga siswa mampu memahami kalimat.

Keterampilan membaca penting bagi siswa sebab aspek tersebut tidak hanya mempengaruhi pembelajaran bahasa Indonesia semata, akan tetapi juga


(30)

14

mempengaruhi mata pelajaran lain. Ketika siswa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau mata pelajaran lain, maka harus membaca materi yang terkait dengan apa yang dijelaskan guru supaya menjadi paham. Selain penting dalam pembelajaran di sekolah, membaca juga penting bagi kehidupan sehari-hari.

Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah suatu kegiatan membaca kalimat sederhana dengan nyaring diserti lafal dan intonasi yang wajar sehingga siswa memperoleh makna dari kalimat yang dibacanya. Membaca permulaan dilaksanakan di kelas rendah yaitu kelas I, II, dan III sekolah dasar.

2. Materi Membaca Permulaan

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 52) materi yang diajarkan saat pembelajaran membaca permulaan adalah sebagai berikut.

a. Lafal dan Intonasi kata dalam kalimat sederhana.

b. Huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata serta kalimat sederhana yang telah dikenal siswa. Huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf.

1) Huruf a, i, dan m; misalnya kata: ini, mama, kalimat: ini mama. 2) Huruf u, l, dan b; misalnya kata: lala, ibu, kalimat: ibu lala.

3) Huruf e, t, dan p; misalnya kata: itu, pita, seli; kalimat: itu pita seli. 4) Huruf o dan d; misalnya kata: bola, dodi; kalimat: bola dodi.

5) Huruf k dan s; misalnya kata: kuda dan satu; kalimat: kuda papa satu. 6) Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah


(31)

15

c. Lafal dan intonasi yang sudah dikenal dan kata baru.

d. Bacaan lebih kurang 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar). e. Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya).

f. Huruf kapital pada awal nama orang, Tuhan, agama, dll.

Senada dengan pendapat Darmiyati Zuchdi, Menurut The University of the State of New York (USAID, 2014: 4) mengungkapkan bahwa kompetensi literasi yang diberikan di kelas awal dalam hal membaca permulaan, antara lain mengenal bunyi huruf, membaca dengan menghubungkan bunyi huruf, mengenal konsep tulisan, membaca lancar, mengembangkan kosa kata, strategi membaca pemahaman, dan motivasi dalam membaca.

Standar kompetensi aspek membaca di kelas I sekolah dasar yaitu siswa mampu membaca dan memahami teks pendek dengan membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi diturunkan dalam empat buah kompetensi dasar, yaitu membiasakan sikap membaca benar, membaca nyaring, membaca bersuara (lancar), dan membacakan penggalan cerita.

Menurut Sabarti Akhadiah (1993: 146) penilaian dalam membaca permulaan mencakup lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan. Dari aspek yang dinilai tersebut maka materi membaca permulaan adalah lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan. Berikut ini uraian aspek materi membaca permulaan.

a. Lafal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi


(32)

16

bahasa. Bunyi bahasa yang dikenal dalam bahasa Indonesia meliputi vokal, konsonan, diftong, dan gabungan konsonan. Pelafalan bunyi bahasa akan menentukan makna, melafalkan kata yang tidak tepat dapat menyebabkan salah arti. Menurut Henry Guntur Tarigan (1998: 161) secara resmi bahasa Indonesia belum memiliki lafal baku. Berbeda dengan pendapat Henry, Lapoliwa dalam Ellen Van Zaten, 189: 1) menyatakan bahwa lafal baku bahasa Indonesia adalah sejenis bentuk percakapan yang biasa digunakan oleh penutur yang terpelajar dan paling sedikit menampakkan ciri kedaerahan.

Bahasa Indonesia mengenal diasistem yaitu adanya dua sistem atau lebih dalam tata bunyi karena tata bunyi sebagian bahasa daerah di Indonesia cukup besar perbedaannya dengan bahasa Indonesia. Misalnya kata kebun jika

dilafalkan dapat diucapkan menjadi [kəbun] atau [kəbÓn].

Menurut Hasan Alwi (2003: 56-65) membagi bunyi bahasa menjadi dua yaitu vokal dan konsonan. Terdapat enam fonem vokal dalam bahasa

Indonesia yaitu: /i/, /e/, /ə/, /a/, /u/, dan /o/. Vokal dan alofon dalam bahasa Indonesia dipaparkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Vokal dan Alofonnya

Fonem Alofon Contoh

/i/ [i] [tari], [gigi]

[I] [tarI], [gigIh]

/e/ [e] [lele], [sore]

[ε] [l εl εh], [n εn εk]

/ə/ [ə] [əmas]

/a/ [a] [ada], [mudah]

/u/ [u] [bau], [cucu]

[U] [daUn], [rapUh]

/o/ [o] [toko], [soto]


(33)

17

Konsonan sesuai dengan artikulasinya dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga faktor yaitu (1) keadaan pita suara, (2) daerah artikulasi, dan (3) cara artikulasi. Sedangkan menurut Abdul Chaer (1993: 75) memaparkan beberapa catatan tentang huruf atau lambang-lambang yang biasa digunakan dalam studi fonologi, lambang, dan huruf tersebut sebagai berikut.

Tabel 2. Lambang Fonologi dan Keterangan

Lambang Keterangan

[….] lambang untuk menyatakan ucapan atau lafal

/…./ Lambang untuk menyatakan satuan bunyi terkecil atau fonem

<….> lambang untuk menyatakan ejaan (ortografi)

O huruf yang diucapkan kira-kira sama dengan bunyi o pada kata took, kilo, dan soto

ə huruf yang ucapannya kira-kira sama dengan bunyi e pada kata kera, lepas, dan serba

e huruf yang ucapannya kira, kira sama dengan bunyi e pada kata onde-onde, lotre, dan sate

ɛ huruf yang ucapannya sama dengan bunyi e pada kata monyet, ember, potret, dan sate

η huruf yang senilai dengan ng dalam EYD

ń huruf yang senilai dengan ny dalam EYD x huruf yang senilai dengan kh dalam EYD

b. Intonasi

Zainuddin (1992: 23) mengatakan bahwa intonasi merupakan kerjasama antara tekanan (nada, dinamik, dan tempo) dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur. Wikipedia (2015) menjelaskan intonasi sebagai tinggi rendahnya nada pada kalimat yang memberikan penekanan pada kalimat dengan berbagai jenis intonasi yaitu tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan tempo.


