Diskon ki opo to? MKH MSD FKTD

commit to user ”Bunyi kokok ayam itu cukuruyuk atau kukurukuk sama saja jadi tidak perlu ditanyakan”. Keinginan pserta didik tersebut dimengerti guru seperti yang terlihat pada tuturan 172 yang mengiyakan bahwa materi tersebut memang tidak perlu diperdebatkan. Dengan kata lain tuturan 171 pada data [14] mengandung implikatur percakapan dengan melanggar maksim hubungan. Contoh pelanggaran maksim hubungan dalam penerapan maksim kedermawanan juga terlihat pada contoh data sebagai berikut. [15] 656 G: Ayah, Ibu dan Dimas, itu dari masing-masing percakapan coba kamu hafalkan untuk PR di rumah. Percakapan satu dan percakapan dua, percakapan satu hanya dua orang, silahkan mencari teman untuk bercakap-cakap dua orang untuk percakapan yang pertama dulu. Untuk percakapan yang kedua hanya persiapan dulu, dadi sing dinggo PR sing diapalké percakapan yang pertama. Silahkan anak-anak nanti mencari salah satu teman untuk diajak bercakap-cakap mengenai diskon 657 S: Peserta didik saling memberi memberi isyarat untuk menjadi pasangan mengerjakan tugas ini 658 G: Diskon ki opo to? MKH MSD FKTD 659 S: Potongan harga Pembelajaran3 Konteks situasi data [15] tercipta karena peserta didik terlalu antusias untuk mengerjakan tugas yang sebenarnya untuk pembelajaran selanjutnya, sehingga guru ingin peserta didik fokus terlebih dahulu pada pembelajaran saat ini. Untuk itu, guru menggunakan tuturan 658 yang secara sepintas tidak berhubungan dengan tuturan 657 karena guru mengerti bahwa peserta didik menganggap materi hari ini sudah dimengerti, maka guru memilih memberi pertanyaan berkaitan tugas pembelajaran selanjutnya yang lebih menarik perhatian peserta didik, dibanding dengan berujar, ”Tugas itu masih untuk pembelajaran bahasa Indonesia selanjutnya, jadi kita membahas materi untuk hari ini dulu, ada pertanyaan untuk materi hari ini?”. Maksud tersembunyi ini dimengerti peserta didik seperti yang terlihat pada tuturan 659. Dengan kata lain, tuturan 658 mengandung impliktur percakapan untuk menerapkan maksim kedermawanan. commit to user 4 Maksim Cara Maksim cara melarang penutur menimbulkan kekaburan maksud sehingga sulit diketahui mitra tutur. Contoh pelanggaran maksim ini untuk menerapkan maksim kedermawanan terdapat pada data-data berikut ini. [16] 347 G: Ojo, wis kelas limo kok nangis. Bu, bijiku élék banget bahasa Inggris, lha angel kok Le, lha saiki nderékko les. Dadi Ibnu yo ngono, nderék lés, gén bijimu yo apik, gén iso éntuk rangking. Seperti Ibnu, karena nilainya sudah bagus, jatuh dibahasa Inggris, nilainya hanya tiga puluh tujuh. Jatuh. Lainnya sudah bagus delapan lebih. Tapi karena nilai bahasa Inggris jatuh tiga puluh tujuh, hanya tiga puluh tujuh menjadikan nilai yang lain fatal, karna apa… karena dijumlah terus dirata-rata jadi hancur. Berakibat mau rangking satu jadi rangking tiga. Untuk yang juara satu Nurul, saya harap mempertahankan, ojo nganti kalah karo Ibnu. Lulu juara dua harus ber opo? Menatap Nurul yang bertopang dagu 348 S: Nurul memperbaiki sikap duduk 349 G: Berkembang lagi untuk mendapatkan rangking satu, yang satu harus bertahan, jo nganti kalah karo Ibnu, karo…MKC MSD FKTD 350 S: Lulu Nurul Pembelajaran1 Konteks situasi data [16] terjadi saat pesera didik tidak dapat menjawab pertanyaan karena tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga guru menjawab sendiri pertanyaan yang dilontarkan pada tuturan 347. Tetapi pada tuturan 349 tersebut guru memberikan istilah bahasa Jawa yaitu ”bertahan” yang mempunyai makna umum dan memberikan kesempatan peserta didik berpendapat sesuai pengetahuannya seperti yang terlihat diakhir tuturan tersebut. Hal ini dilakukan guru agar tidak dianggap membuat persaingan antar peserta didik, tetapi lebih pada keinginan agar peserta didik meningkatkan prestasi. Maksud tuturan 349 dipahami peserta didik seperti yang terlihat dari tuturan 350 meskipun secara singkat. Jadi tuturan 350 dapat diidentifikasikan mengandung implikatur percakapan yang melanggar maksim cara untuk mematuhi maksim kedermawanan. Contoh lain pelanggaran maksim cara untuk menerapkan maksim kedermwanan juga terlihat saat guru menjelaskan tugas, seperti pada data berikut. commit to user [17] 35 G: Nanti kamu hafalkan tiga orang-tiga orang membentuk kelompok yang anggotanya tiga orang 36 S: Peserta didik mulai saling berbisik mencari kelompok 37 G: Tiga orang-tiga orang yang berperan satu jadi Dimas, satu