kompetensi dan kemampuan orhganisasi untuk menggunakan hak-hak dan kewajiban kolektif
3. Mengembangkan pemahaman politik melalui wacana mengenai perilaku politik
4. Mengembangkan kemampuan adaptasi dalam budaya untuk mengamati kejadian-
kejadian berdasarkan pengetahuan dan bukan berdasarkan prasangka. Beberapa pengalaman internasional dalam gerakan pemberantasan korupsi adalah
Independent Commision Against Ccorruption of Hong Kong, aktifitas Tranparancy International. Keduanya mempunyai resep penting yaitu: kelayakan program anti korupsi
dan kredibilitas mereka yang menerapkannya.
H. Upaya Mewujudkan Good Governance
Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan demokratis serta berwibawa Good Governance merupakan tuntutan utama reformasi, namun hingga saat ini belum
dapat dirasakan hasilnya oleh masyarakat, meskipun berbagai upaya telah mulai dilaksanakan, baik oleh MPR, DPR, Pemerintah maupun Lembaga-lembaga Tinggi
Negara. Bahkan, sasaran terciptanya sebuah pemerintahan yang bersih dan berwibawa telah dicanangkan dalam program kedua dari Panca Krida Kabinet tahun 1993.
Pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan yang mengimplementasikan “Kedaulatan Rakyat” dalam seluruh prosesnya. Secara umum dan popular, pemerintah
yang demokratis dapat diartikan sebagai suatu proses pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat.
Makna “dari” rakyat, diimplementasikan melalui Pemilihan Umum sebagai wujud dari pelaksanaan “hak politik rakyat” serta sekaligus wujud dari penggunaan “hak asasi
rakyat” dalam keikutsertaan secara langsung dalam menentukan masa depannya. Pemilu yang bebas, rahasia, jujur dan adil merupakan “Platform of Democracy”, dalam
mewujudkan pemerintahan yang demokratis. Pemilu harus memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang memenuhi syarat, termasuk anggota TNI, Polri
dan PNS. Apapun sistem yang digunakan dalam penyelenggaraan pemilu proporsional atau
distrik yang terpenting rakyat harus mengetahui secara langsung calon-calon yang akan dipilih untuk mewakili kepentingannya, baik di lembaga perwakilan pusat MPRDPR
maupun daerah DPRD III. Hal ini penting untuk dapat menjamin dan memelihara “commitment” para wakilnya dalam memperjuangkan aspirasi para pemilihnya.
Penyelenggaraan Pemilu 1999 telah maju setapak, namun karena sempitnya waktu kampanye, menyebabkan pengumuman calon-calon dari setiap partai politik tidak
terlaksana, sehingga hasilnya tidak berbeda dengan hasil pemilu-pemilu sebelumnya. Makna “oleh rakyat” diimplementasikan bahwa seluruh pejabat pemerintahan dari
yang paling tinggi Presiden dan Wakil Presiden, dan pejabat daerah gubernur, bupatiwalikota serta camat dan lurah, harus dipilih oleh rakyat secara langsung. Kita
harus membedakan antara jabatan politis dan jabatan karir. PresidenWapres dan menteri- menteri untuk pemerintahan pusat serta gubernur dan lain-lain untuk pemerintahan
daerah, merupakan jabatan politis. Sedangkan di bawah jabatan tersebut sebagai “PNS” adalah nonpolitis, sehingga harus dibebaskan dari pengaruh kepentingan partai-partai
politik. Makna “untuk rakyat” diwujudkan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah pusat maupun daerah yang mampu memberikan pelayanan, kenyamanan, rasa aman dan ketenangan dalam melaksanakan berbagai kegiatan kehidupan kemasyarakatan
sehingga timbul dinamika yang akan mampu memacu persatuan dan kemajuan oleh masyarakat itu sendiri. Tiga hal sangat penting yang hingga saat ini sangat didambakan
oleh masyarakat luas yaitu: Pertama, pelayanan civil service secara berlanjut demi kelancaran administrasi
pemerintah dan harus terbebas dari pengaruh politik adanya pergantian pemerintahan hasil pemilu, PNS harus independen dan hanya loyal kepada kepentingan negara.
Kedua, perlindungan melalui perwujudan dan supremasi hokum kepastian dan penegakan hukum, sehingga masyarakat meras aman dalam melaksanakan kehidupan
sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara. Ketiga, memberdayakan masyarakat Enpowerment of the People, upaya
pemerintah untuk secara langsung mendorong memfasilitasi masyarakat dalam berbagai kegiatan demi kepentingan masyarakat melalui pemberian pelayanan dan perlindungan
serta jaminan hukum yang konsisten dan tegas. Guna menjamin terwujudnya suatu pemerintahan yang bersih dan demokratis
Good Governance, perlu diwujudkan “check and balance” dari masing-masing fungsi
yaitu legislatif, eksekutif, yudikatif. Masing-masing lembaga harus dilaksanakan secara “transparan” untuk diketahui publik guna kepentingan pengawasan melalui Social
Control. Setiap fungsi dari lembaga-lembaga tersebut harus diatur secara jelas baik tugas
dan fungsinya maupun hubungan satu sama lainnya di dalam UU, sehingga pelaksanaan check and balance akan lebih jelas dan transparan, menghindari penafsiran yang berbeda-
beda seperti pengalaman selama ini. Untuk MPR memang harus diatur melalui TAP MPR tentang Tata Tertib sebagai Lembaga Tertinggi Negara. Sedangkan DPR, Presiden,
MA, BPK dan DPA harus diatur dengan UU tugas, tanggung jawab dan sanksi-sanksi terhadap pelanggarannya secara rinci.