(34)

18

Tekanan dinamik yaitu keras lemahnya suara yang dihasilkan saat membaca. Penekanan pada kata tertentu pada suatu kalimat memiliki arti yang berbeda, contoh:

SAYA membeli tas ini. (saya, bukan orang lain) Saya MEMBELI tas ini. (membeli, bukan menjual) Saya membeli TAS ini. (tas, bukan alat tulis)

Tekanan nada (tinggi) yaitu membaca atau mengucapkan kalimat dengan memakai nada/aksen. Membaca atau mengucapkan suatu kalimat dengan nada naik turun dan berubah-ubah. Tekanan nada yang dimaksud adalah tinggi rendahnya suatu kata.

Tekanan tempo dalam membaca merupakan memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan tempo sering digunakan untuk mempertegas apa yang kita maksudkan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa materi yang diajarkan dalam membaca permulaan meliputi mengenal huruf, membaca lancar, lafal, dan intonasi pada kalimat sederhana serta mengenal konsep pada tulisan. Pada materi ini peneliti menggunakan pendapat Sabarti Akhadiah dalam mengajarkan membaca permulaan yaitu meliputi aspek lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan suara saat membaca.

3. Tujuan Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca permulaan tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dilaksanakan membaca permulaan dan membaca lanjut menurut Sri Wahyuni dan Syukur Ibrahim (2012: 33) adalah agar anak menguasai proses


(35)

19

membaca. Tujuan membaca permulaan menurut Sabarti Akhadiah dkk (1993: 33) adalah agar siswa mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis, dengan intonasi yang wajar. Menurut Sabarti Akhadiah (1993: 146) penilaian dalam membaca permulaan mencakup lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan. Penilaian membaca permulaan tentu diturunkan dari tujuan membaca permulaan. Pengajaran membaca permulaan hendak membuat siswa mampu memahami kalimat sederhana yang dibacanya, sehingga siswa tidak hanya dapat membaca secara teknis akan tetapi mampu mengerti makna dari apa yang dibaca. Selain memahami isi bacaan siswa juga diharapkan mampu membaca tulisan dengan intonasi yang wajar sehingga tidak merubah arti kalimat yang dibaca.

Senada dengan Sabarti Akhadiah, Iskandarwassid dalam Istarocha (2012: 14) mengungkapkan tujuan pembelajaran membaca permulaan bagi siswa adalah mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa), mengenali kata dan kalimat, menemukan ide pokok, dan menceritakan kembali isi bacaan. Selain siswa dapat mengenal lambang-lambang dan kata serta kalimat, siswa juga diharapkan dapat menemukan ide pokok dan kata kunci dari bacaan. Siswa juga diharapkan dapat menceritakan kembali isi dari cerita yang dibacanya.

Senada dengan pendapat membaca permulaan di atas, Herusantosa dalam Saleh Abbas (2006: 103) mengungkapkan tujuan membaca menulis permulaan (MMP) adalah membina dasar-dasar mekanisme membaca, mampu menyuarakan dan memahami kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, anak dapat membaca serta menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Teknik membaca permulaan yaitu


(36)

20

menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi wajar dan lancar. Membaca selain membina teknik membaca, sebaiknya siswa dapat memahami kalimat sederhana yang dibaca.

Senada dengan pendapat Herusantosa tujuan membaca permulaan yang dipelajari di kelas awal menurut USAID (2014: 5) menjelaskan tujuan membaca permulaan, yaitu mengenali lambang-lambang atau simbol bahasa, menganali kata dan kalimat, mengemukan ide pokok, serta memahami makna suatu bacaan. Membaca selain mengenali simbol bahasa serta kata dan kalimat, siswa juga dilatih menemukan ide pokok yang terkandung dalam bacaan. Pengajaran membaca permulaan membuat siswa dapat memahami makna suatu bacaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca permulaan yang dilaksanakan di kelas awal adalah siswa dapat menguasai proses membaca yaitu membaca kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang wajar serta kelancaran dan kejelasan suara. Selain tujuan secara teknis diharapkan siswa dapat memahami makna dan ide pokok dari bahan bacaan yang dibaca.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Membaca

Membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung. Faktor-faktor tersebut antara lain: (a) motivasi; (b) lingkungan keluarga, dan (c) bahan bacaan (Sabarti Akhadiah, 1992/ 1993: 26).

a. Motivasi

Motivasi adalah faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam keberhasilan membaca seseorang. Motivasi dibagi menjadi dua macam, yaitu


(37)

21

motivasi dari dalam (intrinsik) dan motivasi dari luar (ekstrinsik). Motivasi dari dalam misalnya siswa membaca karena dirinya ingin pintar. Sedangkan motivasi dari luar contohnya siswa yang membaca karena ingin mendapat hadiah. Siswa yang memiliki motivasi tinggi, tanpa disuruh maka akan giat membaca; sedangkan yang motivasinya rendah, tentu malas membaca.

b. Lingkungan Keluarga

Faktor yang juga berpengaruh dalam keterampilan membaca adalah lingkungan keluarga. Siswa yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang peduli akan keterampilan membaca tentu berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh orang tua yang tidak peduli dengan keterampilan membaca. Misalnya siswa yang memiliki orang tua yang sering membacakan dongeng sebelum tidur juga mempengaruhi minat baca. Sehingga, siswa merasa ingin tahu dan ingin membaca lebih banyak hal.

c. Bahan Bacaan

Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun kemampuan memahami. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk seseorang akhirnya mematahkan selera untuk membacanya. Sabarti Akhadiah juga menuturkan bahwa ada dua faktor terkait pemilihan bahan bacaan, yaitu topik dan keterbacaan bahan. Bahan bacaan sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. Sehingga siswa menjadi minat dan tidak kesulitan membaca bahan bacaan.


(38)

22

Berbeda dengan pendapat Sabari Akhadiah di atas, menurut Farida Rahim (2005: 16) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah sebagai berikut.

