commit to user
tujuan pembelajaran. Meskipun juga rawan ketidakpahaman tuturan antara penutur dengan mitra tutur jika tidak diimbangi dengan praanggapan yang sama
atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman tuturan. Apalagi jika bahasa yang digunakan penutur dan mitra tutur merupakan bahasa kedua bahasa
Indonesia dan masih dalam tingkatan belajar. Peran guru dan penanaman kebiasaan dalam pembelajaran berbahasa sangat penting guna mendukung
kelancaran komunikasi antara guru dengan peserta didik yang masih menggunakan dua bahasa pengantar yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hal
ini ditambah dengan SD Negeri I Pondok yang dampak globalisasi belum terlalu mengikis nilai kesopanan, membuat peserta didik sekolah ini masih menganggap
guru sebagai sosok yang disegani.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil Penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan pada penelitian ini adalah 1 Chusni Hadiati dalam tesis yang berjudul
“Tindak Tutur dan Implikatur Percakapan Tokoh Wanita dan Tokoh Laki-Laki dalam Film The Sound Of Music tahun 2007”, 2 Anina Syaifatul dalam skripsi
yang berjudul “Implikatur Percakapan dalam Wacana Humor Berbahasa Indonesia tahun 2005”, 3 Eriza Muraqin dalam skripsi yang berjudul
“Implikatur Percakapan Pada Bahasa Iklan Produk Studi Kasus Di Radio Gsm Fm tahun 2009”, dan 4 Sudirman dalam laporan penelitian yang berjudul
“Implikatur dalam Percakapan Bahasa Inggris Siswa SMA: Studi Pragmatik tahun 2005”.
Chusni Hadiati dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tindak tutur dan implikatur percakapan yang ditimbulkan oleh pelanggaran prinsip kerja sama dan
kesantunan pada wacana percakapan film The Sound of Music adalah sebagai berikut: 1 implikatur representatif 2 implikatur direktif; 3 implikatur komisif;
4 implikatur ekspresif. Alasan perbedaan tuturan tokoh wanita dan tokoh laki- laki itu disebabkan adanya kecenderungan kaum subordinat wanita untuk
berperilaku sopan termasuk dalam penggunaan bahasa dan bentuk bahasa yang sopan dalam merefleksikan asal kelas sosial penutur.
commit to user
Penekanan dalam penelitian tersebut terletak pada pelanggaran prinsip percakapan kerjasama dan kesantunan dan alasan perbedaan tuturan tokoh pria
dan wanita dalam menggunakan implikatur percakapan. Yang secara tidak langsung telah membuktikan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi cara
berbahasa seseorang terutama dalam menjaga “wajah” baik penutur mapun mitra tutur. Salah satu faktor penentu tindak bahasa tersebut adalah perbedaan sosial
terutama masalah genre. Dalam hal ini, peneliti menjadi tertarik untuk meneliti wujud implikatur percakapan guru dengan peserta didik maupun peserta didik
dengan peserta didik lain yang mempunyai latar belakang sosial yang berbeda. Apalagi di sekolah SD Pondok 1 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo ini
masih menganggap seorang guru mempunyai kedudukan setara bahkan lebih disegani oleh peserta didik dibanding orang tua peserta didik itu sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anina Syaifatul menyimpulkan wujud lingual implikatur percakapan dalam wacana humor berbahasa Indonesia dapat
berupa 1 kalimat deklaratif, 2 kalimat imperatif, dan 3 kalimat interogatif, 4 gabungan antara kalimat interogatif dengan deklaratif, 5 gabungan antara
kalimat interogatif dengan kalimat imperatif, 6 gabungan antara kalimat deklaratif dengan kalimat imperatif, dan 7 gabungan antara kalimat deklaratif,
interogatif, dan kalimat imperatif. Implikasi pragmatis implikatur percakapan meliputi implikasi pragmatis yang menyatakan 1 penutur kurang memahami
tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur, 2 penutur meminta pengertian mitra tutur akan tuturan yang disampaikannya, 3 penutur mengelabuhi mitra tutur, 4
penutur merasa senang, 5 penutur harus atau pasti melakukan pekerjaan yang dimaksudkan oleh penutur, dan 6 apa yang disampaikan penutur sesuai dengan
yang sebenarnya terjadi. Sedangkan fungsi implikasi implikatur percakapan yang digunakan dalam wacana tersebut meliputi 1 menyindir, 2 menghibur, 3
memerintah, dan 4 mengejek. Selain itu, Anina Syaifatul juga menyarankan agar humor sebagai sarana yang ampuh dalam masyarakat hendaknya dapat
ditingkatkan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini dengan maksud agar dapat memberikan hiburan dan memberikan kelegaan hati
agar tidak selalu tegang dan serius.
