21
yang tidak bergranula seperti limfosit dan monosit Koolman Rohm 2000. Setiap komponen darah masing-masing mempunyai fungsi yang spesifik di dalam tubuh, seperti yang tertera pada Tabel 16.
Tabel 16. Komponen darah dan fungsinya Komponen darah
Fungsi Eritrosit
Transpor gas O
2
dan CO
2
Trombosit Pembekuan darah
Limfosit Pertahanan spesifik, produksi antibody
Monosit Membunuh mikroba dengan proses fagositosis
Basofil Mengeluarkan heparin, histamin dan serotonin dalam respon alergi dan
inflamasi Neutrofil
Fagositosis, membunuh bakteri dengan lisozim Eosinofil
Membunuh bakteri, mengeluarkan histamin, fagositosis Darah memiliki fungsi yang beragam di dalam tubuh. Darah merupakan alat transpor gas
oksigen dan karbondioksida, mengangkut zat-zat makanan yang diserap melalui usus halus ke dalam hati dan organ lainnya, sehingga ogan-organ tetap terpelihara dengan baik. Darah juga mengambil
produk akhir metabolisme dari jaringan dan membawanya ke paru-paru, hati dan ginjal untuk dieksresikan. Selain itu darah membantu distribusi ion-ion dan hormon di dalam organisme.
Selain fungsi yang telah disebutkan, darah berperan dalam menjaga keseimbangan air di dalam sistem pembuluh darah, sel-sel ruang intraseluler dan daerah ekstraseluler atau lebih dikenal sebagai
homeostatis. Darah juga berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa bekerja sama dengan paru-paru, hati dan ginjal. Transpor panas juga dilakukan oleh darah sehingga suhu tubuh tetap
terjaga. Fungsi darah lainnya adalah berperan dalam sistem pertahanan tubuh baik pertahanan spesifik maupun pertahanan non spesifik Koolman Rohm 2000.
b. Sel Darah Merah
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel darah terbanyak dimana setiap satu mikroliter darah mengandung lima juta sel darah merah, 5.000-25.000 sel darah putih, dan 200.000-400.000 trombosit
Silverthorn 2009. Bentuk sel darah merah adalah biconcave discoid dengan diameter 7 µm dan ketebalan 1-3 µm. Eritrosit terdapat sekitar 45 volume darah, dengan jumlah yang dapat bervariasi
tergantung faktor kesehatan dan ketinggian. Orang yang tinggal di tempat 18.000 kaki diatas permukaan laut bisa memiliki sel darah merah 8,3 x 10
6
mm
3
Weiss 1975. Pembentukan sel darah merah atau eritropoisis terjadi di dalam sum-sum tulang belakang oleh
aktivitas stem sel atau hemocytoblast. Sel-sel yang belum dewasa dengan ukuran 20-23 µm membelah secara mitosis dan mengalami beberapa transformasi sebelum menjadi eritrosit. Pada awalnya stem sel
menghasilkan rubriblast yang berbentuk bulat dengan inti di tengah sitoplasma yang buram. Melalui tahapan pengembangan seperti prorubricyte, rubrycyte, metarubricyte hingga reticulocyte, inti dan sel
eritrosit menjadi lebih kecil. Reticulocyte adalah prekursor eritrosit yang tediri atas satu inti dan organela seperti mitokondria, badan golgi, ribosom dan retikulum endoplasma. Selanjutnya sel-sel ini
membentuk dua polipeptida yaitu α- dan -globin, dan protoporpirin dengan Fe dari hemoglobin. Setelah mensintesis hemoglobin ini, reticulocyte memulai proses diferensiasi dimana meraka
kehilangan inti dan organelnya, sehingga pada saat sel darah merah dewasa muncul di aliran darah, sel tersebut tidak memiliki inti sel dan kemampuan metabolitnya terbatas Williams 1987, Koolman
Rohm 2000. Pembentukan eritrosit dihambat oleh peningkatan kadar eritrosit yang bersirkulasi ke tingkat supernormal. Proses ini dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein yang biasa disebut
dengan eritropoietin Silverthorn 2009.
Eritrosit yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah mempunyai waktu hidup ±120 hari. Eritrosit tua lama-kelamaan akan dihancurkan oleh sistem retikulum endoplasma atau dimakan oleh
makrofag ketika memasuki limpa Silverthorn 2009. Sebagian besar zat besi yang terdapat dalam hemoglobin akan dipakai ulang, sedangkan heme yang tersisa akan didegradasi menjadi pigmen
empedu yang disekresikan oleh hati Williams 1987, Koolman Rohm 2000.
Eritrosit memiliki beberapa sistem membran yang dapat melindungi dirinya dari kerusakan oksidatif dan hemolisis, di antaranya superoksida dismutase SOD, glutation peroksidase, dan
katalase. Selain itu pada eritrosit terdapat asam askorbat dan asam urat yang berfungsi sebagai
22
penangkap radikal bebas larut air yang berada di plasma dan vitamin E yang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas larut lemak yang terdapat pada membran eritrosit Zhu et al. 2002.
Eritrosit sangat mudah mengalami oksidasi dikarenakan kandungan lemak minyak tidak jenuh ganda yang sangat tinggi, kandungan oksigen yang tinggi, dan keberadaan logam transisi. PUFA,
fosfolipid, dan kolesterol bebas merupakan dasar dan konstituen permanen bagi membran seluler. Membran-membran seluler ini terbentuk dalam lapisan bilayer yang tersusun atas protein dan asam
lemak. PUFA merupakan komponen esensial dari biomembran, yang bersifat sangat rentan terhadap peroksidasi. Kerusakan oksidatif pada eritrosit dapat dicegah oleh enzim antioksidan seperti SOD,
glutation peroksidase, dan katalase. Penelitian Hasanah 2007 menunjukkan bahwa pengukuran enzim antioksidan katalase eritrosit setelah mengkonsumsi minuman bubuk kakao bebas lemak
selama 25 hari mengalami peningkatan secara signifikan. Sementara pada kelompok kontrol mengalami peningkatan namun tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa komponen
antioksidan pada minuman bubuk kakao memberikan pengaruh positif terhadap enzim katalase eritrosit dalam menangkal serangan radikal bebas yang berbahaya bagi sel. Penelitian Amri 2007
menunjukkan bahwa komponen antioksidan pada bubuk kakao bebas lemak menyebabkan peningkatan ketahanan eritrosit terhadap hemolisis setelah mengkonsumsi bubuk kakao selama 25
hari. Meningkatnya ketahanan eritrosit terhadap hemolisis diduga disebabkan oleh semakin baiknya aktivitas antioksidan eritrosit setelah mengkonsumsi bubuk kakao bebas lemak.
c. Plasma dan Serum Darah