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Menurut beberapa ahli, keterbatasan neurologis seperti cacat otak dan fisik menyebabkan siswa tidak berhasil meningkatkan kemampuan membaca.

b. Faktor Intelektual

Terdapat hubungan positif antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Tetapi tidak semua siswa yang mempunyai IQ tinggi memiliki keterampilan membaca yang baik.

c. Faktor Lingkungan

Lingkungan meliputi latar belakang dan pengalaman siswa mempengaruhi kemampuan membaca. Siswa tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca jika tumbuh dan berkembang dalam rumah tangga hamonis, penuh dengan cinta kasih, memahami anak, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi.

d. Faktor Sosial Ekonomi Siswa

Status sosial ekonomi siswa berpengaruh terhadap kemampuan verbal siswa. Hal ini karena jika siswa tinggal di keluarga berada dan dalam taraf sosiaal ekonomi tinggi maka kemampuan verbal mereka juga tinggi. Hal ini didukung oleh fasilitas yang diberikan orang tua. Peserta didik yang tinggal di


(39)

23

keluarga yang sosial ekonominya rendah, maka orang tua mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan anak. Anak dari keluarga sosial ekonomi rendah cenderung kurang percaya diri.

e. Faktor Psikologis

Faktor psikologis meliputi motivasi, minat, dan kematangan sosial, ekonomi, serta penyesuaian diri. Faktor psikologis yang matang akan mendukung kemampuan verbal siswa, sebaliknya faktor psikologis yang kurang matang menyebabkan kemampuan verbal siswa kurang.

Berdasarkan pendapat di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan yaitu motivasi, lingkungan keluarga, bahan bacaan, sosial ekonomi, psikologis, dan intelektual. Motivasi dan bahan bacaan merupakan faktor terpenting di sekolah agar siswa lancar membaca. Guru maupun orang tua merupakan pemberi motivasi yang berpengaruh terhadap siswa. Guru merupakan penyedia bahan bacaan yang dibaca siswa di kelas, sehingga guru harus memilihkan bahan bacaan yang paling sesuai bagi siswanya. Bahan bacaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Big Book. Pemilihan Big Book karena dapat dibuat oleh guru, menyajikan cerita disertai visual sehingga dapat menarik perhatian siswa serta mudah dipahami siswa kelas I, dan mempermudah siswa dalam belajar membaca permulaan.

5. Kriteria Membaca Permulaan

Henry (1986: 24-25) menjelaskan beberapa aspek atau kriteria keterampilan membaca antara lain seperti di bawah ini.


(40)

24

a. Penggunaan ucapan yang tepat. Ucapan harus sesuai dengan apa yang dibaca dan juga jelas sehingga pendengar dapat memahami makna bacaan.

b. Penggunaan frasa yang tepat. Frasa yang tepat sangat diperlukan supaya isi bacaan dapat tersampaikan dengan baik.

c. Penggunaan intonasi, nada, lafal, dan tekanan yang tepat. Dalam membaca, perlu intonasi, nada, lafal, dan tekanan yang tepat supaya apa yang dibaca mudah dimengerti oleh pendengar.

d. Membaca dengan suara yang jelas dalam hal pelafalan atau pengucapan kata atau kalimat. Kejelasan suara diperlukan saat membaca sehingga tidak terjadi salah penafsiran oleh pendengar.

e. Sikap membaca yang baik. Saat membaca diperlukan sikap yang baik.

f. Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresif. Pembaca seolah-olah masuk dalam bacaan sehingga dapat menghayati apa yang dibaca.

g. Menguasai tanda baca yaitu memperhatikan tanda baca saat membaca.

h. Membaca dengan lancar. Membaca tanpa terbata-bata dimaksudkan agar pendengar memahami apa yang disampaikan pembaca dan supaya tidak salah menangkap makna bacaan.

i. Memperhatikan kecepatan membaca. Pembaca harus memperhatikan kecepatan dalam membaca supaya pendengar dapat memahami bacaan dengan seksama. Membaca tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. j. Membaca dengan tidak terpaku pada teks bacaan. Pembaca juga harus


(41)

25

k. Membaca dengan penuh percaya diri. Dalam membaca dibutuhkan rasa percaya diri supaya tidak mempengaruhi penampilan dan kelancaran saat membaca.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1986: 25) untuk keterampilan membaca permulaan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan ucapan yang tepat, penggunaan lafal dan intonasi yang tepat, membaca dengan suara jelas, membaca dengan penuh perasaan dan ekspresif, menguasai tanda baca, membaca dengan lancar, dan percaya diri.

Senada dengan Henry Guntur Tarigan, Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 123) menjelaskan bahwa aspek atau kriteria yang perlu diperhatikan saat membaca permulaan kelas I SD antara lain ketepatan menyuarakan tulisan, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan pemahaman isi atau makna bacaan.

Senada dengan Henry Guntur Tarigan dan Darmiyati Zuchdi, Dalman (2013: 65) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa aspek atau kriteria membaca pada siswa kelas I yang harus diperhatikan yaitu mempergunakan ucapan yang tepat, menggunakan frasa yang tepat, menggunakan intonasi suara yang wajar, dan menguasai tanda-tanda baca sederhana. Siswa kelas I saat membaca harus sudah dapat mengucapkan kalimat dengan lafal yang tepat. Intonasi suara yang terdengar juga wajar sehingga makna dari kalimat yang dibaca menjadi jelas. Tanda-tanda baca sederhana yang harus dikuasai siswa kelas I yaitu titik (.), koma (,), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).


(42)

26

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai karakteristik membaca permulaan di atas, penelitia ini mengacu pada pendapat Sabarti Akhadiah yang sesuai dengan perkembangan membaca siswa kelas I SD. Aspek atau kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lafal, intonasi, kelancaran, serta kejelasan suara.

6. Penilaian Membaca Permulaan

Evaluasi atau penilaian merupakan proses pengumpulan, pengolahan, dan pemaknaan data yang bertujuan untuk menentukan kualitas yang terkandung dalam data tersebut (Yeti Mulyati, 2015: 44). Penilaian membaca permulaan harus sesuai dengan tujuan dan hakikat pembelajaran pada umumnya.

Penilaian membaca permulaan terdiri dari penilaian proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian membaca permulaan dilakukan dengan tes. Alat penilaian dengan tes antara lain tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis merupakan alat penilaian dalam bentuk tertulis seperti jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan secara lisan. Tes lisan merupakan penilaian yang dilakukan dalam bentuk lisan yaitu jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan lisan. Tes perbuatan merupakan penilaian yang penugasannya dapat berupa lisan maupun tertulis dan pengerjaannya dapat berupa lisan maupun tertulis dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan (Yeti Mulyati, 2015:46).

Penilaian hasil merupakan penilaian untuk menentukan hasil belajar siswa. Bentuk penilaian hasil dapat berupa tes membaca permulaan, bentuk-bentuk tes yaitu membaca nyaring, membaca wacana rumpang, dan menjawab serta


(43)

27

mengajukan pertanyaan dari teks tertulis. Tes membaca nyaring siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis berupa lambang seperti huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana. Tes membaca nyaring dapat menilai kemampuan siswa mengidentifikasi lambang-lambang, bunyi,melafalkan dan memaknainya. Tes menjawab dan mengajukan pertanyaan bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap teks sederhana.

