commit to user
Contoh pelanggaran maksim hubungan untuk menerapkan maksim pujian dalam menghadapi keaktifan peserta didik yang berlebihan dapat dilihat dari
data berikut.
[21] 117
G: Nggih, mangkat sekolah jam enem, tekan sekolah salén klambi, trus ganti
opo? Pakaian
olahraga, bar
pakaian olahraga
diénékké…senam…senam opo? 118
S: SKJ Canggih 119
G: Senam pemanasan MKH MSP FM TE, bar senam pemanasan
ngopo? Bar senam pemanasan opo? 120
S: Lari Canggih 121
G: Latihan inti MKH MSP FM TE, latiané inti opo mau, bermain
sépak takraw, ngono kuwi nggladrah opo ra? 122
S: Nggladrah Pembelajaran2
Konteks situasi data [21] adalah saat guru menjelaskan contoh cara menceritakan kembali yang tidak efektif. Saat menjelaskan tersebut, guru
berusaha menggunakan contoh nyata kejadian yang telah dialami peserta didik yaitu pada pembelajaran olahraga. Tetapi karena perbedaan pengetahuan maka
respon peserta didik tidak sesuai dengan yang diinginkan guru, seperti yang terlihat pada tuturan 118 dan 120. Karakteristik peserta didik yang sangat
suka merespon tuturan guru tanpa memikirkan jawaban tersebut benar atau salah membuat guru harus menghindari pernyataan yang terkesan tidak suka
sikap tersebut. Sehingga peserta didik tidak kehilangan kepercayaan diri dalam menjawab pertanyaan guru, tetapi juga tahu bahwa jawaban yang
dituturkan adalah salah. Hal ini membuat guru menggunakan tuuran yang bukan membenarkan maupun menyalahkan tuturan tersebut melainkan
langsung menuturkan jawaban yang benar seperti pada tuturan 119 dan 121, dibanding menggunakan tuturan, ”Kamu salah, kalau kamu tidak tahu
lebih baik diam saja”. Maksud dibalik tuturan guru tersebut dimengerti peserta didik seperti yang terlihat pada tuturan 120 dan 122 yang menandakan
ketidakterimaan dan kesepakatan pemahaman contoh yang diberikan guru. Secara singkat tuturan 119 dan 121 mengandung implikatur percakapan
guna menerapkan maksim pujian dengan melanggar maksim hubungan.
commit to user
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti juga menemukan penerapan maksim pujian yang mengandung implikatur percakapan didominasi pelanggaran kualitatif
dan tanpa pelanggaran maksim kuantitatif, cara maupun gabungan. Untuk data yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran transkrip pembelajaran dengan
kode MKL MSP dan MKH MSP. h
Implikatur Percakapan dalam Penerapan Maksim Kerendahan Hati
Maksim ini bertujuan agar penutur dapat bersikap rendah hati dengan mengurangi pujian untuk diri sendiri. Dalam penelitian ini penerapan maksim
kerendahan hati sering dilakukan dengan melanggar prinsip percakapan karena pemahaman kebiasaan penutur dan mitra tutur. Untuk memperjelas, contoh
penerapan maksim ini.
1 Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas menentukan informasi yang diberikan tidak boleh kurang atau melebihi yang diinginkan mitra tutur. Contoh pelanggaran
maksim ini dalam penerapan maksim kerendahan hati saat pembelajaran dapat dilihat dari data berikut.
[22] 136
G: Lama itu dalam membaca puisi. Nah seperti yang anak-anak lakukan tugas yang kemarin, wingi tak paringi tugas ternyata masih ada 5 anak
yang belum membuat. Nah hari ini tinggal 3 anak yang belum membuat, Aqib
137 S: Empat Bu
138 G: O masih 4? Aqib
139
S: Aziz MKN MSK FM TE