commit to user
Bertolak dari penelitian tersebut, peneliti berpendapat bahwa setiap tuturan baik lisan maupun tulisan memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda-beda
meskipun wujud yang digunakan hampir sama. Bahkan wacana humor yang dianggap hanya sebagai hiburan ternyata memiliki beragam fungsi selain untuk
menghibur. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui fungsi dan tujuan implikatur percakapan yang digunakan guru dan peserta didik dalam
pembelajaran yang notabene tidak hanya sekedar penyampaian materi, tetapi juga dalam hal mendidik individu sesuai tujuan pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan Eriza Muraqin yang menunjukkan tuturan yang mengandung implikatur percakapan dalam iklan produk di radio GSM FM terdiri
dari dua bentuk tuturan yaitu tuturan yang berbentuk direktif dan tuturan berbentuk deklaratif. Implikatur yang terjadi pada bahasa iklan produk di radio
GSM FM pada umumnya ditimbulkan oleh rasa ingin tahu pendengar dan keinginan untuk mencoba terhadap produk yang ditawarkan oleh pemasang iklan.
Faktor yang menyebabkan adanya pemakaian implikatur dalam iklan produk di radio GSM FM diantaranya faktor ekonomi, faktor kebutuhan masyarakat, dan
faktor efektivitas produk. Hasil penelitian Eriza Muraqin ini mendorong peneliti untuk mengkaji implikatur percakapan dalam percakapan lain yaitu pembelajaran
bahasa Indonesia yang tidak hanya mementingkan aspek komunikatif tetapi juga aspek kesantunan berbahasa secara langsung tatap muka. Wujud dan alasan
implikatur percakapan yang telah disebutkan dalam penelitiannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam memperoleh keterangan atau informasi lainnya.
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan Sudirman menguraikan bahwa bentuk lingual implikatur percakapan bahasa Inggris siswa SMA Bandar
Lampung bervariasi terdiri dari kata, frase, klausa hingga kalimat yang mengarah pada kesepahaman dan keterusterangan antara pembicara dan pendengar. Tetapi,
implikasi implikatur ditandai dengan penggunaan maksim gramatikal yang ketat untuk mempertahankan hubungan formal-fungsional baik sebagai guru, peserta
didik maupun antar peserta didik. Sudirman juga menyarankan agar peserta didik maupun guru perlu diharapkan menggunakan maksim komunikatif yang lebih
fleksibel dan sesuai pilihan penutur bukan semata-mata karena belajar berbahasa.
commit to user
Dari hasil penelitian Sudirman mengenai implikatur dalam pembelajaran bahasa Inggris, peneliti berpendapat bahwa alasan penggunaan atau pelanggaran
maksim saat percakapan sangat dipengaruhi pemahaman dan kebiasaan menggunakan bahasa. Secara tidak langsung ketidakpengertian alasan guru
maupun peserta didik menggunakan implikatur percakapan bahasa Inggris dalam pembelajaran di Bandar Lampung berakibat pembelajaran justru semakin kaku.
Hal ini mendorong peneliti untuk mengkaji implikatur percakapan untuk pembelajaran bahasa Indonesia kelas V di daerah pedesaan yaitu SD Negeri
Pondok 1 Kecamatan Nguter Kabupaten yang justru menganggap penggunaan implikatur percakapan sebagai salah satu metode pembelajaran kesantunan yang
rileks untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti terdorong mengkaji alasaan penggunaan implikatur percakapan lebih mendalam yang tidak
sekedar mempertahankan hubungan formal-fungsional tetapi juga alasan lain seperti situasi pembelajaran hingga faktor pribadi penutur dan mitra tutur.
C. Kerangka Berpikir