Diwoco MK2 MSA FKTD

commit to user Maksim kearifan juga dapat diterapkan agar peserta didik tidak merasa dipojokkan atau grogi dengan perintah guru, salah satu contohnya sebagai berikut. [44] 223 G: Nggih. Membaca dan melihat Aziz menguap Kantor pos juga menerima layanan tabungan dari masyarakat, nggih nopo mboten Ziz? 224 S: Nggih Aziz pelan 225 G: Kowé nabung rono iso ra? MKH MSA FKTD 226 S: Saget Aziz 227 G: Saget, lewat kantor pos juga dilayani bahkan sekarang pajak listrik pun juga bisa dilayani disana. Kowé duwé utang pit montor kredit lewat sana juga bisa diproses, ra sah ning kantoré pit montor, lewat kantor pos juga bisa dilayani. Sopo sing wis tahu ning kantor pos? Pembelajaran2 Konteks situasi data [44] terjadi saat peserta didik menggunakan tuturan nggih ’bisa’, tetapi kurang yakin dalam merespon sindiran tuturan 223 sebelumnya karena tidak memperhatikan penjelasan guru. Karakteristik peserta didik tersebut yang ”cengeng” membuat guru perlu menyampaikan teguran kepada peserta didik dengan cara lebih halus dan tetap memberikan stimulus agar peserta didik mengerti tentang materi tersebut. Tuturan 225 terlihat tidak marah, mengiyakan maupun menolak respon peserta didik, tetapi justru menanyakan hal lain mengenai penerapan materi tersebut. Maksud tuturan 225 lebih untuk meredam kemarahan guru dalam menjelaskan kembali materi yang tidak diperhatikan peserta didik yang mengantuk dengan pengandaian peserta didik dapat menerapkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memberikan kesan memberi keleluasaan peserta didik untuk berpikir dibanding dengan tuturan, ”Itu akibat kamu tidak memperhatikan penjelasan Ibu. Ibu tadi kan sudah menjelaskan kantor pos bisa untuk menabung”. Sehingga peserta didik tidak merasa terpojokkan dan memperbaiki sikap yang terlihat dari tuturan 226 yang dapat menjawab pertanyaan guru dengan yakin. [45] 211 S: agak keras tanpa membaca teks Ketika ayam jantan mulai menyanyi terlihat kebingungan 212