jadi ayah, dan satu lagi jadi….MKC MSD FK TD 38 S: Ibu Pembelajaran3 Konteks situasi data [17] terjadi saat peserta didik terlalu merespon perintah guru untuk membuat kelompok bahkan sebelum dijelaskan aturan pembuatan kelompok tersebut. Hal ini membuat guru sedikit marah dan menginginkan peserta didik untuk mendengarkan terlebih dahulu karena guru juga akan memberikan kesempatan tersendiri peserta didik membentuk kelompok. Untuk itulah guru lebih memilih menggunakan tuturan 37 yang langsung pada aturan secara umum dibandingkan harus memaksa peserta didik memperhatikan guru terlebih dahulu dan baru dilanjutkan dengan penjelasan aturan secara khusus justru tidak efisien waktu, seperti dengan tuturan, “Kalian tenang dulu, Ibu jelaskan aturan pembentukan kelompok setelah itu kalian boleh mencari pasangan kelompok.....”. Maksud tuturan 37 dimengerti peserta didik dengan adanya tuturan 38 yang berisi salah satu peran yang akan dibacakan peserta didik sebagai tanda peserta didik memperhatikan tuturan guru, meskipun dalam keadaan gaduh. Hal ini membuktikan bahwa tuturan 37 mengandung implikatur percakapan yang melanggar maksim cara. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti menemukan beberapa pelanggaran prinsip percakapan untuk menaati maksim kedermawanan sehingga mengandung implikatur percakapan. Penerapan seperti ini didominsai pelanggaran maksim kualitas, tetapi tidak ditemukan pelanggaran maksim gabungan. Data semua pelanggaran dalam penelitian dapat juga dilihat pada lampiran transkrip pembelajaran pada data berkode MKN MSD, MKL MSD, MKH MSD, dan MKC MSD. commit to user g Implikatur Percakapan dalam Penerapan Maksim Pujian Maksim ini bertujuan agar para partisipan tidak saling mengejek atau merendahkan orang lain sehingga sangat cocok untuk mitra tutur yang berkarakteristik yang ngenyelan tetapi sangat peka perasaannya. Dalam penerapannya, maksim ini berusaha memberikan penghargaan bagi mitra tutur. Penelitian ini menemukan tuturan mengandung implikatur percakapan untuk menerapkan maksim ini. Berikut penjelasan beberapa contoh pelanggaran maksim percakapan dalam penerapan maksim pujian. 1 Maksim Kualitas Maksim kualitas mewajibkan setiap penutur menyatakan hal yang diyakini benar. Contoh tuturan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang melanggar maksim kualitas seperti pada data berikut. [18] 573 G: Seneng. Dadiné kowé yo mélu seneng iso ngerti carané mbedol pohong. Kuwi dinggo cah lanang. Carané macul piyé, diwarahi bapak karo mbah kakung. Dijak ning sawah, Yo lé ning sawah lé, gowo pacul lé. Ojo blas malah dolanan. Ampun nggih? Kono lé, latian gawé pinihan. Pinihan ki opo to? 574 S: Winih Canggih 575 G: He eh, Papan panggonan sing arep dingo nyebar…Nyebar bibit pari MKL MSP FM TE . Diarani pinihan. Nék wis dipacul alus kaé ya, trus diroto lemahé, disebari winih. Nék wis disebari winih tekan 3 minggu, bibit padi itu tadi sudah tumbuh siap ditanam. O…tibakké carané gawé pesemaian ki ngénéki, cobo aku engké dolan, dimarahi ibu, ora iso ngerti carané gawé pi… 576 S: Nihan Pembelajaran1 Konteks situasi data [18] saat guru menjelaskan materi bahasa Indonesia yang dihubungkan dengan mata pelajaran lain yaiu pertanian pelajaran mulok. Tetapi ternyata tuturan 574 berisi konsep yang dimiliki peserta didik berbeda dengan jawaban yang diinginkan guru. Untuk merespon tuturan tersebut, guru melanggar maksim kualitas dengan mengiyakan terlebih dahulu jawaban peserta didik dengan kata he eh ’iya’ sebagai pujian atas keaktifan yang dilanjutkan dengan penjelasan konsep yang diinginkan guru. Cara ini digunakan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan ini yang dapat membuat commit to user peserta didik tidak berani menjawab karena takut salah jika guru langsung menyalahkan bahkan menghina tuturan peserta didik, seperti dengan tuturan, ”Kamu salah, pinihan itu membuat tempat untuk menyebar benih padi”. Dan pada tuturan 576 mencerminkan bahwa tidak hanya peserta didik yang menjawab tadi yang mengerti maksud guru, tetapi juga peserta didik lain. Dengan demikian tuturan 575 pada data 18 mengandung implikatur percakapan karena melanggar maksim kualitas yang dengan sengaja membenarkan suatu hal yang sebenarnya salah. Pelanggaran lain maksim ini untuk memenuhi maksim pujian yang digunakan sebagai penjelas maksud penutur, seperti dalam contoh berikut. [19] 411 G: Nggih, awake déwé, sing ngenggo ora bu Warni ya? Taknggo opo?nék pinteré kowe yo dinggo kowé dewé. Pinterku taknggo déwé, ngono? nggih mboten? 