Menurut Sabarti Akhadiah (1993: 146) penilaian dalam membaca permulaan berupa tes membaca permulaan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan siswa dalam mengenal dan menyuarakan lambang-lambang bunyi dalam hubungan kalimat dengan intonasi yang wajar. Berbeda dengan tes membaca lanjut, tes membaca permulaan lebih ditekankan pada kemampuan teknis. Tes atau penilaian membaca permulaan bertujuan untuk memberikan nilai sebagai pedoman penilaian seperti penilaian dalam kemampuan berbiacara. Aspek-aspek penilaian membaca permulaan yang dinilai antara lain lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan (Sabarti Akhadiah: 1993: 146).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Intonasi merupakan kerjasama antara tekanan (nada dinamik dan tempo) dan pemberhentian-pemberhentian suatu tutur (Ellen Van Zaten, 1989: 23).

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 140) butir-butir yang perlu diperhatikan dalam mengajar membaca di kelas I SD mencakup ketepatan menyuarakan lisan, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, dan kejelasan


(44)

28

suara. Penilaian membaca permulaan pada kelas I SD yaitu ditekankan pada teknis membaca.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulan bahwa penilaian keterampilan membaca permulaan ditekankan pada teknis membaca. Penelitian ini menggunakan penilaian membaca menurut sabarti akhadiah sebagai pedoman penilaian keterampilan membaca permulaan antara lain 1) lafal, 2) intonasi, 3) kelancaran, dan 4) kejelasan.

B. Karakteristik Siswa Kelas I Sekolah Dasar

Pada masa siswa berada pada jenjang sekolah dasar diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang kelak sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Menurut M. Syarif Sumantri (2015: 155) siswa SD memiliki tugas perkembangan berupa belajar membaca, menulis dan berhitung, serta belajar tangungjawab sebagai warga negara. Membaca permulaan merupakan salah satu tahap dalam belajar membaca yang merupakan tugas perkembangan siswa sekolah dasar.

Karakteristik siswa SD berdasarkan tingkat perkembangan intelektual yaitu masih dalam tahap operasional konkret, maka siswa SD dapat menerima konsep-konsep abstrak melalui benda-benda konkret (Rostina, 2013: 25). Senada dengan pernyataan Rostina, Iskandarwassid dan Dadang (2013: 142) menyatakan bahwa siswa sekolah dasar memasuki tahap operasional konkret berdasarkan teori perkembangan mental yang dikemukakan oleh Piaget.

Senada dengan pendapat Rostina dan Iskandarwassid, menurut M. Syarif Sumantri (2015: 155) siswa SD masuk dalam tahap operasional konkret jika


(45)

29

ditinjau dari teori perkembangan kognitif. Dari apa yang siswa pelajari di sekolah, siswa belajar menghubungkan konsep baru dengan konsep-konsep lama yang telah dipelajarinya. Siswa SD akan lebih memahami materi pelajaran jika mereka terlibat langsung dalam pembelajaran, oleh sebab itu guru harus merancang pembelajaran yang memungkinkan terlibat langsung dalam pembelajaran.

Pada tahap operasional konkret yaitu umur 7-11 tahun, anak mulai mengatur data ke dalam hubungan-hubungan logika dan mendapatkan kemudahan untuk memanipulasi data dalam pemecahan masalah. Operasi-operasi demikian dapat terjadi jika obyek-obyek nyata memang ada, atau pengalaman-pengalaman lampau yang aktual bisa disusun. Obyek-obyek yang nyata yang tidak memungkinkan dihadirkan di kelas atau saat pembelajaran dapat dimanipulasi sehingga dapat menghadirkan obyek yang relevan atau yang sesuai dengan aslinya. Hal tersebut dapat berupa media pembelajaran.

Setiap jenjang masa perkembangan manusia, ada tugas tertentu yang oleh lingkungan sosial diharapkan dapat dilaksanakan oleh individu yang disebut

dengan ”tugas perkembangan”. Jika tugas perkembangan tercapai maka

diharapkan individu tersebut tidak merasa kesulitan untuk melanjutkan tahap tugas perkembangan jenjang selanjutnya. Individu akan diterima oleh kelompok sosial jika mampu melakukan tugas perkembangan sesuai dengan jenjangnya. Tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai siswa SD agar dapat memasuki masa awal remaja dengan sukses, adalah sebagai berikut:

1. menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,


(46)

30

2. mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung, 3. mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari, 4. belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya,

5. belajar menjadi pribadi yang mandiri,

6. mempelajari keterampilan fisik sederhna yang diperlakukan baik untuk permainan maupun kehidupan,

7. mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku, 8. membina hidup sehat, untuk diri sendiri dan lingkungan,

9. belajar menjalankan peranan sosial sesuai jenis kelamin, dan mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial (Iskandarwassid dan Dadang, 2013: 142).

Membaca merupakan tugas perkembangan yang harus dapat dilakukan siswa SD agar dapat diterima di masyarakat. Maka pembelajaran membaca permulaan dapat membantu siswa SD dalam menempuh tugas perkembangan.

Menurut M. Syarif Sumantri (2015: 159) siswa kelas awal SD memiliki ciri pertumbuhan fisik, perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan perkembangang kecerdasan pada tahap tertentu. Siswa kelas awal SD telah mencapai kematangan secara fisik. Mereka telah mampu mengontrol tubuh dn keseimbangannya, melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil. Perkembangan sosial siswa kelas awal SD meliputi dapat menunjukan keakuan jenis kelamin, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, memiliki sahabat, mampu berbagi, dan mandiri. Ciri


(47)

31

perembangan emosi siswa kelas awal SD antara lain telah mampu mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, dapat mengontrol emosi, mampu berpisah dengan orang tua, dan mulai belajar benar dan salah. Perkembangan kecerdasan siswa kelas awal yaitu kemampuan melakukan seriasi, mengelompokkan objek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatkan pembendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat, dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

Anak usia sekolah dasar mengalami perkembangan bahasa yang semakin pesat secara terus menerus (Rita, 2008: 109). Perkembangan bahasa yang dialami baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Anak kelas I merespon pertanyaan orang dewasa dengan jawaban singkat. Sebagian besar sudah dapat menceritakan kembali satu bagian pendek dari buku, film, atau tayangan televisi. Membaca memiliki peran sangat penting dalam perkembangan bahasa anak, perubahan terjadi dalam hal berfikir tentang kata-kata. Minat baca anak sampai umur 8 tahun, anak semangat membaca tentang cerita-cerita khayal, sifat ingin tahu pada anak laki-laki lebih menonjol daripada anak perempuan. Anak laki-laki menyukai buku-buku tentang petualangan, sejarah, dan hobi. Sedangkan anak perempuan menyukai cerita-cerita binatang.