Dari pengalaman selama ini kelemahan mendasar dalam pelaksaan
administrasimanajemen pemerintah adalah fungsi pengawasan kontrol dan sanksi lainnya. Untuk menjamin fungsi manajemen pemerintahan yang lancar dan bersih, maka
perlu dibentuk dan ditetapkan badan-badan pengawasan fungsi kontrol di luar badan kejaksaan dan pengadilan ataupun pengawasan internal yang ada BPKP, Inspektorat
Jendral, dll: •
Ombudsman special prosecutor yang bertugas untuk menerima dan mengevaluasi semua masukan dari masyarakat social control dan selanjutnya
memberikan saran, tindak, sanksi, baik secara administrasi langsung atau ke pengadilan, terhadap semua pelanggaran, penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang oleh aparat pemerintah KKN dalam melayani masyarakat. •
Badan investigasi nasional yang merupakan kepanjangan tangan ombudsman yang tersebar baik di pusat maupun daerah, yang akan mendeteksi,
menginvestigasi setiap penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dan melaporkan hasilnya kepada ombudsman.
• Pengadilan khusus penyelesaian KKN
• Pers yang bebas, dan obyektif sebagai sarana social control yang ampuh dan
membantu tugas-tugas ombudsman dan badan investigasi Dari pengalaman kita juga membuktikan bahwa kelemahan dasar dari
pelaksanaan administrasi pemerintahan adalah selain pada sistem kontrol, juga pada kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia dalam aparat
pemerintahan menjadi fokus dasar dan kunci pokok dapat tidaknya kita mewujudkan suatu good governance. Pengalaman membuktikan pula bahwa meskipun sistem kita
lengkap namun tanpa kualitas sumber daya manusia yanmg baik ternyata fungsi-fungsi pemerintahan tidak dapat berjalan optimal.
Namun pengalaman selama orde baru juga memperlihatkan bahwa kelengkapan kelembagaan, kejelasan fungsi serta tingkat kualitas sumber daya manusianya cukup
baik, ternyata belum menjamin keberhasilan perwujudan good governance karena sangat lemahnya fungsi pengawasankontrol dan sanksi-sanksi yang tegas dalam manajemen
pemerintahan dari pusat sampai tingkat daerah. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia manyangkut tiga aspek dasar
yaitu moral, pendidikan dan kesejahteraan. Pengalaman juga menunjukkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi dan kesejahteraan yang cukup, namun tanpa moral dan integritas
yang kuat, belum mampu menghilangkan unsur KKN. Moral dan integritas bangsa kita sebenarnya telah dituntun oleh TAP MPR No. 11
tahun 1978 tentang Eka Prasetya Pancakarsa P4, merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun karena butir-
butir P4 belum dituangkan dalam produk perundang-undangan, sehingga belum ada sanksi-sanksi nyata terhadap pelanggaran yang ada, sanksi yang ada masih terbatas pada
sanksi moral Secara menyeluruh dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan suatu
pemerintahan yang bersih dan demokratis good governance harus diambil langkah- langkah kongkrit sebagai berikut:
Pertama, penataan kelembagaan legislatif, eksekutif, yudikatif dan kejelasan fungsi-fungsinya yang dituangkan dalam UU, agar tercipta “check and balance” sistem
secara hukum. Kedua, penataan kelembagaan hokum dan kualitas sumber daya manusia untuk
mampu menciptakan supremasi hokum serta terlaksananya penegakan hukum yang nyata. Penyempurnaan produk-produk hukum perundang-undangan disertai dengan sanksi-
sanksi yang nyata.
Ketiga, penataan dan pembentukan badan-badan kontrol yang lebih independen sebagai sarana mendukung supremasi hukum, penegakan hukum dan keadilan serta
perlindungan masyarakat. Keempat, penyempurnaan UU Kepegawaian dan UU TNI dan Polri agar dapat
tercipta suatu “civil service institution” yang handal guna memaksimalkan pelaksanaan fungsi pelayanan dan perlindungan masyarakat.
Kelima, penuangan butir-butir P4 dalam bentuk dan pedoman perundang- undangan disertai sanksi-sanksi yang jelas sebagai tuntunan kehidupan berbangsa dan
bernegara agar memiliki jiwa dan moral Pancasila. Keenam, peningkatan kesejahteraan seluruh aparat pemerintahan civil service
and TNIPolri sampai kebutuhan minimal pegawai yang paling rendah sebagai persyaratan yang utama.
BAB XI PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA
A. Pembentukan Provinsi 1. Landasan Yuridis Pembentukan Provinsi