commit to user
Dari hasil penelitian Sudirman mengenai implikatur dalam pembelajaran bahasa Inggris, peneliti berpendapat bahwa alasan penggunaan atau pelanggaran
maksim saat percakapan sangat dipengaruhi pemahaman dan kebiasaan menggunakan bahasa. Secara tidak langsung ketidakpengertian alasan guru
maupun peserta didik menggunakan implikatur percakapan bahasa Inggris dalam pembelajaran di Bandar Lampung berakibat pembelajaran justru semakin kaku.
Hal ini mendorong peneliti untuk mengkaji implikatur percakapan untuk pembelajaran bahasa Indonesia kelas V di daerah pedesaan yaitu SD Negeri
Pondok 1 Kecamatan Nguter Kabupaten yang justru menganggap penggunaan implikatur percakapan sebagai salah satu metode pembelajaran kesantunan yang
rileks untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti terdorong mengkaji alasaan penggunaan implikatur percakapan lebih mendalam yang tidak
sekedar mempertahankan hubungan formal-fungsional tetapi juga alasan lain seperti situasi pembelajaran hingga faktor pribadi penutur dan mitra tutur.
C. Kerangka Berpikir
Setiap pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas selalu terjadi proses komunikasi atau peristiwa tutur antara guru dan peserta didik yang saling
menyampaikan gagasan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tuturan tersebut dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu lokusi adalah makna dasar dan
makna referensi makna yang diacu oleh ujaran itu; ilokusi adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh penggunaan ujaran itu sebagai perintah, ujian, ejekan, keluhan,
janji, dan sebagainya; serta yang terakhir perlokusi adalah hasil atau efek dari ujaran itu terhadap pendengar mitra tutur, baik yang nyata maupun yang
diharapkan. Bahasa digunakan penutur untuk menyampaikan maksudnya dengan wujud tuturan yang tidak terbatas. Tetapi, agar komunikasi lancar, penutur dan
mitra tutur seharusnya menaati prinsip-prinsip percakapan prinsip kerja sama. Hanya saja, di dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru atau peserta didik tidak
jarang sengaja melanggar prinsip percakapan saat menyampaikan maksud tertentu terutama untuk memenuhi prinsip kesantunan kepada mitra tutur secara implisit
yang disebut implikatur percakapan. Untuk itulah, kehadiran konteks sangat
commit to user
penting dalam memahami maksud pelanggaran prinsip kerja sama dan kesantunan penutur.
Dalam penafsirannya, bahasa memerlukan analisis wacana sebagai penginterpretasi maksud. Salah satunya adalah wacana lisan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia yang unsur paralingualnya lebih dapat dipertanggungjawabkan ketepatan penafsirannya dengan memperhatikan rekontruksi bentuk lisan yang
dapat dipertangungjawabkan. Secara pragmatik, kajian tentang bentuk implikatur percakapan dalam interaksi guru dan peserta didik mengutamakan fungsi dan
maksud tuturan. Untuk itu, pemanfaatan model teoritik pragmatik dan implikatur percakapan ini didasarkan kepada makna tuturan guru dan peserta didik ketika
dialog secara fungsional sehingga dapat diketahui wujud, fungsi dan tujuan sekaligus alasan penggunaan implikatur percakapan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia kelas V SD Negeri Pondok 1 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Dalam penelitian ini, peneliti merekaman konversasi pembelajaran bahasa
Indonesia yang diujarkan oleh guru atau peserta didik. Kemudian peneliti menganalisis data tersebut untuk diketahui wujud implikatur percakapan yang
terdapat pada konversasi tersebut dan dihubungkan dengan hasil observasi peneliti untuk mengetahui alasan yang menyebabkan implikatur percakapan tersebut
dituturkan. Hasil data ini juga didukung dengan hasil wawancara kepada guru dan peserta didik yang bersangkutan sehingga juga diketahui fungsi dan tujuan
implikatur percakapan yang dituturkan. Hasil akhir transkrip, observasi dan wawancara kemudian disimpulkan untuk
mengetahui pola implikatur percakapan yang digunakan dalam konversasi di kelas V SD Pondik I Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Kerangka berpikir
penelitian implikatur percakapan dalam pembelajaran berbahasa Indonesia pada kelas V SD Negeri Pondok 1 kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo dapat
dilihat pada Gambar 3.
commit to user
Gambar 3. Kerangka Berpikir Penelitian Implikatur Percakapan
commit to user
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di SD Negeri Pondok 1 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, tepatnya kelas V saat pembelajaran bahasa Indonesia yang
berfungsi sebagai tempat pengambilan data berupa rekaman pembelajaran untuk mendukung penelitian.
Waktu yang diperlukan dalam penelitian dari menyusun proposal sampai laporan skripsi dilakukan selama 8 bulan, yaitu bulan September 2010 sampai
dengan April 2011. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1. Pembagian Waktu Penelitian No
Nama Kegiatan Bulan
Sept Okt
Nov Des
Jan Peb
Mar Apr
1 Pengajuan dan
Revisi Proposal 2
Perizinan Penelitian
3 Pengumpulan
data dan Analisis data
4 Penyusunan
Laporan 5
Ujian
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian
yang bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan realita yang ada. 68