Menurut Soendjono (205: 258-260) macam kata yang disukai anak meliputi prinsip sini dan kini. Kata-kata yang diperoleh anak pada awal ujarannya ditentukan oleh lingkungan. Pada anak orang terdidik, hidup di kota, dan orang tua juga memiliki waktu bergaul dengan anak, maka anak akan memperoleh kata nomina seoerti bola, anjing, kucing, beruang, radio, ikan, payung, sepatu,dsb.


(48)

32

Untuk verba yang umum seperti maem, bubuk, pipis, nyopir, ngetik, jalan-jalan, belanja, dsb. Pada anak petani di desa terpencil mennguasai kosakata seperti daun, cangkul, bebek, sapi, dsb.

Kata utama yang dikuasai anak paling tidak ada tiga, yakni nomina, verba, adjektiva. Kata memiliki jalur hierarki semantik. Pemerolehan kata pada anak bukan yang hierarkinya terlalu tinggi atau terlalu rendah atau hierarki kategori dasar. Pada contoh perkutut bangkok, perkutut adalah salah satu jenis perkutut, dan perkutut adalah salah satu jenis burung. Burung adalah salah satu contoh binatang, dan binatang adalah salah satu wujud makhluk. Pada contoh binatang tersebut maka anak akan mengambil kategori dasar yaitu burung.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas I SD termasuk dalam tahap perkembangan mental operasional konkret berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Piaget. Pada tahap ini siswa memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah keterampilan dasar membaca yang harus dicapai agar dapat memasuki tahap perkembangan remaja awal dengan baik. Anak telah dapat merespon pertanyaan orang dewasa dengan jawaban singkat dan menceritakan kembali bagian pendek dari film, buku cerita, atau televisi. Anak juga mulai mengenal paling tidak kata nomina, verba, dan adjektiva dengan hierarki dasar. Pada tahap operasional konkret maka perlu penyajian hal-hal yang abstrak menjadi hal yang konkret agar lebih mudah dimengerti siswa, maka diperlukan manipulasi-manipulasi obyek yang digunakan untuk belajar di kelas yang biasa disebut media pembelajaran.


(49)

33 C. Media Big Book

1. Pengertian Media Pembelajaran

Ada beberapa komponen penting yang berpengaruh dalam keberhasilan belajar mengajar. Menurut Mujiono (Rostina, 2013: 25) komponen-komponen tersebut adalah bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran. Komponen-komponen itu sangat penting keberadaannya, sehingga jika salah satu komponen lemah maka tercapainya tujuan belajar menjadi tidak optimal.

Agar mempermudah siswa dalam belajar maka diperlukan media pembelajaran. Sri Anitah (2010: 4) berpendapat bahwa media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yng terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Diperkuat oleh pendapat dari Webster Dictionary dalam Sri Anitah (2010: 4) media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal. Selain sebagai penghubung antar dua pihak, media juga memiliki fungsi lain.

Media merupakan suatu alat sebagai penghubung untuk menyampaikan suatu informasi. Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977) dalam Sri Anitah (2010: 4) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Selain itu Briggs (1977) dalam Sri Anitah (2010: 4) juga mengatakan bahwa media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, atau salah satu


(50)

34

komponen dari suatu sistem penyampaian. Di dalamnya tercakup segala peralatan fisik pada komunikasi seperti, buku, slide, buku ajar, tape recorder. Gerlach & Ely dalam Arsyad (2009: 3) menjelaskan pula bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Media merupkan peralatan fisik yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan isi pembelajaran.

Fungsi media adalah sebagai alat komunikasi. Smaldino dalam Sri Anitah (2010: 5) mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber

informasi. Berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” menunjuk pada segala

sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima pesan. Dikatan media pembelajaran, bila segala sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran. Media sebagai perantara memiliki beberapa tipe.

Ada tiga tipe media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai perantara. Sri Anitah (2010: 7) mengatakan bahwa media visual adalah disebut juga media pandang, karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Media Audio, informasi (bahan pelajaran) dapat disampaikan dengan berbagai cara penyampaian dan rekaman suara manusia atau suara-suara lain untuk tujuan pembelajaran. Sedangkan (Audio Visual) seseorang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Dari ketiga tipe media tersebut terdapat beberapa fungsi.

Menurut Sudjana dan Rifa’i dalam Sutirman (2013: 17) berpendapat bahwa


(51)

35

memahami pelajaran, metode mengajar menjadi variatif, siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Media pembelajaran berfungsi sebagai alat menyampaikan pesan sehingga materi pembelajaran dapat lebih mudah dipahami siswa. Media pembelajaran yang digunakan guru menjadikan pembelajaran lebih bervariatif sehingga mengurangi kebosanan belajar pada siswa. Media pembelajaran memotivasi siswa unuk lebih aktif dalam kegiatan belajar.

Berbeda dengan pendapat Sudjana dan Rifa’i, Sadirman (2003: 16)

mengungkapkan bahwa media pembelajaran memiliki beberapa manfaat yaitu memperjelas penyajian pesan, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, media pembelajaran dapat mengatasi sikap pasif siswa. Media pembelajaran memperjelas penyajian pesan, pembelajaran biasanya hanya berbentuk kata-kata tertulis maupun lisan sehingga kehadiran media dapat memperjelas penyajian pesan menjadi lebih mudah dipahami. Media dapat mengatasi keterbatasan, ruang waktu, dan daya indera misalkan mewakilkan benda-benda atau peristiwa yang tidak mungkin dibawa ke kelas karena terlalu besar atau terlalu kecil atau kejadian di masa lalu.

Senada dengan Sardiman, media pembelajaran menurut Sanaky (dalam Rostina, 2013: 9) memiliki manfaat yaitu dapat merangsang siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara sebagai berikut.

a. Menghadirkan objek sebenarnya dan objek langkah. b. Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya.


