Malaysia Pengalaman Negara-Negara Asean dalam Federalisme

yang kini dialami oleh negara-negara Asia Tenggara, baik yang sudah bergabung dalam ASEAN, maupun yang akan bergabung dalam waktu dekat. Semua Negara Asia Tenggara, kecuali Thailand adalah bekas jajahan negara-negara Eropa Barat. Meskipun demikian Thailand tidak terlepas dari pengaruh Inggris dan Perancis yang sudah menguasai negara-negara tetangganya seperti Burma, Malaysia dan Indonesia. Kedua Negara Eropa ini telah menjadikan wilayah Thailand sebagai buffer zone bagi wilayah koloni mereka. Sementara para penasehat Kerajaan Siam juga berasal dari kedua bangsa itu. Usai perang dunia kedua memberikan kesempatan kepada negara-negara Asia Tenggara untuk memperoleh kemerdekaan. Pola perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh elit politik lokal juga bervariasi. Ada yang melakukannya dengan cara damai melalui perjuangan diplomasi dengan pihak kolonial, seperti yang dialami oleh Brunai Darussalam, Filipina, Laos, Kamboja, Malaysia dan singapura. Ada pula yang harus melengkapinya dengan perjuangan bersenjata, seperti yang dialami Indonesia dan Vietnam. Dalam naskah konstitusi yang mereka persiapkan sebelum kemerdekaan, pada umumnya negara-negara Asia Tenggara memilih konsep negara kesatuan, kecuali Malaysia yang menganut konsep federal. Sementara Indonesia dan Myanmar pernah menggunakan konsep federal masing-masing selama enam bulan dan 25 tahun, namun kedua negara ini kembali menganut konsep negara kesatuan. Oleh karena itu ketiga negara ini akan menjadi fokus kami.

