Pembentukan Daerah Otonom Pembagian Daerah Menurut UU No 322004

d. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos dan nomos. autos berarti sendiri. nomos berarti aturan. Pengertian menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian dimungkinkan suatu daerah yang kebetulan memiliki kelembagaan sosial dan budaya dapat berpengaruh dalam pengembangan otonomi daerah yang bersangkutan, yang berbeda sama sekali dengan daerah otonom yang lain. Sebut saja, misalnya Aceh dan Papua. Di Aceh atau NAD memiliki Wali Nanggroe dan Tuha Nanggroe yang merupakan lembaga bagi pelestariaan penyelenggaraan kehidupan adat, budaya, dan pemersatu masyarakat NAD. Di NAD diberlakukan syariat Islam dengan Mahkamah Syari’ah-nya. Oleh karena itu, di NAD zakat merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah PAD. Di Provinsi Papua, dikenal adanya MRP Majelis Rakyat Papua. MRP merupakan perwakilan representasi kultural orang asli Papua yang memiliki wewenang dalam rangka perlindungan hak-hak asli orang Papua. Dengan demikian, otonomi daerah dimaksudkan untuk pemberdayaan masyarakat, yaitu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan di daerah masing-masing. Demikian juga dalam hal pemilikan. Pemilikan maksudnya adalah sumber pendapatan yang telah dimiliki dan dikelola oleh suatu pemerintahan desa misalnya, tidak dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pemerintah desa dalam meningkatkan pendapatannya bisa memiliki Badan Usaha Milik Desa, bekerja sama dengan pihak ketiga dan melakukan pinjaman. Di sini juga terlihat pentingnya partisipasi atau peran serta masyarakat dalam otonomi daerah.

B. Pembentukan Daerah Otonom

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah. b. Pembentukan daerah ditetapkan dengan undang-undang. UU pembentukan daerah berisi nama daerah yang dibentuk, cakupan wilayah, batas, ibu kota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukan pejabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian, pendanaan, peralatan dan dokumen serta perangkat daerah. c. Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Daerah dapat dihapus atau digabung dengan daerah lain apabila daerah yang bersangkutan tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah. Penghapusan dan penggabungan daerah otonom dilakukan setelah melalui proses evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penghapusan dan penggabungan daerah otonom ditetapkan dengan UU. Wilayah Indonesia amat luas dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. Sebagai perbandingan luas wilayah Indonesia 1.919.400 km2, Thailand 514.000 km2, Vietnam 329.750 km2, Filipina 300.000 km2, Malaysia 329.750 km2, dan Singapura 684 km2. Bisa dibayangkan betapa tidak mudah mengelola negara yang begitu besar. Kenyataan yang dialami dalam pembangunan di Indonesia terjadi ketimpangan antara pemerintah pusat dengan daerah maupun antar-daerah itu sendiri. Dalam usaha mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan, maka pemerintah daerah diberi otonomi daerah. Di setiap daerah otonom dibentuk Pemerintah Daerah. Sampai saat ini jumlah pemerintah daerah di Indonesia sudah mencapai 33 provinsi dan kurang lebih 436 kabupatenkota, dengan jumlah penduduk lebih kurang 210 juta jiwa.

C. Pembagian Daerah Menurut UU No 322004

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintah daerah ps 2 UU no 32 2004. Pemerintah provinsi yang berbatasan dengan laut memiliki kewe-nangan wilayah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan ps 18 ayat 4 UU no 322004. Asas ini bertentangan Deklarasi Pemerintah R.I dan telah dikukuhkan melalui UNCLOS serta telah diratifikasi dengan UU no 61996 ttg Perairan Indonesia. Yang patut diwaspadai bahwa semangat otonomi tidak menjurus pada semangat pembentukan daerah berdasarkan etnik atau sub kultur. Masa penjajahan Belanda wilayah kita terbagai atas dasar pembagaian sub kultur dengan dibentuknya daerah Karesidenan. Yang selanjutnya terbagi habis menjadi : Provinsi, Karesidenan, KabupatenKota, Kawe-danaan, dan Kecamatan. Globalisasi yang meyebabkan adanya global Paradox Naisbit, 1987 : 55 jangan sampai menyemangati pemekaran wilayah atas atas dasar pendekatan kebudayaan sehingga menimbulkan benturan budaya yang berakibat pecahnya negara nasional Huntington, 1996 : 100. Oleh karena itu kita perlu perhatian khusus pada wilayah yang dilalui Alur Laut Kepulauan Riau, Resiau Kepulauan, Kalimantan Barat, Bangka- Belitung, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Pulau Lombok serta Maluku, Maluku Utara yang beberapa saat lalu hingga kini tetap ber-gejolak, baik yang berupa konflik fisik maupun konflik non fisik kei-nginan memisahkan diri dengan membentuk provinsi baru.

D. Pembagian Urusan Pemerintahan pada Daerah Otonom