D. Parlementer dan Presidensial Model Pemerintahan Paling Populer
Seperti telah diuraikan di muka ada dua tipe sistem pemerintahan yang berkembang dalam zaman modern, yaitu parlementer dan presidensial. Inggris dikenal paling
berpengalaman mengembangkan sistem pemerintahan parlementer. Sedangkan Amerika Serikat dikenal paling berpengalaman dalam mengembangkan sistem pemerintahan
presidensial. Sehingga kedua negara tersebut sering dijadikan acuan oleh berbagai negara berkembang dalam mengembangkan kedua sistem pemerintahan tersebut.
Kedua sistem pemerintahanbentuk pemerintahan tersebut merupakan perwujudan Trias Politica. Dalam Trias Politica kekuasaan pemerintah dibagi menjadi tiga, yaitu
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Masing-masing kekuasaan diserahkan kepada sebuah badan yang terpisah satu sama lain sehingga dapat
saling mengawasi dan mengimbangi untuk mencegah pemerintahan otoriter. Oleh karena itu, baik sistem parlementer maupun sistem presidensial adalah masuk dalam kategori
pemerintahan yang menganut sistem politik demokrasi.
Dalam sistem parlementer di Inggris, yang memegang kekuasaan eksekutif adalah perdana menteri. Perdana menteri merupakan ketua partai mayoritas dalam parlemen
badan legislatif. Partai minoritas menjadi partai oposisi. Perdana menteri beserta para menteri, baik bersama-sama maupun masing-masing, bertanggung jawab kepada
parlemen. Kalau terjadi konflik antara kabinet dan parlemen, maka yang memutuskan adalah rakyat lewat pemilhan umum yang dapat diadakan sewaktu-waktu. Parlemen
Inggris terdiri atas perwakilan kaum bangsawan House of Lords dan rakyat biasa House of Commons. Karena fungsi House of Lords dan House of Commons merupakan
pengejawantahan dari fungsi parlemen, maka dikenal menganut sistem dua kamar.
Sedangkan dalam tipe Amerika Serikat, kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden yang dipilih oleh rakyat. Para menteri diangkat oleh dan bertanggung jawab
kepada presiden. Pemegang kekuasaan eksekutif adalah kongres conggres. Kongres
terdiri atas senat perwakilan negara bagian dan perwakilan rakyat atau DPR House of Representatives. Senat dan House of Representatives melakukan fungsi kongres, oleh
karena itu Amerika Serikat menganut sistem dua kamar, seperti Inggris. Sedangkan
pemegang kekuasaan yudikatif adalah mahkamah agung.
Ketiga lembaga negara tersebut di atas, memegang kekuasaan yang berbeda-beda dan terpisah satu sama lain. Conggres membuat undang-undang, presiden melaksanakan
undang-undang, mahkamah agung mengadili pelanggaran undang-undang. Masing- masing lembaga merupakan lembaga tertinggi di bidang masing-masing.
Dalam model sistem presidensial Amerika Serikat fungsi-fungsi kelembagaan negara mempergunakan sistem “saling kontrol dan saling imbang” check and balance. Check
and balance dirancang untuk memperbolehkan tiap lembaga negara membatasi kekuasaan yang lain. Misalnya, presiden bisa memveto langkah-langkah kongres, baik
pada tataran konstitusional maupun kebijakan. Veto presiden tidak dapat diruntuhkan 23 tanpa suara di Dewan Perwakilan Rakyat House of Representatives dan senat. Hal ini
tidak hanya memberi kesempatan untuk mengawasi kongres, namun juga memungkinkannya untuk lebih dulu “mengimbangi” kepentingan legislatif. Terutama
jika kongres dikuasai partai oposisi. Dengan begitu kongres akan memasukkan keberatan dalam pertimbangan sebelum peraturan tersebut diloloskan, untuk menghindari veto
keluar. Sedangkan pengawasan presiden pada pengadilan federal melalui kekuasaannya
untuk mengangkat hakim-hakim federal baru dan hakim mahkamah agung. Efek pengangkatan ini adalah untuk menyingkirkan rintangan federal yang ditujukan pada
penafsirannya atas undang-undang dan konstitusi, saat hakim agung yang diangkatnya makin banyak jumlahnya.