G: Diwoco MK2 MSA FKTD

213 S: membaca Dan mentari bangun pagi, petani pun mulai bersiap diri, commit to user memangkul cangkul, tunaikan tugas suci, panas matahari kau abaikan, peluh bertetesan bagaikan lautan, cangkulmu tetap kau ayunkan, itu semua untuk persediaan pangan, sungguh besar pengorbananmu, aku kagum kepadamu, ada satu tujuan yang mulia, menyediakan pangan untuk semua Pembelajaran1 Konteks situasi data [45] tercipta saat salah satu peserta didik diminta membacakan tugas puisi yang telah dikerjakan di depan kelas. Awalnya peserta didik mendeklamasikan puisi atau tanpa membaca teks yang dia bawa seperti yang terlihat pada tuturan 211. Tetapi di tengah membaca puisi, peserta didik lupa dan hal ini dimengerti oleh guru seperti dengan tuturan 212. Tuturan tersebut diujarkan secara singkat sehingga terkesan tidak berhubungan dengan tuturan sebelumnya, seperti jika menggunakan tuturan, “Kamu lupa ya? Kalau begitu teks puisinya dibaca saja”. Hal ini dilakukan guru untuk menghindari peserta didik menjadi grogi karena ketahuan tidak hafal puisi yang dibawanya, padahal peserta didik tersebut ingin menunjukkan kepada guru bahwa dia telah hafal. Maksud dibalik tuturan 212 dimengerti oleh peserta didik dengan reaksi langsung membaca teks puisi yang dibawanya, seperti terlihat pada tuturan 213. Secara singkat tuturan 594, 225, dan 212 mengandung implikatur percakapan dengan melanggar maksim kerja sama untuk mematuhi maksim kearifan yang kompetitif dalam mencapai tujuan direktif . Pola tuturan seperti ini juga dapat ditemukan pada tuturan berkode MSA meskipun dengan pelanggaran maksim-maksim kerjasama yang berbeda. 2 Implikatur percakapan kompetitif direktif menyarankan Dalam penelitian ini, penutur tidak mengungkapkan keinginan untuk memaksa mitra tutur untuk membenahi suatu hal secara lugas, melainkan dengan tuturan kesantunan negatif melalui implikatur percakapan. Implikatur percakapan ini membuat tuturan lebih terkesan sebagai saran yang perlu dilaksanakan mitra tutur. Secara konkret hal ini terlihat saat penutur menerapkan maksim kedermawanan seperti data berikut. commit to user [46] 29 G: Tepat. Penjedaan. Karena apa…karena dalam membaca puisi itu tadi, anak-anak sudah dapat membaca bahwa...e...bahkan beberapa kali di dalam membaca 30 S: Ibnu menggoda peserta didik lain 31 G: Saat membaca puisi, kamu harus menikmati keindahan. Keindahan apa? Memandang Ibnu MKN MSD FKTD 32 S: Ibnu mencatat kembali Pembelajaran1 Konteks situasi tuturan guru diarahkan pada salah satu peserta didik yang dianggap guru kurang memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung. Data [46] jika dilihat dari penggalan tuturan 31 saja, hanya akan diketahui bahwa tuturan guru berfungsi sebagai penguat penjelasan yang telah disampaikan guru sebelumnya, sehingga dapat dipastikan bahwa pertanyaan guru akan mudah dijawab peserta didik. Tetapi pada kenyataannya, ada peserta didik yang tidak menjawab, melainkan merespon dengan mencatat tuturan guru. Peserta didik tersebut adalah peserta didik yang dipandang guru saat mengujarkan tuturan tersebut. Tuturan 31 bukan hanya sebagai pertanyaan penguat, tetapi memiliki maksud tersembunyi yaitu menyarankan peserta didik agar memperhatikan penjelasan guru dan maksud ini dimengerti peserta didik yang tercermin dari respon peserta didik yang mencatat. Sehingga tuturan guru seharusnya tuturan guru, “Ibnu jangan mengganggu teman lain, sekarang jelaskan keindahan yang Ibu maksud tadi?”. Ketidaksebutan mitra tutur pada data 46 digunakan agar guru tidak dianggap mengancam muka peserta didik tersebut dihadapan peserta didik lain, tetapi tetap mengerti bahwa yang dilakukannya merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan kata lain tuturan 31 berimplikatur percakapan yang melanggar maksim kuantitatif karena tuturan guru kurang informatif dengan tidak mencantumkan mitra tutur yang dituju melainkan hanya dengan isyarat memandang mitra tutur. [47] 193 G: He eh, ke Jakarta lewat kantor pos. Mungkin yang lain kalau kamu sudah besar mencari pekerjaan misalnya di luar Jawa. Adoho koyo ngopo saiki nék numpak pesawat sak jam tekan, setengah jam tekan, satu setengah jam nyampe. Untuk lebih cepatnya itu tadi, pengiriman barang berharga commit to user misalnya ijazah. Kamu mélu pendaftaran CPNS ning Kalimantan Timur, pamané kétut ning kono, kamongko agék digowo fotokopiané, ijazah asli isih ono ning ngomah, lha carané piyé? Ijazah asli harus di terhenti 194 S: Fotokopi Nurul 195 G: Fotokopi atau diantar? MKL MSD FKTD

Dokumen yang terkait

Aimai dalam Implikatur Percakapan Bahasa Jepang: Kajian Pragmatik

44 305 144

Implikatur Percakapan pada Novel "99 Cahaya di Langit Eropa" Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

3 19 126

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDARLAMPUNG

1 11 207

Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia studi kasus di SD negeri Pondok 03 kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo

0 4 317

METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pel

0 3 10

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pondok 03 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 8

PENUTUP Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pondok 03 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 5

Implikatur percakapan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sd Ta'mirul Islam Surakarta 1. COVER

0 0 17

Aimai dalam Implikatur Percakapan Bahasa Jepang: Kajian Pragmatik

0 2 13

Implikatur dalam Percakapan Tertulis Bahasa Inggris SMA

0 0 17