commit to user
didik sehingga kelas menjadi gaduh. Untuk itulah guru menggunakan tuturan 467 yang seolah-olah semua menyatakan sepakat dengan guru untuk
menyakinkan peserta didik bahwa pendapat guru tersebut juga ada buktinya sekaligus untuk menarik perhatian peserta didik menjadi fokus pada
pembelajaran. Guru menggunakan tuturan ini karena guru mengetahui tidak semua peserta didik sepaham dengan guru sehingga memerlukan penjelasan
yang lebih rinci.
b. Penutur dan Mitra Tutur
1 Penutur takut menyinggung perasaan mitra tutur mental mitra tutur. Dalam
penelitian menemukan alasan ini digunakan untuk melanggar maksim hubungan. Contoh data pelanggaran maksim tersebut sebagai berikut.
[67] 450
G: Nggih, la mulo nék bué paké jagong ra sah ndérék, biasané ki anak sing agék siji kuwi mélu kintil, ngerti kintil?Nék ora dijak nangis
451
S: Anak kecil Canggih MKH MSK FM TE
452 G: Wis gedé nggih, he em ampun, termasuk sing ijik déwé nggih, wingi sopo
kaé kéné sing ijik anak tunggal, sopo? 453
S: Nova Pembelajaran2
Konteks situasi data [67] terjadi saat peserta didik ingin mengutarakan pendapat yang menghubungkan materi pembelajaran dengan pengalaman
pribadi, tetapi takut menyinggung perasaan peserta didik lain. Sehingga peserta didik menggunakan tuturan 451 yang secara sepintas tidak berhubungan
dengan tuturan guru.
[68] 158
G: Kukurukuk opo pethok-pethok? piye unine cah?
159 S: Kukurukuk Canggih
160
G: Ayam jantan itu berko.…MKH MSS FM TK
161 S: Kok
Pembelajaran1
Konteks situasi data [68] terjadi saat guru bermaksud menyetujui sekaligus mengarahkan tanggapan peserta didik terhadap pertanyaan guru sesuai
penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Guru yang menyadari bahwa ketidakbakuan tanggapan peserta didik tidak sepenuhnya kesalahan peserta
commit to user
didik, membuat guru menggunakan tuturan 160 yang terkesan tidak merespon tuturan peserta didik.
2 Penutur merasa tidak percaya dengan hal yang dikatakan mitra tutur. Dalam
penelitian ini biasanya digunakan sebagai alasan melanggar maksim kualitas seperti yang terlihat pada contoh berikut. Contoh data pelanggaran maksim
tersebut sebagai berikut.
[69] 484
S: Seperempat tiga belas ribu Lulu
485 G: Seperempat tiga belas ribu. Sekilonya delapan puluh ribu, kalau
Sekilonya delapan puluh ribu, kalau seperempat berapa anak-anak? MKL MSD FKTD
486 S: Dua puluh ribu Lulu
Pembelajaran1
Konteks situasi data [69] terjadi saat peserta didik kurang tepat dalam enjawab pertanyaan guru. Namun guru tidak menyalahkan jawaban tersebut
secara langsung agar peserta didik tersebut tidak merasa kecewa dan takut menjawab lagi. Sehinga guru menggunakan tuturan 485 yang seolah-olah
membenarkan jawaban tersebut, tetapi diakhir tuturan mengarahkan pada jawaban yang sebenarnya dengan tetap meminta peserta didik mengoreksi
jawaban sebelumnya.
[70] 185
G: Bisa. Mungkin yang lain, surat berharga untuk kamu apa? 186
S: Ijazah Canggih 187
G: Ijazah. Nah, betul ijazah ataupun rapot MKL MSP FM TE. Ibumu