Namun check and balance juga membatasi prerogatif kepresidenan. Perintah eksekutif kepresidenan misalnya saja, harus sesuai dengan undang-undang atau ia tak
akan bisa diperlakukan oleh pengadilan federal. Penunjukan yang dilakukan presiden untuk jabatan tinggi harus disetujui mayoritas suara senat. Begitu pula ketika presiden
membuat traktat harus memperoleh persetujuan 23 anggota senat. Pengadilan federal juga bisa menyatakan tidak sah atas kesepakatan eksekutif dengan alasan perintah itu
tidak konstitusional. Presiden juga bisa dipecat impeachment melakukan kejahatan dan pelanggaran
berat lainnya high crimines and misdemeanors. Kejahatan berat yaitu kejahatan
melawan negara, seperti pengkhianatan. Sedangkan perbuatan tercela yang berat adalah korupsi besar dan pemerintahan yang salah urus.
Dalam pemerintahan Amerika Serikat tidak ada pemecatan karena mendapat mosi tak percaya dari legislatif seperti halnya yang tersirat dalam kehilangan suara
kepercayaan dalam seluruh sistem parlementer. Karena impeachment bukan forum pertanggungjawaban politik mengenai kebijakan pemerintah, tetapi merupakan
pertanggungjawaban hukum, yakni pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum. Proses impeachment pemecatan dalam masa jabatan diawali oleh dakwaan oleh
suara mayoritas Dewan Perwakilan Rakyat. Selanjutnya disidangkan di senat, dengan pimpinan sidang kepala Mahkamah Agung Amerika Serikat. Jika terbukti bersalah, maka
dikenai hukuman berupa pemecatan dari jabatan presiden. Dalam sejarah Amerika Serikat hanya ada tiga presiden yang menghadapi
impeachment yaitu Andrew Johnson pada tahun 1968 yang dibebaskan atas tuduhan melanggar Undang-Undang Masa Jabatan di Kantor Pemerintahan Tenure of Office Act
yang disusun untuk mencegah presiden memecat sekretaris kabinet sampai senat menyetujui penggantinya. Richard Nixon mengundurkan diri pada tahun 1974 setelah
Dewan Komisi Pengadilan menyetujui impeachment karena kasus menutupi kejahatan
dan pencurian di Watergate. Bill Clinton dibebaskan dari tuduhan oleh senat di tahun
1999 setelah diimpeach oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk sumpah palsu dan penghalangan proses keadilan dalam kesaksiannya dalam kasus gugatan di pengadilan
sipil. Sistem pemerintahan parlementer dan presidensial tersebar ke dunia ketiga setelah
Perang Dunia II. Negara-negara baru yang semula sebagai negara jajahan banyak terpengaruh oleh tipe sistem pemerintahan Inggris atau Amerika Serikat. Meskipun
bentuknya tidak selalu sama, karena telah dipengaruhi oleh unsur-unsur setempat. Unsur setempat terutama adalah latar belakang budaya suatu bangsa. Budaya melatarbelakangi
konstitusi apakah meletakkan eksekutif presiden atau legislatif DPR yang dominan. Jika budaya eksekutif yang dominan cenderung akan menganut sistem presidensial,
contohnya adalah Filipina. Kemudian jika meletakkan legislatif yang dominan, cenderung akan mengembangkan sistem parlementer contohnya adalah Australia,
Srilanka, India, dan Selandia Baru.
Negara-negara di dunia yang menganut sistem presidensial jumlahnya lebih kecil dibandingkan yang menganut sistem parlementer. Hal ini dikarenakan sistem parlementer
lebih mampu menjamin stabilitas politik. Terutama di negara-negara yang tingkat partisipasi politiknya tinggi, meskipun perkembangan ekonominya masih belum begitu
maju. Sistem presidensial tampak akan lebih efektif ketika ada kekuatan mayoritas. Namun bagi bangsa-bangsa yang terpecah oleh berbagai konflik, dan menganut sistem
multipartai dengan perwakilan proporsional yang dapat memungkinkan pembentukan koalisi-koalisi akan mengundang sistem presidensial yang kurang efektif.
E. Sistem Pemerintahan di Berbagai Negara 1. Sistem Pemerintahan Amerika Serikat