412 S: Nggih 413 G: Pinterku take kowé kok. Taknggo déwé nggo opo aku. Tak wénehké kowé saben di….MKL MSP FM TE 414 S: Noné Pembelajaran3 Konteks situasi [19] terjadi saat guru menghubungkan materi pembelajaran dengan kegunaan materi tersebut bagi peserta didik dengan ”perumpamaan terbalik” yaitu menjelaskan yang salah untuk diambil yang benar. Tetapi guru merasa ada ketimpangan konsep yang dimaksud guru dengan peserta didik. Untuk itulah guru menggunakan tuturan 413 yang seolah-olah peserta didik merespon dengan benar sesuai yang dimaksud guru, padahal sebenarnya mempertanyakan kembali respon tersebut agar dikoreksi peserta didik. Tuturan ini dipilih guru dengan mempertimbangkan karakter peserta didik yang selalu mempercayai tuturan guru sehingga kesalahpahaman tersebut bukan sepenuhnya kesalahan peserta didik. Hal ini dimengerti peserta didik dengan tuturan 414 yang menandai pemahaman peserta didik telah berubah. Dengan demikian terbukti bahwa tuturan 413 mengandung implikatur percakapan yang melanggar maksim kualitas. commit to user 2 Maksim Hubungan Maksim hubungan mengharuskan setiap penutur memberikan kontribusi yang relevan, tetapi dalam penelitian ini ditemukan pelanggaran maksim hubungan untuk mematuhi maksim pujian antara lain pada contoh data sebagai berikut. [20] 602 G: Tidak ya? kalau tidak, lain kali puisi yang kalian buat tadi termasuk empat anak yang belum membuat tadi nggih. Dari puisi tersebut tolong dibuatkan sebuah…. 603 S: Karangan Canggih 604 G: Prosa yaitu karangan tentang judul puisi yang anak-anak peroleh tadi MKH MSP FM TE . Judulnya...Nah melihat Ibnu petani, jadi petaniné itu kamu buat sebuah…. 605 S: Karangan Ibnu 606 G: Karangan atau prosa, bercerita dalam bentuk karangan. Lha komané koyo ngénéki mau, tanda miring, wo kénéki engko tak kéi koma, wo ono garis miring dua, engko tak kéi titik. Itu kamu perhatikan dalam membuat prosa dari puisi yang anak-anak buat tadi 607 S: Ngéteniki Bu? Lulu menunjukkan prosa 608 G: Lha itu Lulu dah bisa membuat sebuah, apa tadi anak-anak? 609 S: Prosa Pembelajaran1 Konteks situasi data [20] terjadi saat peserta didik sangat sulit menggunakan istilah prosa dibanding karangan, padahal guru telah mengarahkan peserta didik untuk dapat menggunakan istilah tersebut, seperti yang terlihat pada tuturan 603. Untuk itu, guru memilih menggunakan tuturan yang langsung menjelaskan istilah prosa agar peserta didik mengerti dengan sendirinya perbedaan penggunaan istilah prosa dan karangan, seperti yang terlihat pada tuturan 604 dibanding menggunakan tuturan menyalahkan seperti, ”Ibu kan dari tadi bilang agar kamu menggunakan istilah prosa untuk menyebut karangan puisi bukan dengan istilah karangan”. Maksud tersembunyi tersebut dimengerti peserta didik yang terlihat pada tuturan 609 berisi respon penggunaan istilah prosa. Sehingga tuturan 604 mengandung implikatur percakapan saat mematuhi maksim pujian. commit to user Contoh pelanggaran maksim hubungan untuk menerapkan maksim pujian dalam menghadapi keaktifan peserta didik yang berlebihan dapat dilihat dari data berikut. [21] 117 G: Nggih, mangkat sekolah jam enem, tekan sekolah salén klambi, trus ganti opo? Pakaian olahraga, bar pakaian olahraga diénékké…senam…senam opo? 118 S: SKJ Canggih 119

G: Senam pemanasan MKH MSP FM TE, bar senam pemanasan

Dokumen yang terkait

Aimai dalam Implikatur Percakapan Bahasa Jepang: Kajian Pragmatik

44 305 144

Implikatur Percakapan pada Novel "99 Cahaya di Langit Eropa" Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

3 19 126

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDARLAMPUNG

1 11 207

Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia studi kasus di SD negeri Pondok 03 kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo

0 4 317

METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pel

0 3 10

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pondok 03 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 8

PENUTUP Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pondok 03 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 5

Implikatur percakapan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sd Ta'mirul Islam Surakarta 1. COVER

0 0 17

Aimai dalam Implikatur Percakapan Bahasa Jepang: Kajian Pragmatik

0 2 13

Implikatur dalam Percakapan Tertulis Bahasa Inggris SMA

0 0 17