Nggawe bumbu. Senajan cah lanang yo kudu iso? MK2 MS4 FM TK

commit to user Penelitian ini juga mengkaji alasan penutur menggunakan implikatur percakapan saat menerapkan prinsip kesopanan. Hal ini berkaitan tentang strategi kesopanan berbahasa yang dipengaruhi kepatutan appropriateness penutur dalam bertutur. Unsur-unsur inilah yang dimungkinkan menjadi alasan penutur menggunakan implikatur percakapan sebagai kendala penggunaan maksim percakapan yang dibuktikan dengan tuturan sesudah dan sebelum yang dimaksud. Alasan penggunaan tersebut dijabarkan dengan beberapa contoh data sebagai berikut.

a. Konteks Tutur

1 Pengetahuan mitra tutur yang mendukung tujuan pembelajaran. Karena hal ini, tuturan penutur biasanya melanggar maksim gabungan hubungan dan cara. Contoh data pelanggaran maksim gabungan ini karena kebiasaan mitra tutur sebagai berikut. [63] 285 G: Masak, contohnya apa? mélu ngiris tahu, mélu nggoreng tempe, mélu ngopo menéh? 286 S: Nggawe bumbu Canggih 287 G: Nggawe bumbu. Senajan cah lanang yo kudu iso? MK2 MS4 FM TK 288 S: Masak Pembelajaran1 Konteks situasi data [63] terjadi saat guru menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara khusus bahkan terkesan tidak berhubungan dengan materi pembelajaran seperti pada tutran 287. Meskipun demikian, peserta didik paham maksud guru dan dapat merespon secara serentak atau ikut tuturan peserta didik lain yang dominan. [64] 501 G: Dai, pinter engko berarti cita-citamu ter…. 502 S: Wujud 503 G: Itu ya, sampai di situ ya tadi, percakapan mengenai tiga orang antara satu sebagai Dimas, yang satu sebagai Ayah, yang satu sebagai….MK2 MSA FK TD 504 S: Ibu Pembelajaran3 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software commit to user Konteks situasi data [64] terjadi saat guru ingin memberikan evaluasi terhadap materi yang telah diterangkan sebelumnya. Selain itu, evaluasi yang akan diberikan juga pernah disinggung pada pembelajaran sebelumnya sebagai tugas rumah. Sehingga guru cukup mereview secara langsung pada evaluasi sehingga terkesan tidak berhubungan dengan tuturan sebelumnya dan ambigu jika tidak mempunyai kesamaan pengetahuan sebelumnya. 2 Pengetahuan mitra tutur tidak sesuai tujuan pembelajaran Penutur melanggar maksim kuantitas dan kualitas karena kebiasaan tersebut. Contoh data pelanggaran maksim tersebut sebagai berikut. [65] 613 S: Sebaiknya…..saling bersahutan 614 G: He eh, jadi pedagang kaki lima itu sebaiknya dibuatkan ruko. Ruko ki opo to? Rumah toko, lha nék dikéi ruko nggih niku jenengé mboten kaki lima Bu, nék kaki lima lak mesti gawé déwé dadak ngono kaé to? MK1 MS1 FK TD 615 S: Nggih 616 G: Nggih, sebaiknya e…diberikan ruko nggih, ruko ki rumah toko maksudnya berjualan di rumah toko bukan di…. MK1 MS2 FM TK 617 S: Trotoar Pembelajaran2 Konteks situasi data [65] terjadi saat kondisi kelas tidak sesuai yang diharapkan guru karena tidak serempak dan cenderung kurang dimengerti guru. Meskipun demikian, respon guru tetap menganggap peserta menjawab dengan maksud yang sama dan benar seperti pada tuturan 614 dan 616. Sehingga tuturan tersebut melebihi dan tidak sesuai dengan informasi yang diterima. [66] 465 G: Nggih idola setiap orang 466 S: Ho oh…mosok Peserta didik saling berbicara 467 G: Pingin kabéh dadi guru. Mulakno saben ono pendaftaran guru sing mélu anték atusan éwu, sing ditompo sitik karena semua pingin dadi….MK1 MS2 FM TK 468 S: Guru Pembelajaran3 Konteks situasi data [66] terjadi saat guru menjelaskan tentang keistimewaan pekerjaan ”guru” yang saat ini dianggap sebagai pekerjaan yang diidolakan. Pendapat guru tersebut mengundang beragam reaksi dari peserta commit to user didik sehingga kelas menjadi gaduh. Untuk itulah guru menggunakan tuturan 467 yang seolah-olah semua menyatakan sepakat dengan guru untuk menyakinkan peserta didik bahwa pendapat guru tersebut juga ada buktinya sekaligus untuk menarik perhatian peserta didik menjadi fokus pada pembelajaran. Guru menggunakan tuturan ini karena guru mengetahui tidak semua peserta didik sepaham dengan guru sehingga memerlukan penjelasan yang lebih rinci.

b. Penutur dan Mitra Tutur

1 Penutur takut menyinggung perasaan mitra tutur mental mitra tutur. Dalam penelitian menemukan alasan ini digunakan untuk melanggar maksim hubungan. Contoh data pelanggaran maksim tersebut sebagai berikut. [67] 450 G: Nggih, la mulo nék bué paké jagong ra sah ndérék, biasané ki anak sing agék siji kuwi mélu kintil, ngerti kintil?Nék ora dijak nangis 451

S: Anak kecil Canggih MKH MSK FM TE

Dokumen yang terkait

Aimai dalam Implikatur Percakapan Bahasa Jepang: Kajian Pragmatik

44 305 144

Implikatur Percakapan pada Novel "99 Cahaya di Langit Eropa" Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

3 19 126

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDARLAMPUNG

1 11 207

Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia studi kasus di SD negeri Pondok 03 kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo

0 4 317

METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pel

0 3 10

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pondok 03 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 8

PENUTUP Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pondok 03 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 5

Implikatur percakapan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sd Ta'mirul Islam Surakarta 1. COVER

0 0 17

Aimai dalam Implikatur Percakapan Bahasa Jepang: Kajian Pragmatik

0 2 13

Implikatur dalam Percakapan Tertulis Bahasa Inggris SMA

0 0 17