(52)

36 c. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret. d. Memberi kesamaan persepsi.

e. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak. f. Menyajikan ulang informasi secara konsisten.

g. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Enny Zubaidah (2015: 22-23) fungsi media dalam keterampilan membaca yaitu memotivasi siswa agar ingin membaca, agar siswa menganggap bahwa yang dibaca dari cara membacanya berkaitan dengan isi teks yang digunakan dalam kehidupan nyata. Memberi petunjuk makna detil, memberi petunjuk tentang isi pokok paragraf dan wacana, memberi informasi tambahan berkenaan dengan isi teks, memberi materi non verbal yang dipahaminya, serta memberi analisis simbolik tentang hubungan bahasa tulis dan bunyi cepat.

Dari uraian pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu baik berupa visual, audio, maupun audio visual yang membacakan pesan untuk menyempurnakan isi pembelajaran dan mencapai suatu tujuan pembelajaran dan memiliki manfaat untuk memotivasi siswa, mengubah konsep abstrak ke konsep konkret sehingga memudahkan siswa memahami materi, serta mengurangi kebosanan siswa. Penelitian ini menggunakan media visual untuk mengajarkan keterampilan membaca permulaan sehingga anak termotivasi untuk membaca serta memudahkan siswa untuk memahami isi bacaan.


(53)

37 2. Pengertian Media Big Book

Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu pembelajaran di SD, baik sudah tersedia atau guru bisa membuatnya sendiri. Salah satunya adalah Big Book. Kasihani K.E. Suyanto (2010: 104) menjelaskan bahwa Big Book adalah buku yang berukuran besar dan tulisannya besar. Media Big Book dapat berukuran sebesar A3, A4, atau A5. Big Book merupakan salah satu media yang disenangi anak-anak dan dapat dibuat sendiri oleh guru. Buku berukuran besar ini biasanya digunakan untuk anak kelas rendah, berisi cerita singkat dengan tulisan besar diberi gambar yang warna-warni. Anak bisa membaca sendiri atau mendengarkan ceritanya dari guru. Anak selain membaca cerita juga melihat gambar-gambar berwarna sehingga penggunaannya lebih komunikatif. Big Book memiliki tujuan untuk memperkenalkan tata bahasa dan kosa kata yang dikemas dalam bentuk cerita.

Senada dengan Kasihani K.E. Suyanto, Strickland and Morrow (Mohana Nambiar, 1993: 1) mengartikan Big Book sebagai buku yang berukuran besar yang dikategorikan dalam buku anak-anak yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan serta menulis permulaan.

Big Book memiliki ukuran yang lebih besar dari buku kebanyakan, disetiap lembar memuat gambar ilustrasi yang membuat konsep yang abstrak suatu cerita menjadi lebih konkret bagi siswa, sehingga siswa mudah memahami konsep cerita. Senada dengan Strickland and Morrow, Anna (2005: 141) berpendapat bahwa Big Book adalah buku yang berukuran kira-kira 40x30cm atau seukuran A3 dengan gambar-gambar berwarna yang menarik dan teks yang tercetak dengan


(54)

38

besar, sehingga cukup besar untuk dilihat oleh anak-anak secara bersama-sama. Gambar yang tersaji pada Big Book harus mewakili teks pada setiap lembar. Teks yang tercetak berukuran besar sehingga dapat dilihat oleh seluruh siswa di kelas secara bersama-sama. Satu Big Book berisi satu judul cerita dengan setiap halaman berisi satu kalimat. Teks pada Big Book ditulis dengan kaidah yang memperhatikan besar kecil huruf serta tanda baca.

Senada dengan pendapat para ahli di atas, Lynch (Ika dan Bambang, 2012: 9) mengatakan bahwa Big Book dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar tentang pengucapan kata, bentuk dan jenis kata seperti kata majemuk, kata kerja, singkatan, maupun sajak. Kebiasaan dalam mendengarkan atau membaca cerita akan menambah kosa kata. Lynch (2008:1) “Big Books enrich orallanguage development through your modelled reading, through risk-free participation by the children in subsequent readings anddiscussions, and through

the meaningful teaching of skills within context”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa Big Book dapat memperkaya perkembangan bahasa lisan anak menggunakan model membaca, dengan pertisipasi tanpa resiko dalam melibatkan siswa untuk membaca dan berdiskusi dan membuatpembelajaran yang bermakna sesuai konteks.

Senada dengan Lynch, Karges dan Bones (Susan dan Barbara, 2006: 493) menjelaskan karakteristik Big Book, yaitu:

1. cerita pendek sekitar 10-15 halaman yang melibatkan kepentingan peserta didik supaya mereka tertarik,


(55)

39

3. gambar yang besar membantu siswa mengkonstruksi makna cerita,

4. mengandung frase yang diulang-ulang dan mengandung kosa kata yang sesuai dengan kosa kata yang dimiliki siswa,

5. sederhana, tetapi menarik dalam alur ceritanya, dan 6. mengandung unsur humor.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran Big Book adalah alat menyampaikan pesan kepada siswa berupa buku anak-anak yang berukuran kira-kira 40x30 cm atau sebesar A3 dengan gambar-gambar berwarna yang menarik dan teks yang tercetak besar sehingga cukup jelas dibaca oleh anak-anak secara bersama-sama. Big Book digunakan untuk pembelajaran membaca permulaan supaya tujuan dalam membaca permulaan tercapai. Melalui Big Book suatu cerita lebih mudah dipahami siswa karena menghadirkan materi yang mewakili benda atau peristiwa konkret yaitu berupa gambar.

3. Tujuan Media Big Book

Menurut Rosmaini melalui Kompasiana (2015) menyebutkan bahwa Big Book dirancang untuk satu tema cerita tersendiri. Setiap cerita memiliki makna dan tujuan. Tujuan cerita pada Big Book yaitu agar siswa mendapatkan makna bacaan dari cerita yang dilengkapi gambar berwarna yang mewakili cerita dari setiap halaman. Senada dengan Rosmaini Strickland dan Morrow dalam Mohana Nambiar (1993: 1) menyatakan bahwa tujuan Big Book yaitu untuk mengembangkan kemampuan belajar membaca serta menulis permulaan.


(56)

40

Senada dengan pendapat para ahli di atas, Anna (2015: 141) mengungkapkan bahwa Big Book merupakan buku berukuran besar disertai gambar berwarna dan teks tercetak besar sehingga dapat dilihat oleh seluruh siswa dalam waktu bersama. Big Book memiliki tujuan untuk menarik perhatian siswa untuk belajar membaca permulaan dan memungkinkan untuk belajar siswa satu kelas dalam waktu bersamaan.