1. Malaysia

Konsep negara federal yang dianut olh Malaysia tidak terlepas dari hubungan kesembilan kerajaan Islam yang terdapat di negari itu dengan pihak kolonial yang pernah mendudukinya seperti Portugis, Belanda, dan Inggris. Ketiga penjajah itu masih mengakui eksistensi mereka walaupun memanfaatkannya untuk kepentingan kolonial. Gagasan pemerintahan federasi Negara Melayu dilakukan pertama kali oleh Inggris dengan menggabungkan kerajaan-kerajaan Perak, Selangor, Negeri Sembilan dan Pahang pada tahun 1895. Di sini kekuasaan sultan masih diakui secara terbatas. Akan tetapi sultan tidak boleh langsung menangani pemerintahan tanpa seizin Dewan Negara yang dipimpin oleh Residen Inggris. Selain itu Pemerintah Inggris juga membentuk pemerintah konfederasi di wilayah yang diambilalihkan dari Kerajaan Siam seperti di Kedah, Perlis, Kelantan dan Trenggano, sedangkan Johor juga dimasukkan dalam kelompok konfederasi ini pada tahun 1909. Dalam pola kedua ini kekuasaan sultan lebih besar, dan pemerintahan tetap berada di tangan orang Melayu Menteri Besar, sementara Inggris hanya berperan sebagai ”penasehat”. Di Penang, Malaka dan Singapura straits settlements Inggris berkuasa secara penuh, tanpa campur tangan sulta. Penguasaan itu dilakukan berdasarkan perjanjian “saling membantu” dengan para sultan yang dulu menguasai ketiga daerah itu. Sabah, Serawak, dan Brunei baru dapat dikuasai oleh British Military Administration BMA, setelah berakhirnya Perang Dunia II, dimana Inggris diberi kekuasaan oleh PBB untuk menjadi Protektorat ketiga wilayah itu. Pada tanggal 1 April 1946, Pemerintah Inggris di London mempersiapkan konstitusi baru bagi kesembilan kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka dengan membentuk pemerintahan federasi Malayan Union yang dipimpin oleh Gubernur Inggris. Dalam konstitusi itu juga dinyatakan bahwa semua warga Negara Malaya mempunyai hak politik dan territorial yang sama dalam mencapai suatu pemerintahan sendiri. Pernyataan Pemerintah Inggris secara sepihak ini ditentang oleh raja-raja Melayu dan Ketua UMNO Datuk Onn bin Ja’far. Mereka menuntut agar dilibatkan dalam penyusunan konstitusi baru. Ini. Akhirnya tercapailah kesepakatan intuk membentuk Negara Federasi Malaya, dimana setiap kerajaan masih diakui kedaulatan untuk megatur dirinya sendiri. Dengan demikian penduduk asli Melayu 55 persen memperoleh hak istimewa dalam politik, sedangkan keturunan Cina 35 persen dan India 10 persen diakui sebagai warga negara yang harus tunduk kepada pemerintahan Kerajaan Melayu setempat. Federasi Malaya itu akan dipimpin oleh Komisaris Tinggi Inggris mulai tanggal 1 februari 1949 sampai diadakannya Pemilihan Umum yang akan dibentuk pemerintahan sendiri. Pada tahun 1956 lembaga legislatif federal telah menetapkan berlakunya Konstitusi Baru dengan isi pokoknya adalah sebagai berikut: 1. Negara Malaya berbentuk federasi yang terdiri dari Kerajaan Melayu dan dua provinsi di Malaka dan Penang. Pemerintah federal dipimpin oleh seorang perdana menteri yang berasal dari partai mayoritas di parlemen yang terdiri dari dua kamar yaitu Dewan Negara yang mewakili kesembilan kerajaan dan kedua provinsi, serta Dewan Rakyat yang dipilih oleh kesembilan Raja Melayu dari kalangan mereka sendiri untuk masa jabatan lima tahun dengan sebutan Yang Dipertuan Agung. 2. Di setiap, pemerintahan sehari-hari dipimpin oleh seorang Menteri Besar untuk kerajaan dan Ketua Menteri untuk Provinsi. Mereka dilih oleh parlemen setempat Dewan Undangan Negeri. Kepala Negara bagian di kerajaan dipegang oleh raja yang ditunjuk secara turun temurun dari kalangan keluarga kerajaan masing-masing. Sedangkan kepala provinsi dipimpin oleh seorang gubernur yang ditunjuk oleh Yang Dipertuan Agung atas persetujuan PM dan Parlemen Federal. Pada tanggal 31 A gustus 1957 Federasi Malaya dinyatakan sebagai negara yang merdeka dan terbentuknya pemerintahan federal dibawah pimpinan PM Tunku Abdurrahman setelah memenangkan pemilu yang diadakan sebelumnya. Ia merupakan Ketua UMNO yang menggantikan Datuk Onn bin Ja’far yang memenangkan Pemilu 1957 dengan melakukan aliansi dengan partai kelompok Cina MCA dan partai kelompok India MIC dengan meraih suara secara bersama 81,7 persen. Mulai tanggal 16 September 1963 Federasi Malaya itu diperluas dengan nama Federasi Malaysia yaitu dengan memasukkan Sabah, Sarawak dan Singapura yang kemudian keluar pada tahun 1965 dan berdiri sendiri sebagai Negara yang merdeka. Kukuhnya sistem federal di Malaysia tampaknya didukung secara kuat oleh pengakuan konstitusi terhadap kedaulatan kesembilan kerajaan dan otonomi yang cukup luas bagi keempat Provinsi. Namun yang tidak kalah penting adalah peranan partai politik yang bergabung dalam aliansi seperi UMNO bagi kelompok Melayu, MCA bagi kelompok Cina dan MIC bagi kelompok India. Perluasan aliansi ini pada tahun1970 menjadi Barisan Nasional dengan masuknya partai-partai kecil lainnya baik di Semenanjung maupun di Sabah dan Sarawak semakin memperkukuh Federasi Malaysia itu. Hal itu terlihat dengan kemenangan aliansi dalam Pemilu tahun 1955 81,7 persen, tahun 1959 51,8 persen dan tahun 1964 58,4 persen. Aliansi hanya mengalami kekalahan pada pemilu tahun 1969 dengan hanya memperoleh suara sebesar 48,4 persen. Kekalahan aliansi ini terutama disebabkan oleh terjadinya kerusuhan rasial terbesar sejak negara federasi itu berdiri. Kerusuhan itu pada dasarnya disebabkan oleh ketimpangan sosial ekonomi antara penduduk Melayu yang miskin dengan penduduk etnis Cina yang menguasai perekonomian nasional. Ketimpangan sosial itu telah dipicu oleh pihak oposisi melalui kampanye yang akhirnya menimbulkan kerusuhan. Dilain pihak, kerusuhan itu membawa hikmah tersendiri bagi rakyat Malaysia. Sebab, berdasarkan pengalaman phit itulah pemerintahan Tun Abdul Rozak mencanangkan Kebijakan Ekonomi Baru New Economic Polycy dengan mentargetkan peningkatan porsi pendapatan nasional penduduk Melayu dari Hanya 1,5 persen pada tahun 1969 menjadi 30 persen pada tahun 1990. Kebijakan ini diikuti dan dilanjutkan secara terus menerus oleh para penggantinya Datuk Husein Onn dan Dr. Mahatir Muhammad, sehingga menampakkan keberhasilannya pada tahun 1990-an. Tentu saja keberhasilan pembangunan ekonomi Malaysia didukung oleh semua kelompok etnis terutama yang tergabung dalam Barisan Nasional. Dukungan itu terlihat dengan kemenangan kembali Barisan Nasional pada Pemilu tahun 1974 60,7 persen, 1978 55,3 persen, 1982 60,5 persen dan tahun 1986 sebesar 55,7 persen. Lamanya Mahatir memerintah sejak 1981 menyebabkan munculnya kelompok pendukung yang kuat baik secara ekonomi, sehingga monopoli dan korupsi, kolusi, nepotisme KKN sulit dihindari. Kritik Anwar Ibrahim terhadap kebijakan politik dan ekonomi Mahatir, telah menyebabkan ia dipecat sebagai Wakil Perdana Menteri dan dari UMNO, sehingga Anwar terpaksa berurusan dengan pengadilan. Hanya saja penggusuran Mahatir, kalaupun berhasil belum tentu akan menguntungkan Anwar. Bisa saja kelompok mahatir mencalonkan tokoh lain yang sudah dipersiapkannya untuk kongres partai UMNO mendatang. Krisis kepemimpinan UMNO yang kini melanda Malaysia tidak akan banyak berpengaruh terhadap system federal yang dianut selama ini. Siapapun yang akan memimpin UMNO, koalisinya dengan partai-partai lain dalam barisan Nasional tidak akan banyak berubah, karena setiap partai mempunyai pendukungnya sendiri-sendiri. Kalupun akan terjadi perubahan, paling banyak penurunan kursi UMNO atau Barisan Nasional beberapa persen dibanding tahun sebelumnya, namun Barisan Nasional masih akan tetap memerintah pada awal abad ke-21 ini.

2. Myanmar