Dasar Hukum Pembentukan Peraturan Daerah Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah Peraturan Daerah Provinsi dan atau Peraturan Daerah KabupatenKota. Perda menurut Pasal 136 UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut: 1 Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD. 2 Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsikabupatenkota dan tugas pembantuan 3 Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan cirri khas masing-masing daerah. 4 Perda sebagaimana dimaksud apda ayat 1 dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Yang dimaksud dengan “bertentangan dengan kepentingan umum” dalam ketentuan ini adalah kebijakan yang berakibat terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, terganggunya pelayanan umu, dan terganggunya ketenteramanketertiban umum serta kebijakan yang bersifat diskriminatif. 5 Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku setelah diundangakan dalam lembaran daerah.

1. Dasar Hukum Pembentukan Peraturan Daerah

Pembentukan peraturan daerah sebenarnya merupakan hal yang penting, sehingga telah diatur dalam pasal-pasal Undang-undang Pemerintahan Daerah dari tahun 1945 sampai sekarang. Dasar hukum pembentukan Perda yang masih berlaku hingga kini adalah UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tata cara pembentukan Peraturan Daerah diatur dalam Undang-Undang No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Sebagai aturan pelaksanaannya di daerah KabupatenKota adalah dengan Tata Tertib DPRD Kabupaten yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

2. Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya peraturan daerah, ada beberapa asas yang harus diperhatikan antara lain Harry Alexander, 2004:20. Asas kejelasan tujuan adalah bahwa peraturan perundang-undangan yang dibuat membuat tujuan yang jelas, seperti membentuk baru, menggantikan atau melakukan perubahan peraturan perundang-undangan. Asas manfaat adalah bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan yang dibuat mempunyai manfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Asas kewenangan adalah setiap jenis peraturan-peraturan perundang-undangan yang berwenang, sehingga peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hokum bila dibuat oleh lembaga atau orang yang tidak berwenang. Asas kesesuaian jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam membentuk setiap peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan kesesuaian antara jenis peraturan perundang-undangan dan materi yang akan diatur dalam peraturan perundang- undangan yang bersangkutan. Asas dapat dilaksanakan apabila setiap peraturan perundang-undangan harus didasarkan pada perhitungan bahwa peraturan perundang-undangan tersebut akan dapat berlaku secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. Asas kejelasan rumusan adalah bahwa dalam membentuk setiap perundang- undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang- undangan, sehingga sistematikanya maupun terminology dan bahasa hukumnya jelas, sehingga tidak menimbulkan interpretasi ganda. Asas keterbukaan transparansi adalah bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan masyarakat diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan. Asas efisiensi adalah asas bhwa pembentukan peraturan perundang-undangan dilakukan dengan sumber daya yang seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sesuai dengan Pasal 138 ayat 1 Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, materi muatan Perda mengandung asas: a. Pengayoman b. Kemanusiaan c. Kebangsaan d. Kekeluargaan e. Kenusantaraan f. Bhinneka Tunggal Ika g. Keadilan h. Kesamaan kedudukan dalam hokum dan pemerintahan i. Ketertiban dan kepastian hokum; danatau j. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan

3. Proses Pembentukan Peraturan Daerah