Senada dengan pendapat di atas, USAID (2014) mengungkapkan tujuan penggunaan Big Book yaitu memberi pengalaman membaca, membantu siswa memahami buku, mengenalkan variasi bahan membaca kepada siswa, memudahkan guru memberi contoh bacaan yang baik, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa, menggali informasi. Guru memberi contoh membaca yang baik kemudian siswa menirukannya, hal ini memberi pengalaman membaca kepada siswa. Adanya gambar pada setiap halaman Big Book dapat melibatkan siswa untuk aktif belajar membaca yaitu dengan menggali pengetahuan yang dimilikinya sebelum mulai membaca, selain itu gambar dan teks pada Big Book dapat dijadikan sumber informasi untuk digali siswa.

Dari beberapa uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media Big Book memiliki tujuan untuk menarik perhatian dan memudahkan siswa untuk belajar membaca permulaan.


(57)

41 4. Keistimewaan Media Big Book

Big Book merupakan media pembelajaran yang memiliki beberapa keistimewaan. USAID (2014: 45) memaparkan beberapa keistimewaan media Big Book yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan kesempatan kepada siswa terlibat dalam pembelajaran.

b. Memungkinkan semua siswa melihat tulisan dan gambar yang sama ketika guru memberikan contoh membaca tulisan.

c. Memungkinkan seluruh siswa secara bersama memberikan makna tulisan pada setiap lembar Big Book.

d. Memberi kesempatan kepada siswa yang lambat membaca untuk mengenali tulisan dengan bantuan guru dan teman-teman lainnya.

e. Disukai oleh siswa, termasuk oleh siswa yang lambat membaca. Dengan membaca Big Book secara bersama-sama maka timbul keberanian dan keyakinan bahwa mereke sudah bisa membaca.

f. Mengembangkan semua aspek kebahasaan.

g. Dapat diselingi dengan percakapan yang relevan mengenai isi cerita bersama siswa sehingga topik bacaan menjadi semakin berkembang.

Senada dengan USAID, Mohana Nambiar (1993: 5) menyebutkan beberapa keistimewaan menggunakan Big Book yaitu sebagai berikut.

a. Big Book berukuran besar, sehingga seluruh siswa dapat melihat gambar dan jalannya cerita dengan jelas seperti membaca buku sendiri.

b. Big Book membuat siswa menjadi fokus pada bahan bacaan dan guru. Biasanya guru menggunakan buku biasa pada saat mengajar membaca


(58)

42

permulaan, maka siswa lebih banyak main sendiri. Namun, dengan media Big Book siswa akan tertarik sehingga lebih fokus pada bahan bacaan, menyimak guru mencontohkan membaca, serta mengulangi membaca seperti yang dicontohkan.

c. Big Book membantu siswa lebih mudah mengerti dan memahami isi cerita daripada buku bacaan biasa. Hal ini karena Big Book memuat kata dan kalimat sederhana. Selain itu Big Book juga memuat gambar yang membantu siswa memahami isi teks yang dibacanya.

d. Dukungan gambar pada Big Book memfasilitasi seakan-akan siswa melihat langsung cerita yang dibaca. Siswa lebih mudah merasakan jalannya cerita. Big Book membantu siswa memahami konsep abstrak dengan bantuan visual gambar. Hal ini karena siswa masih pada tahap berpikir operasional konkret. e. Big Book merupakan hal baru yang dapat membuat siswa tertarik serta

memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi terhadap apa yang ada di dalamnya. Sehingga siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keistimewaan media Big Book dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa karena dapat menarik perhatian siswa dan memudahan siswa belajar membaca. Selain itu, Big Book juga memudahkan siswa memahami teks bacaan dengan adanya dukungan gambar.

5. Langkah-Langkah Penggunaan Big Book

Terdapat langkah dalam pembelajaran membaca menggunakan media Big Book. Langkah tersebut dipakai agar pembelajaran menjadi efektif sehingga apa


(59)

43

yang diharapkan dapat dicapai setelah pembelajaran. Harimurti (2014:5-6) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan menggunakan media Big Book yaitu kegiatan sebelum membaca, kegiatan membaca cerita dengan utuh, kegiatan pengulangan membaca, kegiatan setelah pengulangan membaca, dan kegiatan tindak lanjut.

1. Kegiatan Sebelum Membaca

Guru memperlihatkan bagian depan buku, mengomentari ilustrasi atau gambar dan kata yang terdapat pada halaman sampul Big Book. Guru membacakan dengan nyaring judul Big Book. Guru mengarahkan siswa untuk mengomentari gambar apa yang terdapat pada halaman sampul Big Book. Siswa diajak memprediksi cerita pada Big Book dengan melihat halaman sampul.

2. Kegiatan Membaca Cerita dengan Utuh

Guru membacakan cerita dari halaman pertama sampai terakhir dengan ditirukan oleh siswa. Setelah guru selesai membacakan kalimat pada setiap halaman, siswa menirukan kalimat yang dibaca guru.

3. Kegiatan Pengulangan Membaca

Saat membaca ulang halaman Big Book, guru menunjuk kata demi kata pada setiap halaman. Guru mengarahkan siswa untuk berkomentar, memberi kesempatan siswa menebak kata.

4. Kegiatan Setelah Pengulangan Membaca

Guru membimbing siswa untuk menuliskan kosa kata pada Big Book. Guru membimbing siswa untuk mengartikan setiap kosa kata. Siswa


(60)

44

mengungkapkan bagian-bagian cerita yang disukai. Guru memberikan penekanan cara membaca pada bagian tertentu.

5. Kegiatan Tindak Lanjut

Guru memberikan kegiatan tindak lanjut sebagai pendukung dengan apa yang telah dibaca siswa. Misalnya menebalkan huruf, mewarnai gambar benda-benda yang terdapat dalam cerita, melengkapi kalimat rumpang, menjodohkan gambar dengan teks yang sesuai.

Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media Big Book dengan langkah yang dipaparkan oleh Harimurti. Langkah penggunaan media Big Book menurut Harimurti terdapat beberapa tahap yaitu 1) kegiatan sebelum membaca, 3) kegiatan membaca cerita dengan utuh, 3) kegiatan pengulangan membaca, 4) kegiatan setelah pengulangan membaca, 5) kegiatan tindak lanjut.

6. Cara Pembuatan Big Book

Pembuatan media Big Book dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Berikut cara pembuatan Big Book menurut USAID (2014: 46) antara lain.

a. Menyiapkan kertas berukuran A3 sebanyak 8-10 halaman, spidol warna, lem, dan kertas HVS.

b. Menentukan topik cerita.

c. Mengembangkan topik cerita menjadi cerita utuh sesuai dengan jenjang kelas. Menuliskan kalimat singkat di atas kertas HVS dengan cara memotong kertas HVS menjadi empat bagian memanjang, tulis menggunakan spidol besar


(61)

45

setiap kalimat dengan ukuran yang sama di atas kertas berukuran ¼ kertas HVS, tulis dengan kalimat alfabetis sesuai kaidah Ejaan Yang Disempurnaka. d. Menyiapkan gambar ilustrasi untuk setiap halaman sesuai dengan isi cerita.

Gambar ilustrasi dapat diambil dari sumber. e. Menentukan judul yang sesuai dengan Big Book.

Pada penelitian ini pembuatan Big Book sedikit berbeda dari pendapat USAID, pembuatan Big Book dalam penelitian ini disesuaikan dengan kriteria para ahli. Langkah pembuatan Big Book pada penelitian ini sebagai berikut. a. Siapkan buku gambar ukuran A3 sejumlah 8-10 halaman, pewarna berupa

krayon, pensil, penghapus, dan drawing pen.

b. Menyiapkan topik cerita sesuai dengan tema, sub tema, pembelajaran, kompetensi kasar dan indikator yang akan dibuat Big Book.

c. Mengembangkan topik cerita menjadi untuh sesuai dengan materi yang dibutuhkan dan jenjang kelas I. Pilihlah kalimat yang sederhana untuk memudahkan siswa memahami cerita. Konten cerita dikonsultasikan dengan ahli bahasa, dalam penelitian ini yaitu dosen pembimbing.

d. Siapkan gambar ilustrasi yang mewakili setiap kalimat pada cerita. Gambar ilustrasi digunakan untuk membantu anak mengerti kalimat yang dibacanya. Gambar merupakan visual yang membantu siswa memahami konsep abstrak dari tulisan menjadi lebih konkret. Gambarlah sketsa ilustrasi yang proporsional pada buku gambar menggunakan pensil kemudian tebalkan dengan drawing pen, hapuslah sisa pensil sehingga hanya tersisa drawing pen. Warnai sketsa dengan krayon dengan warna yang dapat menarik


(62)

46

perhatian siswa. Perhatikan kontras warna antara konten gambar dengan background agar mudah terlihat oleh siswa. Konsep gambar dan teks dikonsultasikan dengan validator expert media.

e. Scan gambar kemudian atur Level kecerahan gambar agar warna menjadi lebih hidup pada saat proses scaning. Edit gambar yang telah di-scan pada aplikasi Corel Draw, buatlah halaman sampul disertai judul, tema, sub tema, serta pembelajaran. Halaman isi cerita berisi cerita yang mewakili gambar. Huruf yang dipilih dalam pembuatan Big Book pada penelitian ini adalah Comic Sans MS, ukuran huruf 80 untuk judul serta 72 untuk isi cerita, dengan efek Bold.

f. Cetak gambar yang telah diedit dengan ukuran kertas A3+. g. Susun halaman dengan urut kemudian jilid kiri.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniati Program Studi PGSD FIP UNY

dengan judul ”Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan melalui Media

Big Book Siswa Kelas IB SDN Mangiran Kecamatan Srandakan”. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan kelas IB SDN Mengiran Kecamatan Yogyakarta menggunakan media Big Book. Penelitian ini memiliki kesamaan terkait peningkatan keterampilan membaca permulaan dengan media Big Book. Jenis penelitian ini adalah PTK. Subjek penelitian adalah siswa kelas IB SDN Mangiran berjumlah 19 siswa. Desain dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari plan, act and observe, dan reflect. Penelitian


(63)

47

ini berlangsung dalam dua siklus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan catatan lapangan. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media Big Book dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas IB SDN Mangiran Kecamatan Srandakan dari segi proses maupun hasil. Pada pratindakan, siswa hanya diam saat pembelajaran. Tidak ada siswa yang bertanya atau berpendapat. Pada siklus I, siswa masih ragu berpendapat, belum berani bertanya, dan malu membaca. Pada siklus II, siswa sudah berani berpendapat, bertanya, dan maju membaca. Dilihat dari hasil, dibuktikan dengan nilai rata-rata keterampilan membaca pemulaan pada pratindakan 64,14 meningkat menjadi 67,59 pada siklus I dan 73,31 pada siklus II. Persentase siswa yang mencapai nilai rata-rata mengalami peningkatan pada pratindakan sebesar 68,4%, pada siklus I 78,9%,dan siklus II yaitu 89,5%. Kesimpulannya adalah penggunaan media Big Book dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aqila Darmata Synta Program Studi PGSD

FIP UNY dengan judul ”Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan

Melalui Media Big Book pada Kelas I SD Negeri Delegan 2 Prambanan

Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan melalui media Big Book pada siswa kelas I SDN Delegan 2 Kecamatan Prambanan Sleman. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindak kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Model dalam penelitian ini


(1)

168

Gambar 11. Siswa mengerjakan kegiatan tindak lanjut yaitu memasangkan gambar dengan kalimat yang sesuai

Gambar 12. Siswa maju ke depan kelas menempel teks dengan gambar yang sesuai


(2)

169


(3)

170 Lampiran 20


(4)

171 Lampiran 21


(5)

172 Lampiran 22


(6)

173 Lampiran 23


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I melalui media kartu huruf di MI Al Huda Sakti Ciputat Tangerang Selatan

0 8 131

KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI METODE CIRC DENGAN MEDIA BIG BOOK PADA SISWA KELAS IVA SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

32 376 244

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BIG BOOK PADA SISWA KELAS II DI SD NEGERI 101797 DELI TUA T.A 2016/ 2017.

0 4 25

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SDN 1 JATIPOHON Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Media Kartu Kata Pada Siswa Kelas I SDN 1 Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelaja

0 2 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SDN 1 JATIPOHON Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Media Kartu Kata Pada Siswa Kelas I SDN 1 Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelaja

0 1 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FLASH CARD SISWA KELAS I SDN SUROKARSAN 2 YOGYAKARTA.

0 7 173

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 1 PANDEYAN JATINOM KLATEN.

0 3 191

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BIG BOOK PADA SISWA KELAS I SDN DELEGAN 2 PRAMBANAN SLEMAN.

51 499 219

TAP.COM - PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN ... 435 759 1 SM

0 0 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KELAS I SDN 07 TRANS MABAK BENGKAYANG

1 2 12